Sahabat, pernah kepikiran gak, sih? Kenapa ya, Tahun Baru Islam itu patokannya peristiwa hijrah Nabi Muhammad ﷺ? Kenapa bukan hari kelahiran beliau, atau momen turunnya wahyu pertama yang super dahsyat itu? Pertanyaan ini penting banget, karena jawabannya nunjukkin betapa dalamnya filosofi Islam. Nah, biar gak penasaran lagi, yuk kita flashback ke sejarah tahun hijriah dan cari tahu alasan keren di baliknya!
Kalender Hijriah Gak Dibuat di Zaman Nabi
Yap, kamu nggak salah baca. Di zaman Nabi Muhammad ﷺ, belum ada tuh penanggalan “Tahun ke-1, ke-2, dst”. Barulah di masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, sekitar tahun 17 Hijriah, kalender ini dirumuskan.
Ceritanya, urusan negara makin kompleks dan surat-menyurat butuh tanggal yang jelas. Suatu hari, Gubernur Basrah, Abu Musa al-Asy’ari, ‘curhat’ ke Khalifah Umar karena bingung surat-surat resmi dari pusat nggak ada tahunnya. Nah, dari ‘curhatan’ inilah proyek besar perumusan kalender Islam dimulai.
Debat Para Sahabat, Kenapa Hijrah yang Dipilih?
Waktu itu, para sahabat ngumpul buat brainstorming. Ada yang usul pakai tahun kelahiran Nabi, ada yang usul tahun kenabian atau peristiwa Isra’ Mi’raj. Semuanya adalah peristiwa besar. Tapi, Khalifah Umar dan mayoritas sahabat punya pandangan lain yang lebih visioner. Mereka sepakat memilih momen hijrah—perpindahan Nabi dan umat Islam dari Mekkah ke Madinah—sebagai titik nol kalender Islam.
Makna di Balik Hijrah Itu Lebih dari Sekadar Pindah Kota
Kenapa hijrah? Karena hijrah itu bukan sekadar ‘pindah kost’ dari Mekkah ke Madinah buat nyari aman. Ini adalah sebuah turning point! Hijrah adalah momen transformasi besar. Allah SWT bahkan mengabadikan momen genting dalam perjalanan hijrah ini di dalam Al-Qur’an:
“…di waktu dia diusir oleh orang-orang kafir (dari Mekah), sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: ‘Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita’.” (QS. At-Taubah: 40)
Di Madinah, Islam nggak lagi cuma sebatas ibadah pribadi, tapi berevolusi menjadi sebuah sistem masyarakat yang utuh—ada hukumnya, ada sosialnya, ada negaranya. Hijrah adalah simbol dari ‘move on’ besar-besaran, dari fase tertindas di Mekkah ke fase membangun peradaban di Madinah. Inilah momen lahirnya komunitas Islam yang merdeka dan berdaulat.
Baca Juga: Sejarah Tahun Baru Islam, Berawal dari Hijrah Nabi
Hijrah Kita Hari Ini, Dari Malas jadi Produktif
Kalau kita renungin, hidup kita ini juga isinya ‘hijrah’ terus, kan? Bukan selalu pindah kota, tapi:
- Hijrah dari kebiasaan buruk ke kebiasaan baik.
- Hijrah dari rebahan doang jadi produktif.
- Hijrah dari ilmu yang sedikit ke ilmu yang lebih banyak.
Tahun Baru Hijriah ini jadi pengingat tahunan buat kita, “Yuk, tahun ini kita hijrah jadi versi diri yang lebih baik lagi!”
Pelajaran dari Khalifah Umar. Ini Bukan soal Individu, tapi Umat
Maka, keputusan Khalifah Umar ini ngajarin kita satu hal yang super penting: Islam itu soal kebersamaan. Yang dijadikan patokan bukan momen pribadi Nabi (kelahiran), tapi momen perjuangan kolektif UMAT Islam. Ini tentang bangkit bareng-bareng, membangun sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri.
Ini sejalan dengan semangat yang Allah tanamkan pada umat Islam, seperti yang disebutkan dalam hadis qudsi:
“Aku (Allah) adalah yang ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak mengkhianati yang lain…” (HR. Abu Dawud)
Maka, yang terpenting untuk kita pahami dari hadis ini adalah betapa Allah meridhai kebersamaan dan kerja sama dalam kebaikan.
Kesimpulan
Jadi, sekarang kita paham kan, kenapa sejarah tahun hijriah berawal dari peristiwa hijrah? Ini bukan cuma soal tanggal, tapi soal spirit pergerakan, perubahan, dan pembangunan peradaban. Setiap datangnya tahun baru Islam, tentu saja kita semua diajak untuk melakukan hijrah batin seperti berbenah, memperbaiki diri, dan bergerak menuju kebaikan.
Momen Tahun Baru Islam telah tiba, sahabat! Oleh karena itu, mari kita maknai kembali semangat hijrah ini, bukan hanya sebagai cerita sejarah, tapi sebagai kompas untuk langkah kita hari ini dan esok.
Jadilah ‘Anshar’ di Zaman Modern, Lanjutkan Spirit Hijrah!
Sahabat, semangat hijrah itu sendiri mengajarkan kita tentang pengorbanan dan kepedulian. Untuk membuktikannya, kita bisa melihat dua contoh utama. Pertama, para Muhajirin rela meninggalkan segalanya demi iman. Selain itu, para Anshar di Madinah dengan tulus ikhlas berbagi apa yang mereka punya.
Di Yayasan Senyum Mandiri, kami percaya semangat Anshar dan Muhajirin ini harus terus hidup. Oleh karena itu, kami mengajak sahabat untuk menjadi ‘Anshar’ di zaman modern ini.
Bantu saudara-saudara kita yang sedang ‘berhijrah’ dari kesulitan menuju kehidupan yang lebih layak. Donasimu akan menjadi bekal bagi anak yatim untuk terus sekolah, modal bagi janda untuk mandiri, dan makanan bagi dhuafa yang kelaparan. Ini adalah cara paling nyata untuk meneladani semangat hijrah.
Yuk, maknai hijrahmu dengan aksi nyata! Salurkan kepedulianmu melalui Senyum Mandiri, dan jadilah bagian dari perubahan baik bagi sesama. Klik di sini untuk memulai ‘hijrah kebaikanmu’ hari ini!
Klik Disini atau scan QR Barcode dibawah untuk informasi lebih lanjut

“Menebar Sejuta Kebaikan”