Halo sahabat! Di zaman medsos kayak sekarang, kayaknya udah wajar banget ya lihat orang pamer harta alias flexing. Ada aja yang nunjukin koleksi mobil mewahnya, spill liburan keliling dunia, atau room tour rumah segede istana di feed kita. Tapi, pernah kepikiran nggak sih, sebenernya gimana hukum pamer kekayaan kalau dilihat dari kacamata Islam? Apa semua bentuk pamer itu dilarang keras, atau ada batasan-batasan yang masih fine-fine aja?
Pamer Kekayaan Itu Soal Setting-an Hati
Gini sahabat, dalam Islam, kuncinya itu satu: setting-an niat. Semua amal kita tergantung niatnya. Kayak yang disabda Rasulullah SAW:
“Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Nah, ini relate banget sama konteks hukum pamer kekayaan. Kalau niatnya buat ngasih inspirasi, share motivasi biar orang lain semangat kerja halal, atau ngajak orang lain buat ikutan sedekah, itu bisa jadi positif. Ini namanya tahadduts bin ni’mah (menyebut nikmat) yang tujuannya syukur. Tapi nih, kalau tujuannya murni buat pamer, cari validasi, pengen dikagumi, atau biar kelihatan “wah”, nah itu jatuhnya ke riya’, yaitu salah satu dosa hati yang dibenci banget dalam Islam.
Riya’, Sum’ah, dan Takabbur: Akar dari Pamer
Kenapa flexing ini rawan? Soalnya, hukum pamer kekayaan itu erat banget kaitannya sama tiga penyakit hati yang bahaya: riya’, sum’ah, dan takabbur.
- Riya’ itu nunjukin amal atau harta biar dapat pujian.
- Sum’ah itu pengen terkenal lewat omongan, biar orang pada tahu “siapa gue”.
- Dan takabbur? Itu dia, merasa diri paling oke, lebih tinggi dari orang lain karena status atau harta.
Nah sahabat, pas seseorang flexing di medsos tanpa niat yang lurus, gampang banget kejebak di tiga hal ini. Allah SWT udah ngingetin banget di Al-Qur’an:
“Dan janganlah kamu memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18)
Ayat ini jelas banget jadi dasar hukum pamer kekayaan yang cenderung dilarang, karena ini bibitnya kesombongan dan bisa bikin orang lain insecure atau iri hati.
Baca Juga: Harta Itu Titipan, Jangan Sampai Bikin Lupa Tujuan Utama Hidup
Antara Syukur dan Sombong, Bedanya Tipis!
Tapi, bukan berarti nunjukin harta itu auto-salah lho, sahabat. Islam itu adil, selalu lihat konteksnya. Misalnya nih, ada pengusaha nunjukin proses sukses usahanya buat ngajak orang lain ikutan bisnis halal, atau nunjukin hasil kerja kerasnya tapi tetep humble, itu bisa jadi bagian dari rasa syukur.
Tapi, challenge-nya di sini: kalau flexing itu malah bikin kita ngerasa superior atau lebih hebat dari yang lain, di situlah bahaya hukum pamer kekayaan mulai main. Batasan antara syukur yang tulus sama kesombongan itu kadang tipis banget, kita bisa kepleset tanpa sadar.
Bahaya Laten Flexing: Bikin Mental Gak Sehat
Selain soal dosa-pahala, ada juga dampak sosial yang mesti kita pikirin. Budaya flexing di medsos ini sering banget bikin orang lain merasa insecure atau ngerasa hidupnya “gitu-gitu aja”. Nggak sedikit yang akhirnya maksain ngutang sana-sini demi lifestyle, bahkan sampai stres atau depresi karena kerjaannya compare diri mulu.
Padahal, Rasulullah SAW ngajarin kita buat liat ke bawah buat urusan dunia, biar kita lebih gampang bersyukur. Kata beliau:
“Lihatlah orang yang di bawah kalian dan janganlah melihat orang yang di atas kalian, karena hal itu lebih pantas agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan-Nya kepada kalian.” (HR. Bukhari & Muslim)
Jadi, ngertiin hukum pamer kekayaan itu bukan cuma soal spiritual, tapi juga soal ngejaga kesehatan mental kita dan orang lain biar nggak kejebak gaya hidup palsu.
Kaya Boleh, Sombong Jangan
Sahabat, Allah sama sekali nggak ngelarang kita jadi kaya. Malah, kekayaan itu bisa jadi ladang pahala yang massive kalau kita pakai buat ngebantu sesama. Tapi, Islam selalu ngingetin kita biar harta itu nggak bikin kita silau dan lupa diri. Rasulullah SAW itu teladan paling keren: beliau bisa aja hidup super mewah, tapi milih buat hidup sederhana.
Dengan paham hukum pamer kekayaan, kita jadi belajar kalau yang paling penting itu bukan seberapa banyak harta kita, tapi seberapa banyak manfaat yang bisa kita tebar dari harta itu.
Kesimpulan
Jadi, so, apakah hukum pamer kekayaan itu haram mutlak? Jawabannya: tergantung niat di hati. Kalau tujuannya baik (kayak motivasi tadi) dan bebas dari unsur sombong, it’s okay, selama nggak bikin orang lain iri atau menciptakan kesenjangan.
Tapi kalau niatnya cuma cari validasi, pengakuan, atau pujian, jelas itu perbuatan yang dilarang. Allah berfirman soal orang yang riya’ dalam hartanya:
“…seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya’ (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir…” (QS. Al-Baqarah: 264)
Sahabat, yuk kita sama-sama jaga hati dari riya’ dan sombong. Mending kita pakai rezeki buat berbagi, bukan cuma buat dipamerin. Karena harta yang beneran “kaya” itu adalah hati yang tenang dan syukur yang nggak ada habisnya.
Mau Flexing yang Bikin Hati Adem dan Berpahala?
Sahabat, ngomongin soal harta, ada cara flexing yang paling keren dan dijamin bikin hati adem: yaitu flexing kebaikan! Daripada pusing mikirin feed medsos biar kelihatan “wah”, mending salurin rezeki kita buat sesuatu yang nyata manfaatnya.
Nah, kalau sahabat bingung mau mulai dari mana, yuk bareng-bareng tebar kebahagiaan lewat Yayasan Senyum Mandiri. Di sini, kita bisa bantu banyak saudara kita yang membutuhkan, dari anak yatim sampai dhuafa. Ini baru flexing yang sesungguhnya; bukan cuma nunjukin harta, tapi nunjukin kepedulian.
Yuk, ubah privilege kita jadi impact positif. Bikin senyuman mereka jadi “konten” terbaik kita di mata Allah! Kepoin program-programnya dan salurkan donasimu melalui link di bawah ini!
Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami, dengan klik di sini atau scan QR barcode di bawah.

“Menebar Sejuta Kebaikan”