Sahabat, siapa sih yang nggak suka ketawa? Bercanda itu emang bumbu hidup, sahabat. Rasanya dunia bakal datar banget kalau isinya cuma serius dan kerjaan melulu. Tapi ada adab bercanda dalam islam yang harus kita pahami loh, Rasulullah SAW sendiri, panutan kita semua, juga suka kok bercanda sama para sahabatnya. Tapi, ada tapinya nih. Candaan beliau itu elegan, dan penuh adab.
Jangan sampai, niat kita yang awalnya cuma pengen seru-seruan dan bikin suasana cair, justru malah bikin kita offside dan nyerempet dosa gede tanpa sadar. Nah, di artikel ini, kita bakal kupas tuntas soal adab bercanda dalam Islam yang jadi lampu merah dan nggak boleh banget kita langgar.
Yuk, kita bedah satu per satu dengan pikiran dan hati yang terbuka, biar candaan kita nggak cuma lucu di dunia, tapi juga aman sampai akhirat.
Islam Itu Asyik, Bercanda Pun Ada Etikanya

Sebelum kita ngomongin adabnya, penting buat dicatat, Islam itu nggak kaku-kaku amat, kok. Agama kita nggak anti sama yang namanya humor. Ada sebuah kisah manis, di mana Nabi Muhammad SAW pernah menggoda seorang nenek dengan bilang, “Nek, di surga nanti nggak ada orang tua, loh.” Si nenek tentu kaget dan sedih. Tapi dengan senyum hangat, Rasulullah ﷺ langsung meluruskan, “Iya, karena semua penghuni surga akan kembali muda.” (HR. Tirmidzi).
Lihat, kan? Candaan Nabi itu isinya kebaikan, bikin orang lain senyum tanpa harus menjatuhkan atau menghina.
Sayangnya, di era serba viral dan kejar-kejaran likes ini, ‘lucu’ sering jadi tujuan utama, sampai-sampai batas syariat pun kadang diterabas. Konten kreator, tongkrongan di kafe, sampai grup WhatsApp, semuanya berlomba jadi yang paling kocak. Makanya, penting banget buat kita, para milenial yang melek digital, untuk paham adab bercanda dalam Islam biar nggak salah langkah.
1. Menjadikan Agama Sebagai Bahan Lelucon
Oke, kita masuk ke red line pertama yang paling fatal sahabat. Menjadikan syariat Islam, ayat-ayat Al-Qur’an, simbol-simbol agama (seperti jilbab, sorban, atau gerakan shalat), bahkan para ulama sebagai bahan olokan adalah hal yang super bahaya. Ini bukan lagi soal nggak sopan, tapi bisa mengancam keimanan kita dan berujung pada kemurtadan. Naudzubillah min dzalik.
Contoh yang Wajib Di-blacklist dari Kamus Candaanmu:
- Bikin video TikTok memparodikan suara adzan atau gerakan shalat.
- Nyeletuk ke teman, “Rajin banget shalat dhuha, biar cepet kaya ya? Hahaha.”
- Bikin sketsa atau meme yang menggambarkan sosok berpenampilan agamis sebagai orang yang kolot, bodoh, atau licik.
Allah SWT udah ngasih peringatan keras banget di dalam Al-Qur’an:
قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ. لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ
“Katakanlah (Muhammad), ‘Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?’ Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu telah kafir sesudah beriman.”
(QS. At-Taubah: 65-66)
Ayat ini turun bukan tanpa sebab sahabat. Dulu ada sekelompok orang yang ngetawain Nabi dan para sahabat dalam sebuah perjalanan. Mungkin niat mereka cuma “iseng” atau “biar nggak ngantuk”, namun di mata Allah, itu adalah pelanggaran serius. Jadi, ini adalah adab bercanda dalam Islam yang harga taruhannya adalah iman kita. Ngeri, kan?
2. Gibah Berkedok Candaan
Coba ngaku, sahabat pernah nggak sih dengar atau bahkan ikut nimbrung candaan model begini?
“Eh, lihat deh story si A, outfit-nya nabrak banget kayak odong-odong, hahaha… peace ya, bercanda!”
Atau,
“Katanya si B udah hijrah, kok sekarang postingannya galau mulu kayak ABG labil? Ups, keceplosan, haha!”
Dibungkus tawa biar kelihatan asyik, padahal isinya? Ghibah Murni™. Kita lagi ngomongin keburukan orang lain di belakangnya. Rasulullah SAW pernah bertanya kepada sahabat:
“Tahukah kalian apa itu ghibah?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Beliau bersabda, “Engkau menyebutkan saudaramu dengan sesuatu yang ia benci.”
(HR. Muslim)
Candaan yang isinya nyela fisik, sifat, atau kehidupan pribadi orang lain sekalipun diakhiri dengan kata “bercanda, ya!” hukumnya tetap haram. Ironisnya, candaan model begini sering jadi menu utama di banyak tongkrongan dan jadi konten viral yang ditonton jutaan kali. Padahal, pundi-pundi pahala kita bisa ludes kebakar gara-gara lisan yang nggak direm.
3. Prank Yang Menyakiti Fisik atau Mental
Nah, ini dia nih yang lagi ngetren tapi sering bikin geleng-geleng kepala yaitu prank yang kelewatan. Di medsos, kita sering lihat video orang disiram air tiba-tiba, ditakut-takuti pakai kostum hantu, atau kursinya ditarik sampai jatuh. Pelakunya? Cuma ketawa-ketiwi sambil bilang, “Ini cuma konten, bro! Cuma bercanda!”
Padahal, Rasulullah SAW dengan tegas bersabda:
“Tidak halal bagi seorang Muslim menakut-nakuti Muslim yang lain.”
(HR. Abu Dawud)
Bercanda yang sampai bikin orang lain celaka secara fisik, kaget luar biasa, atau bahkan trauma dan malu berat, itu jelas sudah melanggar adab bercanda dalam Islam. Ingat sahabat, batas antara ‘lucu’ dan ‘zalim’ itu tipis banget. Di Indonesia sendiri, sudah banyak kasus prank yang berakhir di kantor polisi. Kalau sudah begini, ini bukan lagi hiburan, tapi perundungan (bullying) berkedok canda.
Bercanda Cerdas Yang Bikin Berkah, Bukan Musibah

Sahabat, bercanda itu fitrahnya adalah perekat hubungan sosial, biar makin akrab. Tapi, harus dieksekusi dengan cerdas dan beradab. Seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, apakah engkau juga bercanda?” Beliau menjawab, “Betul, hanya saja aku tidak pernah berkata kecuali yang benar.” (HR. Tirmidzi).
Kuncinya adalah jujur, bahkan saat melucu. Tapi, ada juga lho peringatan keras bagi mereka yang sengaja bohong cuma demi tawa:
“Celakalah orang yang berbicara lalu dia berdusta untuk membuat orang lain tertawa. Celakalah dia, celakalah dia.” (HR. Abu Daud & Tirmidzi)
Baca Juga: Menyambut Bulan Safar, Yuk Lupakan Mitos dan Fokus Perbanyak Amal
Kesimpulan
Jadi sahabat bercanda dan tertawa itu hak kita semua, tapi sebagai seorang Muslim yang keren, kita diajarkan bahwa setiap ucapan dan tindakan kita itu ada pertanggungjawabannya. Jangan sampai demi mengejar candaan yang lucu, kita malah bikin orang lain terluka, tersinggung, atau bahkan merusak kehormatannya.
Yuk, kita sama-sama ingat lagi tiga adab bercanda dalam Islam yang nggak bisa ditawar:
- Jangan pernah sentuh area agama untuk bahan lelucon.
- Stop ghibah berkedok canda.
- Haram hukumnya menyakiti fisik atau mental orang lain atas nama prank.
Sahabat, mari mulai dari diri sendiri. Kita jadi generasi yang cerdas dalam bercanda, yang menjadikan tawa sebagai sumber kebahagiaan halal, bukan pemicu dosa yang berujung penyesalan. Semoga Allah selalu menjaga lisan kita dan memberkahi setiap interaksi kita. Aamiin.
Ubah Tawamu Jadi Senyum Nyata untuk Mereka!
Sahabat, kita semua pasti seneng kan kalau bisa bikin orang lain ketawa karena candaan kita? Rasanya puas banget.
Tapi ada loh, kebahagiaan yang levelnya lebih tinggi dari sekadar tawa sesaat, yaitu menciptakan senyuman tulus yang penuh harapan di wajah mereka yang membutuhkan.
Ngomongin soal senyuman, kenalan yuk sama Yayasan Senyum Mandiri. Mereka ini keren banget, sahabat. Misi mereka adalah menebar senyum-senyum nyata untuk adik-adik yatim dan kaum dhuafa melalui program pendidikan dan pemberdayaan, kalo sahabat penasaran, sahabat bisa mampir ke website senyum mandiri “senyummandiri.org“.
Candaan kita mungkin bisa bikin teman tertawa selama 5 menit. Tapi, donasi dan kepedulian kita bisa memberikan mereka bekal ilmu, harapan masa depan, dan senyuman yang akan mereka kenang seumur hidup.
Yuk, buktikan kalau generasi kita nggak cuma jago bikin konten lucu, tapi juga jago menebar kebaikan. Mari ubah sebagian kecil rezeki kita menjadi senyuman abadi untuk mereka.
Klik disini atau scan QR barcode dibawah untuk menebar senyum bersama Yayasan Senyum Mandiri dan jadilah alasan di balik kebahagiaan mereka hari ini!

“Menebar Sejuta Kebaikan”