Cara Menghadapi Perbedaan Pendapat ala Rasulullah

Cara Menghadapi Perbedaan Pendapat – Halo sahabat! Dalam kehidupan sehari-hari, fix banget kita nggak akan bisa menghindari yang namanya perbedaan pendapat. Mau di lingkungan kerja, tongkrongan, keluarga, atau bahkan saat mabar (main bareng), pasti ada aja momen di mana pandangan kita nggak sejalan dengan orang lain.

Nah sahabat, yang menarik, Rasulullah SAW, panutan kita, juga sering banget menghadapi situasi kayak gini. Tapi yang luar biasa, beliau selalu punya cara ciamik untuk menghadapi perbedaan pendapat: selalu lembut, bijak, dan penuh kasih.

Gimana sih caranya? Yuk, kita kupas satu per satu.

1. Rasulullah Selalu Mendengarkan Sebelum Menilai

Salah satu pelajaran penting dari Nabi Muhammad SAW adalah gimana beliau selalu kasih space buat orang lain bicara. Beliau itu tipe pendengar yang totalitas, bukan yang dengerin sambil nyiapin counter-attack argumen.

Inget nggak kisah menjelang Perang Uhud? Waktu itu ada perbedaan pendapat di kalangan sahabat. Sebagian (yang senior) ingin bertahan di dalam kota Madinah, sebagian (yang muda) ingin gas menyerang ke luar. Rasulullah nggak langsung ambil keputusan. Beliau mendengarkan kedua kubu dengan super perhatian, menimbang plus-minusnya, baru deh ngasih keputusan.

Sikap ini ngajarin kita bahwa menghadapi perbedaan pendapat itu bukan soal siapa yang paling bener, tapi siapa yang paling mau memahami. Di zaman sekarang, ini relevan banget. Misalnya pas rapat di kantor atau ada drama di rumah. Kadang, yang dibutuhin itu bukan solusi instan, tapi telinga yang tulus mau dengerin.

2. Fokus pada Solusi, Bukan Gengsi

Nabi Muhammad SAW nggak pernah ngeladenin debat kusir cuma buat ngebuktiin beliau paling benar. Beliau itu solution-oriented, bukan ego-oriented.

Contoh paling keren itu pas Perang Khandaq (Perang Parit). Para sahabat bingung soal strategi terbaik. Lalu, Salman Al-Farisi, yang dari Persia, usul strategi yang out-of-the-box (bagi orang Arab saat itu): bikin parit besar. Rasulullah, tanpa gengsi ide ini bukan dari saya, langsung setuju karena ide itu yang paling strategis dan membawa manfaat.

Dari sini kita belajar, menghadapi perbedaan pendapat dengan elegan itu artinya ngutamain solusi, bukan ego. Di media sosial, banyak banget orang sibuk menang argumen sampai lupa etika dan empati. Padahal, Nabi ngajarin kita buat ninggalin perdebatan yang nggak perlu, bahkan kalau kita di posisi yang benar.

Rasulullah SAW bersabda: “Aku menjamin sebuah rumah di tepi surga bagi siapa saja yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar, sebuah rumah di tengah surga bagi siapa saja yang meninggalkan kedustaan meskipun ia bercanda, dan sebuah rumah di puncak surga bagi siapa saja yang berakhlak mulia.” (HR. Abu Daud)

Keren, kan? Fokus ke hasil, bukan cuma adu gengsi.

3. Lemah Lembut, Nggak Pake Ngegas

Saat Rasulullah berdialog dengan orang-orang yang beda keyakinan, kayak kaum Yahudi dan Nasrani, beliau nggak pernah memaksa, nyindir, apalagi merendahkan lawan bicaranya. Style komunikasi beliau itu selalu adem.

Allah SWT bahkan memuji cara beliau ini dalam Al-Qur’an:

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu…” (QS. Ali Imran: 159)

Baca Juga: 10 Adab Berdebat Dalam Islam yang Perlu Diketahui

Ayat ini powerful banget, sahabat. Ini nunjukkin kalau cara Nabi menghadapi perbedaan pendapat itu dasarnya love language, bukan hate speech. Beliau bicara pakai adab, milih kata yang menenangkan, dan nggak pernah motong omongan orang. Coba bayangin kalau tiap diskusi di grup WhatsApp atau kolom komen pakai cara kayak gini, pasti dunia lebih damai.

4. Menerima Masukan dengan Lapang Dada (Nggak Baperan!)

Ini nih yang susah. Waktu selesai Perang Badar, ada perbedaan pendapat soal tawanan perang. Umar bin Khattab punya ide A (hukum tegas), sementara Abu Bakar punya ide B (maafkan/ambil tebusan).

Rasulullah mendengarkan keduanya dengan serius, lalu beliau lebih condong memilih pendapat Abu Bakar yang lebih mengutamakan kemanusiaan dan maslahat (kebaikan bersama) saat itu. Menariknya, beberapa waktu kemudian, turun wahyu (QS. Al-Anfal: 67) yang mengkoreksi pilihan tersebut, yang intinya mengingatkan agar lebih tegas dalam situasi perang.

Sahabat, poinnya apa? Bahkan seorang Rasul pun terbuka banget sama saran dan koreksi (baik dari sahabat maupun langsung dari Allah). Beliau nggak gengsi atau defensif. Ini nunjukkin kalau menghadapi perbedaan pendapat itu butuh kerendahan hati level dewa. Fokusnya bukan mempertahankan posisi, tapi nyari ridha Allah.

5. Menjaga Hati agar Nggak Jadi Benci

Dalam setiap perbedaan, mau se-sengit apapun, Nabi Muhammad SAW selalu ngingetin buat jaga hati agar tetap clean. Jangan sampai beda pandangan di kepala, merembet jadi benci di hati.

Beliau bersabda: “Tidaklah (sempurna) iman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kalimat simple ini adalah kunci emas dalam menghadapi perbedaan pendapat. Kadang, debat kecil soal politik atau bahkan pilihan tim bola, bisa jadi permusuhan gede cuma karena hati kita nggak dijaga. Nabi mengingatkan bahwa ukhuwah (persaudaraan) harus tetap jadi pondasi, bahkan ketika pandangan kita berseberangan.

Kesimpulan

Sahabat, Rasulullah SAW itu bukan cuma pemimpin agung, tapi juga teladan terbaik dalam seni berdialog dan komunikasi. Beliau dengerin tanpa menghakimi, ngomong tanpa melukai, dan mutusin masalah dengan penuh hikmah. Dunia yang serba bising hari ini jelas butuh banget teladan kayak gitu.

Jadi, pas sahabat lagi di tengah perdebatan atau nemu pandangan yang beda banget sama pandanganmu, inget cara Nabi menghadapi perbedaan pendapat. Karena sejatinya, yang bikin kita keren di mata Allah bukan seberapa jago kita debat, tapi seberapa dalam kita menjaga adab.

Wujudkan Sikap Pedulimu, Bukan Cuma di Debat!

Sahabat, setuju kan kalau inti dari semua akhlak Nabi di atas adalah empati? Nah, empati itu nggak cukup diomongin pas debat aja, tapi harus diwujudkan jadi aksi nyata.

Kalau kita bisa adem menghadapi perbedaan pendapat, kita juga harus bisa sat-set (cepat dan sigap) bantu sesama yang lagi butuh. Yuk, salurkan energi positifmu untuk mereka yang membutuhkan bareng Yayasan Senyum Mandiri.

Di saat kita masih sibuk berdebat soal hal-hal kecil, banyak saudara kita di luar sana yang berjuang untuk kebutuhan dasar. Kepedulianmu, sekecil apapun, bisa membantu membangun senyum mereka agar lebih mandiri.

Ayo jadi bagian dari solusi, bukan cuma bagian dari diskusi. Klik link di bawah ini untuk berdonasi ke Yayasan Senyum Mandiri!

Donasi Yayasan Senyum Mandiri

Untuk info & layanan donasi bisa hubungi kami ya, dengan klik di sini atau scan QR barcode di bawah ini.

Barcode Nomer CS 2025 (Yuli)

“Menebar Sejuta Kebaikan”

Tinggalkan komentar