Sahabat, sadar nggak sih? Dalam hiruk-pikuk keseharian, kadang kita sebagai orang dewasa suka slip saat berinteraksi dengan si kecil. Padahal, menjaga adab terhadap anak bukan sekadar soal sopan santun basa-basi, tapi bentuk validasi kita terhadap perasaan dan tumbuh kembang mereka.
Ketika anak diperlakukan dengan respek, mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri (confident) dan punya empati tinggi. Yuk, kita refresh lagi ingatan kita tentang adab-adab sederhana yang sering terlewat, padahal dampaknya luar biasa besar.
1. Ucapkan Salam Lebih Dulu
Rasulullah SAW adalah role model terbaik dalam memuliakan anak-anak. Beliau tidak gengsi memberi salam lebih dulu. Dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Anas bin Malik r.a. menceritakan bahwa Rasulullah pernah melewati kumpulan anak-anak, lalu beliau memberi salam kepada mereka.
Ini bukan sekadar sapaan, Sahabat. Ini adalah pengakuan eksistensi. Ketika orang dewasa memulai salam, anak merasa dianggap. Dengan begitu, mereka menanamkan adab terhadap anak sejak dini, bahwa siapa pun berhak mendapat penghormatan, tak peduli usianya..
2. Sapa dengan Senyuman Tulus
Senyum itu magic. Ia menciptakan rasa aman bagi anak. Banyak anak jadi pemalu atau insecure bukan karena genetik, tapi karena sering disambut wajah tegang orang dewasa.
Rasulullah SAW bersabda: “Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah.” (HR. Tirmidzi). Dengan tersenyum, Sahabat mengajarkan kelembutan tanpa perlu banyak kata.
3. Usap Kepala sebagai Bahasa Kasih
Dalam psikologi, sentuhan fisik seperti usapan di kepala adalah bentuk penyaluran kasih sayang yang ampuh. Sayangnya, kita sering lupa atau melakukannya sambil lalu saja.
Padahal, Rasulullah menganjurkan hal ini, terutama kepada anak yatim, untuk melembutkan hati kita sendiri. “Usaplah kepala anak yatim dan berilah makan orang miskin.” (HR. Ahmad). Sentuhan ringan ini memberi sinyal pada anak bahwa mereka dicintai dan dihargai.
4. Doakan Mereka dengan Tulus
Kata-kata orang dewasa adalah doa. Saat Sahabat bilang, “Semoga kamu jadi anak hebat ya,” itu langsung masuk ke alam bawah sadar mereka. Anak merasa didukung, bukan dituntut.
Ingatlah, doa orang tua (atau orang yang dituakan) kepada anak adalah salah satu doa yang mustajab. “Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi… (salah satunya) doa orang tua kepada anaknya.” (HR. Abu Daud). Jangan pelit mendoakan kebaikan ya, Sahabat!
Baca Juga: 5 Doa Perlindungan untuk Anak agar Selalu dalam Penjagaan Allah
5. Bicara Lembut, Jangan Meremehkan
Nada bicara adalah cerminan respek. Banyak anak merasa takut berbicara hanya karena terbiasa mendengar suara keras. Ketika Sahabat bicara lembut, anak belajar bahwa lingkungan mereka aman untuk berekspresi.
Allah SWT memerintahkan Nabi Musa dan Harun untuk berbicara lemah lembut bahkan kepada Firaun (QS. Thaha: 44). Apalagi kepada anak-anak yang fitrahnya masih suci? Ini adalah inti dari adab terhadap anak untuk membangun koneksi emosional yang sehat.
6. Stop Prank! Jangan Berbohong Meski Bercanda
Ini poin krusial bagi generasi kita yang hobi bercanda. Menakut-nakuti atau membohongi anak demi tawa itu big no. Anak bisa krisis kepercayaan (trust issue).
Rasulullah SAW sangat tegas soal ini. Abdullah bin Amir r.a. bercerita bahwa ibunya pernah memanggilnya dengan iming-iming sesuatu. Rasulullah bertanya, “Apa yang hendak engkau berikan?” Ibunya menjawab, “Kurma.” Lalu Rasulullah bersabda: “Adapun jika engkau tidak memberinya sesuatu, maka hal itu akan dicatat sebagai kedustaan bagimu.” (HR. Abu Daud). Integritas dimulai dari sini, Sahabat.
7. Sejajarkan Posisi (Menunduk) Saat Bicara
Tubuh kita itu raksasa bagi anak kecil. Bicara sambil berdiri tegak bisa bikin mereka terintimidasi. Cobalah berjongkok atau menunduk agar mata kita sejajar (eye level). Ini adalah teknik komunikasi nabi yang membuat interaksi jadi setara dan nyaman. Secara psikologis, ini menurunkan barrier defensif anak.
8. Mendengarkan dengan Sungguh-Sungguh
Seringkali kita memotong cerita anak atau mendengarkan sambil main HP. Padahal, ketika Sahabat menyimak dengan sungguh-sungguh, anak merasa idenya berharga. Ini menumbuhkan bonding yang kuat. Adab terhadap anak ini mengajarkan mereka untuk menjadi komunikator yang baik di masa depan.
9. Beri Hadiah, Meski Sederhana
Hadiah nggak harus mahal. Stiker lucu atau jajanan kecil sudah cukup bikin mereka happy. Konsepnya adalah perhatian.
Rasulullah SAW bersabda: “Saling memberilah hadiah, niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad). Hadiah menyeimbangkan pendidikan dengan kasih sayang yang nyata.
10. Tidak Mengolok, Meremehkan, atau Membandingkan
“Tuh liat anak tetangga…” Kalimat ini racun, Sahabat. Membandingkan anak bisa menghancurkan harga diri mereka. Apalagi mengolok-olok fisik atau sifatnya.
Allah SWT mengingatkan dalam QS. Al-Hujurat ayat 11: “Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok)…” Menjaga lisan adalah puncak adab terhadap anak untuk melindungi mental mereka.
Buktikan Kasih Sayang, Wujudkan Senyum Mereka
Sahabat, teori saja tidak cukup. Adab terhadap anak yang telah kita pelajari di atas adalah bekal untuk berinteraksi dengan anak-anak di sekitar kita. Namun, masih banyak anak-anak di luar sana, terutama yatim dan dhuafa, yang merindukan sentuhan kasih sayang, sapaan lembut, dan hadiah kecil dari kita.
Yuk, salurkan kepedulian Sahabat menjadi aksi nyata bersama Yayasan Senyum Mandiri. Sedikit kepedulian Sahabat bisa menjadi alasan besar bagi mereka untuk tersenyum hari ini dan optimis menatap masa depan.
Mari bergandengan tangan memuliakan mereka, sebagaimana Rasulullah memuliakan anak-anak.
Klik link di bawah ini untuk Berdonasi dan Mengukir Senyum Bersama Yayasan Senyum Mandiri
Untuk info & layanan donasi bisa hubungi kami ya, dengan klik di sini atau scan QR barcode di bawah.
Semoga ikhtiar kita menjadi pemberat amal baik di akhirat kelak. Aamiin.

“Menebar Sejuta Kebaikan”