Kisah Sabar Nabi Muhammad – Sahabat, pernah nggak sih ngerasa di titik paling bawah? Rasanya capek banget, pengen nyerah aja sama keadaan. Entah itu karena kerjaan, masalah keluarga yang nggak kelar-kelar, atau rasa kehilangan yang bikin hati ambyar. Semua itu wajar banget kita rasakan sebagai manusia.
Tapi, saat rasanya udah mau kibarin bendera putih, coba deh kita jeda sejenak. Ada satu sosok teladan luar biasa yang ujiannya jauh lebih berat dari kita, tapi tetap berdiri tegar. Yup, inilah kisah sabar Nabi Muhammad SAW. Beliau adalah bukti nyata bahwa kesabaran itu bukan kelemahan, tapi kekuatan paling dahsyat.
Artikel ini bakal ngajak sahabat semua buat menyelami tiga kisah sabar Nabi Muhammad yang luar biasa. Anggap aja ini recharge station buat iman dan mental kita.
1. Ditolak dan Disakiti di Tha’if, Balasannya Malah Doa Terbaik
Ini salah satu momen paling nyesek dalam perjalanan dakwah Rasulullah. Bayangin, sahabat, beliau baru aja kehilangan dua support system utamanya: Abu Thalib, pamannya yang selalu jadi tameng, dan Khadijah, istri tercinta yang jadi sumber ketenangannya. Momen ini bahkan disebut ‘Amul Huzn (Tahun Kesedihan).
Dengan harapan baru, beliau pergi ke Tha’if buat berdakwah, berharap penduduk di sana mau menerima Islam. Tapi apa yang beliau terima? Bukan sambutan hangat, melainkan cacian, hinaan, bahkan lemparan batu dari anak-anak dan orang dewasa sampai kakinya berdarah. Sakitnya tuh luar dalam.
Malaikat Jibril sampai datang dan nawarin, “Wahai Muhammad, jika engkau mau, aku bisa menimpakan dua gunung ini ke atas mereka.” Kalau kita yang di posisi itu, mungkin udah langsung bilang, “Sikat, malaikat!”
Tapi lihatlah apa yang dilakukan Nabi. Dengan hati seluas samudra, beliau menolak tawaran itu dan justru berdoa dengan doa yang super indah:
“Ya Allah, kepada-Mu aku mengadukan kelemahan kekuatanku, kekurangan siasatku, dan kehinaanku di hadapan manusia… Jika Engkau tidak murka kepadaku, maka aku tidak peduli. Namun, ampunan-Mu lebih luas bagiku… Aku berharap agar Engkau mengeluarkan dari tulang sulbi mereka keturunan yang akan menyembah-Mu dan tidak mempersekutukan-Mu dengan apa pun.”
Speechless, kan? Dari kisah sabar Nabi Muhammad di Tha’if ini, kita belajar: saat dunia jahat sama kita, doa yang tulus jauh lebih powerful daripada balas dendam.
2. Dihujat Kaum Quraisy, Tetap Kokoh Kayak Batu Karang
Sejak hari pertama mendeklarasikan Islam, Rasulullah SAW langsung jadi target bullying kaumnya sendiri, Quraisy. Mereka melabeli beliau dengan sebutan “penyair gila”, “tukang sihir”, sampai “pemecah belah keluarga”. Setiap hari ada aja cemoohan yang tujuannya buat ngejatuhin mental beliau.
Tapi, apakah beliau goyah? Nggak sama sekali. Beliau tetap santai, konsisten, dan fokus menyampaikan kebenaran. Bahkan saat para pembesar Quraisy datang dengan iming-iming harta, takhta, dan wanita tercantik biar beliau berhenti berdakwah, jawabannya legendaris:
“Demi Allah, seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan urusan (dakwah) ini, aku tidak akan pernah meninggalkannya hingga Allah memenangkannya atau aku binasa karenanya.”
Ini bukan cuma kata-kata, tapi deklarasi prinsip yang nggak bisa ditawar. Dari kisah sabar Nabi Muhammad menghadapi hujatan Quraisy, kita bisa ngambil pelajaran mahal: pegang erat prinsip kebenaranmu, sahabat, meskipun seluruh dunia mencoba menggoyahkannya.
Allah SWT pun menguatkan hati beliau dengan firman-Nya:
“Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang musyrik. Sesungguhnya Kami memelihara engkau dari (kejahatan) orang yang memperolok-olokkan (engkau).” (QS. Al-Hijr: 94-95)
3. Sabar Saat Kehilangan Orang-Orang Tercinta
Nggak ada ujian yang lebih menguras emosi selain kehilangan orang yang kita sayang. Rasulullah SAW merasakan ini berkali-kali. Lahir sebagai yatim, ditinggal ibu saat masih kecil, lalu kehilangan kakek yang merawatnya.
Saat dewasa, ujian itu datang lagi. Beliau harus merelakan kepergian Khadijah, belahan jiwa yang menemaninya di saat paling sulit. Nggak berhenti di situ, Allah juga mengujinya dengan wafatnya putra-putri beliau, termasuk putra bungsunya, Ibrahim, yang meninggal saat masih bayi.
Saat menggendong jasad mungil Ibrahim, air mata beliau menetes. Tapi, lihatlah kalimat yang keluar dari lisannya yang mulia, seperti yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik (HR. Bukhari):
“Sesungguhnya mata ini menangis dan hati ini bersedih, namun kami tidak akan mengucapkan sesuatu kecuali yang diridai oleh Rabb kami. Dan sesungguhnya kami sangat bersedih atas kepergianmu, wahai Ibrahim.”
Subhanallah. Beliau menunjukkan kepada kita cara berduka yang paling elegan: mengakui kesedihan sebagai fitrah manusia, tapi menjaga lisan dan hati untuk tetap ridha pada takdir Allah.
Pelajaran dari kisah sabar Nabi Muhammad ini adalah tentang keikhlasan. Menerima bahwa semua milik Allah dan akan kembali kepada-Nya. Sebagaimana firman Allah:
“Dan Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un’ (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).” (QS. Al-Baqarah: 155-156)
Kenapa Kisah Ini Super Related Buat Kita?
Sahabat, hidup kita nggak akan pernah mulus kayak jalan tol. Pasti ada kerikilnya, ada lubangnya. Kadang kita ditolak, diremehkan, atau kehilangan sesuatu yang kita cintai. Tapi, dengan berkaca pada kisah sabar Nabi Muhammad, kita jadi punya role model terbaik untuk tetap tegar.
Kesabaran Nabi bukanlah kelemahan, melainkan bukti keteguhan iman. Beliau sabar bukan karena tidak mampu melawan, tetapi karena percaya bahwa setiap ujian adalah bagian dari rencana Allah yang jauh lebih indah dari yang bisa kita bayangkan.
Baca Juga: Doa Rasulullah di Pagi Hari, Kunci Biar Harimu Makin Berkah
Kesimpulan
Jadi, sahabat, lain kali kalau kamu merasa ingin menyerah, coba tarik napas dalam-dalam. Ingat kembali perjuangan di Tha’if, cemoohan Quraisy, dan air mata saat kehilangan Ibrahim. Rasulullah SAW sudah menunjukkan jalannya.
Dengan merenungkan kisah sabar Nabi Muhammad, semoga hati kita jadi lebih kuat, pikiran lebih jernih, dan langkah lebih mantap. Ingat, sabar itu bukan berarti diam, tapi terus bergerak maju dengan keyakinan bahwa pertolongan Allah itu super dekat.
Semoga kisah ini jadi pemantik semangat baru buat kita semua. Tetap kuat, tetap sabar, karena di ujung terowongan kesabaran, ada cahaya kebahagiaan yang menanti.
Ubah Sedihmu Jadi Kebaikan, Bantu Senyum Mereka Mekar Kembali!
Sahabat, belajar dari kesabaran Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan kita tentang empati. Saat kita diuji, kita jadi lebih paham betapa berharganya sebuah pertolongan dan senyuman.
Mungkin saat ini kita sedang berjuang, tapi di luar sana, banyak sahabat kita, terutama anak-anak yatim dan dhuafa, yang juga sedang berjuang lebih keras. Mereka butuh uluran tangan kita untuk bisa tersenyum lagi.
Yuk, ubah energi perjuanganmu menjadi kebaikan yang nyata! Salurkan semangat kesabaranmu dengan berbagi bersama Yayasan Senyum Mandiri. Setiap donasi dari sahabat bukan cuma bantuan materi, tapi juga pesan bahwa mereka tidak sendirian.
Klik disini atau scan QR barcode dibawah ini untuk informasi lebih lanjut.

“Menebar Sejuta Kebaikan”