Adab di Kuburan yang Sering Dilupakan Saat Ziarah

Sahabat, pernah nggak sih, hati auto jadi adem pas lagi ziarah ke makam? Suasananya yang hening, plus deretan batu nisan, kayak reminder kuat kalau hidup ini beneran sementara. Nah, makanya penting banget buat kita paham soal adab di kuburan. Biar kedatangan kita ke sana bawa ketenangan, bukan malah bikin suasana jadi awkward atau bahkan ngundang hal yang nggak disukai Allah.

Tujuan Ziarah, Mengingat Kematian, Bukan Tempat Nongkrong

Ziarah kubur itu dianjurkan banget dalam Islam sebagai pengingat biar kita level up inget akhirat. Nabi Muhammad SAW bersabda, “…Berziarahlah ke kubur, karena itu akan mengingatkanmu pada kematian.” (HR. Muslim).

Jadi, sahabat, main goal-nya datang ke makam tuh bukan buat haha-hihi atau sekadar check-in lokasi buat medsos. Tapi lebih ke deep talk sama diri sendiri, merenungi kalau suatu saat, kita juga yang bakal dibaringin di sana.

Tapi sayangnya, reality check, masih banyak yang kayaknya skip materi adab di kuburan ini. Ada yang datang sambil bercanda, ngobrol kenceng banget, bahkan ketawa-ketiwi. Padahal, attitude kayak gitu jelas nggak respect sama kesucian tempat yang seharusnya kita jaga bareng-bareng.

Jaga Lisan, Jangan Ghibah di Dekat Kuburan

Salah satu adab di kuburan yang sering banget kelewat adalah jaga lisan. Pas ziarah, please hindari obrolan yang nggak penting, apalagi ghibah alias ngomongin orang. Rasulullah SAW ngasih perumpamaan yang dalem banget: ghibah itu kayak makan daging bangkai saudara sendiri. Creepy, kan? Nah, masa iya kita tega ngelakuin dosa itu di tengah-tengah mereka yang udah berpulang?

Mendingan, waktu kita di sana dipakai buat sesuatu yang lebih produktif secara spiritual: dzikir, istighfar, atau baca doa. Ucapkan salam saat masuk, “Assalamu’alaikum ahlad-diyaar minal mu’miniina wal muslimiin…” (Salam keselamatan atas penghuni rumah-rumah (kuburan) ini dari orang-orang beriman dan Islam…). Doakan mereka biar dosanya diampuni dan kuburnya diluasin. Percaya deh, setiap kalimat baik dari lisan sahabat itu bisa jadi ‘kiriman cahaya’ buat mereka di alam sana.

Baca Juga: Ilmu Penting! Tata Cara Berziarah yang Baik Menurut Islam

Tertib dan Tenang, Hormati Suasana Pemakaman

Adab di kuburan itu juga soal body language, sahabat. Waktu jalan di antara makam, usahain banget nggak nginjek atau (apalagi) duduk di atas kuburan. Ini serius. Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh, lebih baik bagimu duduk di atas bara api hingga membakar pakaian dan menembus kulitmu daripada duduk di atas kubur.” (HR. Muslim).

Ngeri kan? Hadis tadi nunjukkin betapa besar kehormatan yang harus kita kasih ke orang yang sudah wafat. Jaga ketenangan, ngomong pelan-pelan, dan pastiin outfit kita sopan. Itu semua adalah bentuk respect yang sekaligus nunjukkin level kedewasaan spiritual kita.

Hindari Foto Berlebih, Pemakaman Bukan Tempat Konten

Di era socmed ini, challenge-nya nambah. Sering banget momen ziarah malah jadi bahan konten. Padahal, adab di kuburan jelas ngelarang kita ngejadiin pemakaman kayak spot aesthetic atau bahan hiburan. Coba bayangin, ada keluarga yang lagi sedih-sedihnya, eh di sebelah ada yang lagi asyik selfie atau bikin video sinematik. Kan, nggak etis banget.

Remember, sahabat, pemakaman itu tempat refleksi, bukan panggung buat eksistensi. Kalau emang kangen dan pengin ngenang almarhum/almarhumah, cara terbaiknya adalah lewat doa dan ngelakuin amal baik atas nama mereka. Itulah love language yang sesungguhnya.

Jadikan Ziarah sebagai Renungan Diri

Waktu kita berdiri di depan nisan, itu sebenernya kita lagi ‘ditampar’ pelan sama kenyataan: giliran kita bakal datang. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ

Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati…” (QS. Ali ‘Imran: 185).

Jadi, adab di kuburan itu bukan cuma soal sopan santun, tapi ‘training’ buat hati kita biar nggak bebal sama reminder kematian. Ngelihat liang lahat harusnya bikin kita makin sat-set beramal, bukan malah sibuk haha-hihi.

Setiap ziarah itu ibarat tombol reset buat niat hidup kita. Jadi momen buat evaluasi diri, belajar maafin orang, dan yang pasti, stock opname bekal buat ‘pulang’ ketemu Allah.

Kesimpulan

So, sahabat, ngejaga adab di kuburan itu artinya kita respect sama yang udah tiada, sekaligus ‘sekolahin’ jiwa kita biar makin tunduk sama Allah. Jangan sampai langkah kita ke pemakaman cuma jadi ritual checklist doang yang hampa makna. Datanglah dengan hati yang ‘bersih’, lisan yang ‘di-rem’, dan niat tulus buat mendoakan, bukan buat self-healing yang salah tempat.

Karena pada akhirnya, setiap nama di batu nisan itu adalah spoiler buat kita: suatu hari nanti, nama kita juga yang bakal terukir di sana. Semoga Allah jadiin setiap ziarah kita sebagai sarana buat melembutkan hati dan upgrade bekal akhirat. Aamiin.

Bekal Terbaik Nggak Bisa Check-out Nanti, Harus Disiapin Sekarang!

Sahabat, ziarah ngingetin kita kalau hidup ini ada deadline-nya. Semua yang kita punya bakal ditinggal, kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak saleh (Hadis Riwayat Muslim).

Selagi kita masih bisa napas, masih bisa scroll artikel ini, yuk siapin ‘bekal’ terbaik yang pahalanya nggak akan putus! Jadikan momen ‘ingat mati’ ini sebagai bahan bakar buat beramal. Sahabat bisa mulai investasi akhirat lewat Yayasan Senyum Mandiri.

Setiap rupiah yang sahabat salurkan untuk program pendidikan anak yatim, bantuan dhuafa, atau program wakaf, insyaAllah bakal jadi kiriman pahala yang auto-recharge terus-menerus, bahkan saat nama kita udah ada di batu nisan.

Yuk, titip amal jariyahmu sekarang juga! melalui Yayasan Senyum Mandiri dan jadikan senyuman mereka sebagai saksi kebaikanmu di akhirat nanti.

Klik di sini atau scan QR barcode di bawah ini untuk informasi lebih lanjut.

Barcode Nomer CS 2025 (Yuli)

“Menebar Sejuta Kebaikan”

Tinggalkan komentar