Hukum Menyindir Orang – Di era digital yang serba cepat ini, curhat di media sosial sudah jadi makanan sehari-hari. Mulai dari drama pekerjaan, relationship yang rumit, sampai masalah circle pertemanan, semuanya sering banget tumpah di status WhatsApp, Instagram Story, atau di X (Twitter). Rasanya kalau belum update, hati belum plong, kan? Tapi, tanpa sadar, kebiasaan ini sering banget bergeser jadi ajang sindiran halus alias passive-aggressive yang ditujukan buat seseorang.
Nah, Sahabat, di sinilah kita perlu berhenti sejenak dan merenung. Sebenarnya, bagaimana sih hukum menyindir orang dalam Islam? Jangan sampai niat hati ingin lega, malah jadi dosa sosial yang merusak hati dan silaturahmi.
Fenomena Nyindir Lewat Story, Kenapa Sering Terjadi?
Di media sosial, melempar sindiran terasa jauh lebih mudah karena kita nggak perlu bertatap muka langsung alias face-to-face. Sering kali kita merasa lagi menyampaikan kebenaran atau ngasih kode keras supaya orang yang dimaksud peka dan sadar diri. Tapi, kalau kita bedah dari kacamata syariat, tindakan ini perlu dikaji ulang, lho.
Ketika bicara soal hukum menyindir orang, para ulama sepakat bahwa sindiran yang tujuannya menjatuhkan, mempermalukan, atau bikin orang lain tersinggung adalah akhlak tercela (madzmumah). Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Humazah ayat 1:
“Celakalah bagi setiap pengumpat lagi pencela.” (QS. Al-Humazah: 1)
Ayat ini adalah peringatan keras buat siapa saja yang hobi mencela, baik secara terang-terangan maupun lewat isyarat atau sindiran di medsos.
Sahabat pasti sering lihat status model begini: “Ada ya manusia yang lupa sama kebaikan temannya sendiri,” atau “Kalau nggak bisa jaga lisan, mending diam deh.” Kalimatnya sih umum, nggak sebut nama (no mention), tapi vibe-nya jelas banget nembak ke satu orang. Dampaknya? Hubungan jadi retak, prasangka buruk alias suudzon menyebar, dan hati kita jadi makin kotor.
Bagaimana Islam Memandang Curhat yang Bernada Sindiran?
Islam itu agama yang sangat menjaga izzah (kehormatan) setiap muslim. Makanya, hukum menyindir orang jadi isu serius ketika sindiran itu berubah jadi ghibah terselubung. Ghibah itu nggak cuma terjadi saat kita nyebut aib orang secara verbal, tapi juga saat Sahabat bikin status yang menggiring opini publik untuk merendahkan orang lain.
Rasulullah SAW pernah bertanya kepada para sahabat:
“Tahukah kalian apa itu ghibah?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Beliau bersabda, “Engkau menyebutkan hal-hal tentang saudaramu yang tidak ia sukai.” (HR. Muslim)
Sindiran di medsos juga membuka gerbang fitnah. Orang lain yang baca bisa salah paham, ikut-ikutan menggoreng isu di kolom komentar, atau men-skrinsut dan menyebarkannya. Akhirnya, dosa jariyah pun mengalir lebih jauh dari yang Sahabat bayangkan.
Dalam banyak kasus, mungkin niat awalnya cuma pengen curhat atau release stress. Tapi ingat, Nabi SAW mengingatkan bahwa sesama muslim itu bersaudara; haram hukumnya menzalimi, merendahkan, atau mempermalukan saudaranya di depan umum (termasuk di timeline publik).
Baca Juga: Adab Bermedia Sosial ala Islam Biar Gak Ikut Sebar Hoax & Kebencian
Lantas, Curhat yang Halal Itu Seperti Apa?
Tenang Sahabat, Islam nggak melarang kita buat curhat, kok. Manusiawi banget kalau kita merasa lelah atau kecewa. Islam justru menganjurkan kita buat menumpahkan segala keluh kesah (munajat) langsung kepada Allah, Tempat Curhat yang paling aman dan solutif.
Kalau butuh telinga manusia, boleh banget cerita ke orang yang terpercaya. Tapi, ketika curhat dibawa ke ruang publik seperti story, aturannya jadi beda.
Para ulama menjelaskan bahwa curhat yang diperbolehkan adalah yang tidak melanggar hukum menyindir orang dan tetap menjaga aib saudara kita. Sahabat boleh mengekspresikan perasaan secara umum tanpa tendensi menyerang. Contohnya, “Hari ini lelah banget, semoga Allah kasih kekuatan,” itu beda vibes-nya sama “Capek banget ngadepin orang yang nggak tau diri.”
Kuncinya ada di niat dan pemilihan kata. Sebaiknya, curhatlah hanya pada orang yang amanah, pasangan, orang tua, atau sahabat dekat. Dengan begitu, perasaan lega didapat, aib terjaga, dan Sahabat selamat dari dosa menyindir.
Dampak Toksik Sindiran, Realita dan Syariat
Selain melanggar hukum menyindir orang, kebiasaan ini punya efek buruk buat kesehatan mental dan spiritual (hati). Menyindir sering bikin kita merasa paling benar, sementara orang yang disindir merasa dipermalukan. Di dunia nyata, ini menciptakan social tension yang nggak enak banget.
Secara spiritual, sindiran membuka pintu dosa ghibah, adu domba, dan kesombongan. Padahal, setiap ketikan kita dicatat lho, Sahabat. Ingat firman Allah:
“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaf: 18)
Jadi, menjaga jari saat ngetik status itu sama pentingnya dengan menjaga lisan saat berbicara.
Kesimpulan
Memahami hukum menyindir orang membantu Sahabat jadi netizen yang lebih bijak dan berkelas. Kalau ada masalah, Islam mengajarkan kita untuk tabayyun (klarifikasi), musyawarah, atau mending doakan saja supaya hati orang tersebut dilembutkan. Menyindir nggak akan menyelesaikan masalah, malah memperkeruh suasana.
Sahabat bebas berekspresi, tapi pastikan tidak memakan kehormatan orang lain. Yuk, pastikan setiap status yang kita upload jadi ladang pahala, bukan penyesalan di kemudian hari.
Daripada Hati Panas, Mending Kita Berbagi Kebahagiaan!
Sahabat, daripada jari kita sibuk merangkai kata sindiran yang bikin hati makin keruh, mending kita gunakan energi tersebut untuk hal yang lebih positif dan menyejukkan jiwa. Salah satu cara terbaik membersihkan hati dari penyakit dendam adalah dengan berbagi.
Yuk, salurkan kepedulianmu melalui Yayasan Senyum Mandiri. Di sini, setiap rupiah yang Sahabat sisihkan akan berubah menjadi senyuman nyata bagi anak-anak yatim dan dhuafa yang membutuhkan.
Daripada nyinyir, mending kita mengukir senyum, kan? Mari wujudkan aksi nyata sekarang juga, karena kebahagiaan mereka adalah ketenangan hati kita.
Klik link di bawah ini untuk Donasi ke Yayasan Senyum Mandiri
Untuk info & layanan donasi bisa hubungi kami ya, dengan klik di sini atau scan QR barcode di bawah.

“Menebar Sejuta Kebaikan”