sahabat, menagih utang itu sering banget jadi situasi yang canggung. Satu sisi, kita jelas butuh uang itu balik, tapi sisi lain, kita nggak mau dong hubungan baik (silaturahmi) jadi rusak cuma gara-gara utang. Nah, ternyata Islam punya panduan yang keren banget soal cara menagih utang yang penuh hikmah, biar circle pertemanan kita tetap terjaga.
1. Ingat, Menagih Itu Hak, Tapi Harus dengan Akhlak
Dalam Islam, menagih utang bukanlah hal yang dilarang. Justru itu bagian dari hak seseorang. Namun, Rasulullah SAW mengajarkan bahwa cara menagih utang harus dilakukan dengan adab yang baik. Dalam sebuah hadis riwayat Imam Muslim disebutkan,
“Barangsiapa memberi kelonggaran kepada orang yang kesulitan (membayar utang), maka Allah akan memberinya naungan pada hari di mana tidak ada naungan selain naungan-Nya.” (HR. Muslim)
Hadis ini jleb banget. Meski nagih itu boleh, ngasih kelonggaran buat yang beneran lagi susah itu levelnya masterpiece di mata Allah. Artinya, kalau teman kita jujur belum mampu, kasih waktu atau keringanan itu epic banget pahalanya.
2. Pilih Waktu dan Suasana yang Tepat
Ini salah satu cara menagih utang yang sering kita skip: milih waktu yang pas. Please, jangan nagih pas lagi ngumpul rame-rame atau pas kamu tahu dia lagi riweuh (sibuk) banget. Misalnya, sahabat tahu dia sedang punya masalah keluarga atau (amit-amit) baru kena musibah. Better tahan dulu.
Coba deh bayangin kalau kita di posisi dia, kita pasti pengen diperlakukan dengan empati, kan? Rasulullah SAW itu teladan kita soal sabar dan santun. Beliau nunjukkin kalau urusan duniawi (kayak utang) nggak boleh bikin kita lupa ngejaga hati sesama.
3. Gunakan Bahasa yang Lembut dan Tidak Menghakimi
Nagih utang bukan berarti harus gas kenceng atau ngomel-ngomel. Pakai bahasa yang sopan dan full empati. Misalnya, “Bro/Sis, mau ngingetin soal pinjaman waktu itu nih. Gimana kabarnya? Kalau belum bisa full sekarang, mungkin bisa dicicil dulu? Kabarin aja ya enaknya gimana.”
Kalimat kayak gitu lebih adem diterima ketimbang nada tinggi atau nyindir-nyindir di story medsos. Dalam konteks cara menagih utang, kelembutan itu kuncinya biar pesan nyampe tanpa bikin drama. Ingat sabda Rasulullah SAW:
“Sesungguhnya Allah menyayangi (sifat) lembut dalam setiap perkara.” (HR. Bukhari)
4. Jangan Mempermalukan
Nah, ini penyakit zaman now. Banyak yang milih nagih lewat status, tagging, atau mention langsung. Sahabat, please stop. Itu sama aja mempermalukan dia, dan potensi dosanya besar. Islam strict banget melarang kita bikin malu saudara seiman.
Cara terbaik? Japri (Jalur Pribadi). Ngobrol jujur, to the point, tapi tetap pakai pengertian. Kalau mentok, kamu bisa minta tolong pihak ketiga yang sama-sama dipercaya (bukan buat ngomporin, ya!). Itulah cara menagih utang yang Nabi ajarkan tanpa ngejatuhin harga diri orang.
Baca Juga: Kenali Adab Utang Piutang Agar Terhindar dari Perselisihan
5. Catat dan Bersikap Tegas Jika Diperlukan
Meski kita dianjurin lembut, bukan berarti kita jadi lembek dan pasrah. Tegas itu beda sama kasar ya, sahabat. Islam justru support banget pencatatan utang-piutang biar clear dan nggak ada salah paham. Ini ada di ayat terpanjang dalam Al-Qur’an:
Allah SWT berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya…” (QS. Al-Baqarah: 282).
Jadi, dalam cara menagih utang, punya track record atau bukti hitam di atas putih itu penting banget buat jaga keadilan dan menghindari drama di kemudian hari.
6. Teladani Sikap Rasulullah Saat ditagih
Nah, ini dia plot twist yang keren banget: Rasulullah SAW sendiri pernah ngalamin momen ditagih utang. Dalam hadis riwayat Bukhari, seorang laki-laki Yahudi datang nagih ke Nabi dengan nada keras dan nggak sopan. Begitu melihatnya, para sahabat langsung refleks pengin nge-gas balik. Tapi, sebaliknya, Nabi tetap tenang. Beliau tersenyum dan dengan lembut ngomong ke sahabat-sahabatnya supaya nggak bales kasar.
Mindset-nya beda. Dari sini kita belajar, bahkan pas ditagih pun, akhlak Nabi tetap bintang lima. Harusnya, pas kita nagih, kita juga bisa meniru kelembutan beliau. Cara menagih utang yang penuh adab itu bukan cuma soal uang balik, tapi soal jaga pahala dan vibes positif persaudaraan.
7. Jika Masih Belum Dibayar, Serahkan Kepada Allah
Kadang kita udah pakai semua cara baik-baik, tapi yang ngutang tetap mangkir atau beneran nggak sanggup bayar. Kalau udah gini, sahabat punya pilihan berat tapi mulia: bersabar, atau—kalau kita mampu—memaafkan atau mengikhlaskan (walau cuma sebagian). Ini level ultimate. Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa membebaskan (utang) orang yang kesulitan, maka Allah akan membebaskannya dari kesulitan di hari kiamat.” (HR. Muslim)
Sikap kayak gini emang berat, tapi ini nunjukkin level iman yang matang. Dalam praktik cara menagih utang, tujuan akhirnya bukan cuma cuan balik, tapi ngejar ridha Allah.
Kesimpulan
Menagih utang itu bukan hal tabu, kita justru perlu melakukannya dengan adab, kelembutan, dan penuh kesabaran. Pilih waktu yang tepat, gunakan bahasa yang sopan, hindari mempermalukan, dan teladani akhlak Rasulullah. Dengan menerapkan cara menagih utang yang baik, sahabat bukan hanya mendapatkan hak, tapi juga menjaga ukhuwah Islamiyah. Karena sejatinya, harta bisa dicari lagi, tapi silaturahmi adalah rezeki yang jauh lebih berharga.
Saat Rezeki Datang, Saatnya Berbagi Senyum
Ngomong-ngomong soal kesulitan dan kelapangan rezeki, sahabat
Kita mungkin pusing mikirin utang yang nggak balik, tapi di luar sana banyak saudara kita yang buat makan besok aja masih bingung. Kalau sahabat punya rezeki lebih, mungkin dari utang yang akhirnya lunas, atau rezeki tak terduga lainnya. Yuk, alirkan jadi senyuman!
Di Yayasan Senyum Mandiri, kami fokus bantu anak-anak yatim dan dhuafa biar mereka bisa tetap sekolah dan tersenyum. Membantu mereka yang lagi sulit, Insya Allah bikin urusan kita (termasuk urusan piutang!) jadi lebih lancar dan berkah.
Yuk, kita bantu mereka yg membutuhkan, dengan klik link dibawah ini
Untuk informasi lainnya bisa hubungi kami ya, dengan klik disini atau scan QR barcode dibawah.

“Menebar Sejuta Kebaikan”