Sahabat, ngaku deh, siapa sih yang nggak pengin tetap slay dan kelihatan segar? Apalagi pas uban mulai say hello, rasanya gatal pengin langsung tutupin pakai semir hitam. Eits, tapi tahu nggak, sahabat, kalau dalam Islam ada aturan main-nya soal ini? Yap, alasan semir hitam dilarang itu ternyata bukan cuma soal warnanya doang, tapi ada makna dan hikmah yang lebih deep.
Ada cerita nih, pas Rasulullah SAW lihat Abu Quhafah (ayahnya Abu Bakar) yang rambutnya sudah memutih semua, beliau bersabda:
“Ubah warna uban ini dengan sesuatu, tapi jauhilah warna hitam.” (HR. Muslim)
Kalimat yang simple tapi ngena banget ini punya pesan moral dan spiritual yang gede, sahabat. Yuk, kita kupas satu per satu tiga alasan utama kenapa semir hitam dilarang dalam Islam.
1. Dianggap Tadlis (Gampangnya: Nggak Jujur atau Kamuflase)
Alasan semir hitam dilarang yang pertama adalah karena ini bisa masuk kategori tadlis. Tadlis itu semacam flexing palsu atau menutupi kenyataan. Kalau dalam ajaran kita, sahabat, honesty is key. Nggak cuma pas ngomong, tapi juga soal penampilan.
Coba bayangin, sahabat. Orang yang sudah beruban kan logikanya sudah matang usianya. Tapi pas disemir hitam pekat, auto kelihatan jauh lebih muda. Nah, yang dikhawatirin para ulama, apalagi kalau niatnya buat nge-flex ke lawan jenis, ngelamar kerjaan biar dikira fresh graduate, atau intinya menipu umur.
Rasulullah SAW wanti-wanti banget agar kita jauh-jauh dari segala bentuk tipu-tipu, termasuk soal penampilan. Jadi, alasan semir hitam dilarang ini bukan buat nge-gatekeep ekspresi kita, tapi lebih biar kita tetap real ke diri sendiri dan orang lain.
2. Menyerupai Kebiasaan Kaum Lain (Tasyabbuh)
Alasan kedua ini menyangkut soal identitas kita sebagai Muslim. dalam catatan sejarah, ada beberapa kelompok non-Muslim atau tentara di masa lalu (kayak Romawi) yang pakai semir hitam pekat biar kelihatan gagah di medan perang atau buat nutupin umur.
Nah, Rasulullah SAW melarang kita ngikutin kebiasaan mereka, tujuannya biar karakter dan prinsip kita sebagai Muslim tetap otentik. Beliau bersabda:
“Barang siapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka.” (HR. Abu Dawud)
Jadi, alasan semir hitam dilarang juga soal maintenance identitas. Islam pengin kita dikenal bukan karena look yang dibuat-buat, tapi dari akhlak, ketulusan, dan kejujuran kita. Vibes-nya harus asli.
3. Menolak Fitrah (Proses Alami) dari Allah
Sahabat, uban itu kan by design alias tanda alami kalau kita lagi level up usianya. Tapi kerennya, dalam Islam, uban itu justru dianggap sebagai cahaya kemuliaan. Keren kan? Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa beruban di jalan Allah, maka uban itu akan menjadi cahaya baginya pada hari kiamat.” (HR. At-Tirmidzi)
Jadi, pas seseorang sengaja ngapus tanda itu pakai semir hitam pekat, itu bisa diartiin sebagai sikap menolak fitrah yang udah Allah desain. Inilah alasan semir hitam dilarang yang ketiga: Islam ngajarin kita buat menerima setiap proses kehidupan dengan full rasa syukur dan ridha.
Menjadi tua itu bukan aib, sahabat. Justru tiap helai uban itu saksi bisu perjuangan hidup kita, bukti kita udah survive melewati waktu dengan sabar dan terus belajar. Dengan nerimo proses penuaan, kita belajar jadi pribadi yang lebih rendah hati dan bersyukur sama setiap fase kehidupan.
Baca Juga: Alasan Tato Dilarang Dalam Islam, Ini Penjelasannya!
Terus, Solusinya Gimana Biar Tetap Fresh?
Meski alasan semir hitam dilarang itu jelas, bukan berarti Islam anti banget sama pewarna rambut. No! Rasulullah SAW justru ngasih alternatif buat ganti warna uban pakai hena (pacar) atau katam. Ini pewarna alami yang hasilnya lebih ke merah atau cokelat gelap.
Pilihan warna alami ini nggak terkesan maksa atau menipu, tetap menghargai fitrah, dan malah bisa jadi bagian dari menjaga kebersihan diri yang dianjurin. Jadi, sahabat tetap bisa tampil rapi dan segar tanpa offside dari aturan syariat.
Kesimpulan
Dari tiga poin tadi, jelas ya sahabat, kalau alasan semir hitam dilarang dalam Islam itu bukan hal sepele. Aturan ini akarnya kuat di nilai-nilai kejujuran, identitas, dan self-acceptance. Islam nggak pengin kita denial sama kenyataan cuma demi good looking sesaat.
Sahabat, uban itu bukan sinyal menua yang harus di sembunyiin, tapi justru tanda kematangan dan kebijaksanaan. Let’s rawat diri kita tanpa harus bohongin diri sendiri. Karena secakep apa pun penampilan luar, yang Allah nilai tetap core-nya: hati dan amal kita.
Uban Adalah Cahaya, Mari Bagi Cahaya untuk Mereka!
Sahabat, ngomongin soal uban dan fitrah penuaan, kita jadi ingat sama orang tua dan para lansia di sekitar kita. Uban mereka adalah bukti perjuangan hidup yang luar biasa. Menerima fitrah kita juga berarti memuliakan fitrah mereka.
Banyak banget sahabat kita (para lansia dhuafa) yang di usia senjanya masih berjuang sendirian untuk sekadar tersenyum. Yuk, ubah cahaya di kepala kita (uban) jadi cahaya nyata buat mereka.
Salurkan kepedulian sahabat lewat Yayasan Senyum Mandiri! Kita bantu mereka tersenyum di hari tua. Kepoin program-program keren mereka dan jadi bagian dari kebaikan untuk memuliakan para lansia!
Klik di sini atau scan QR barcode di bawah ini untuk informasi lebih lanjut.

“Menebar Sejuta Kebaikan”