Sahabat, ngomongin soal utang-piutang emang udah jadi bagian dari hidup, ya. Tapi, pernah kepikiran nggak, gimana nasib utang kalau kita udah nggak ada? Ternyata dalam Islam, urusan utang orang meninggal itu super serius dan nggak bisa dianggap enteng. Ini bukan lagi soal catatan di dunia, tapi jadi sebuah tanggung jawab besar yang diwariskan kepada keluarga atau ahli waris.
Banyak dari kita mungkin belum sadar kalau utang yang belum lunas bisa jadi “penghalang” bagi ruh almarhum untuk mendapatkan kedamaian di sisi-Nya.
Kenapa Sih Harus Banget Dilunasi Secepatnya?
Kenapa harus buru-buru? Karena dalam Islam, urusan hak sesama manusia itu nggak luntur cuma karena kematian. Ada pesan penting dari Rasulullah ﷺ yang jadi pengingat buat kita semua:
“نَفْسُ الْمُؤْمِنِ مُعَلَّقَةٌ بِدَيْنِهِ حَتَّى يُقْضَى عَنْهُ”
Artinya: “Jiwa seorang mukmin tergantung pada utangnya hingga utangnya dibayar.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Hadis ini jelas banget, sahabat. Maksud dari “tergantung” itu adalah ruhnya seakan ‘tersangkut’ atau ‘tergadai’, jadi nggak akan tenang di alam barzakh sebelum urusan utangnya di dunia selesai. Makanya, sangat dianjurkan bagi keluarga untuk segera menyelesaikan utang orang meninggal bahkan sebelum jenazah dikebumikan.
Kebiasaan di masyarakat kita yang mengumumkan utang almarhum saat prosesi pemakaman itu udah bagus banget. Tapi, pengumuman aja nggak cukup, harus ada aksi nyata buat melunasinya.
Terus, Siapa yang Bertanggung Jawab?
Oke, terus siapa nih yang wajib lunasin? Prioritas utama itu diambil dari harta peninggalan (warisan) almarhum. Jadi sebelum bagi-bagi warisan, wajib hukumnya untuk bayar utang dulu. Ini udah jadi aturan baku dalam fikih waris Islam, sesuai firman Allah SWT:
“…مِنْ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصِي بِهَا أَوْ دَيْنٍ…”
Artinya: “…(Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar utangnya…” (QS. An-Nisa: 11)
Ayat ini menegaskan kalau utang dan wasiat itu harus didahulukan sebelum warisan.
Nah, di sinilah ujian keimanan keluarga benar-benar terlihat. Gimana kalau almarhum nggak ninggalin harta? Para ahli waris atau kerabat sangat dianjurkan untuk patungan atau membantu melunasi utang tersebut. Ini bukan cuma demi menjaga nama baik, tapi lebih dari itu—ini adalah wujud cinta dan bakti kita untuk membantu ruh almarhum agar tenang.
Gimana Kalau Nggak Ada Harta Sama Sekali?
Terus, gimana kalau almarhum nggak ninggalin harta sama sekali dan keluarga juga lagi sulit? Tenang, sahabat. Islam itu agama yang penuh rahmat dan nggak kaku. Kewajiban hukumnya mungkin bisa gugur, tapi ini tetap jadi ‘PR’ moral dan spiritual yang besar. Beberapa jalan yang bisa ditempuh:
- Ngobrol baik-baik, hubungi pihak yang memberi utang, jelaskan kondisinya, dan minta keringanan atau bahkan kerelaan untuk menghapusnya. Komunikasi yang jujur seringkali membuka pintu keikhlasan.
- Galang bantuan dengan mengajak kerabat lain atau komunitas untuk membantu meringankan beban ini.
- Ikhlaskan dengan menyedekahkannya. Jika pemberi utang adalah orang yang mampu, mereka bisa mengubah piutang tersebut menjadi sedekah jariyah atas nama almarhum. Pahalanya luar biasa!
Seberapa Urgent Sih Masalah Utang Ini?
Biar kita makin paham seberapa urgent-nya masalah ini, ada sebuah kisah di zaman Nabi. Rasulullah ﷺ pernah menolak untuk menyalatkan jenazah seorang sahabat yang punya utang dua dinar, sampai ada sahabat lain (Abu Qatadah r.a.) yang menjamin akan melunasinya.
Setelah utang itu dijamin, barulah beliau mau menyalatkannya. Keesokan harinya, ketika bertemu Abu Qatadah lagi, Rasulullah ﷺ bertanya apakah utangnya sudah lunas. Setelah dijawab “sudah”, beliau bersabda: “الآنَ بَرَدَتْ عَلَيْهِ جِلْدُهُ” yang artinya, “Sekarang barulah kulitnya (jasadnya) menjadi dingin.” (HR. Ahmad).
Kisah ini nunjukkin kalau utang itu bukan cuma soal duit, tapi soal hak adami yang dampaknya sampai ke akhirat.
Relate Banget Sama Kehidupan Kita
Coba kita renungkan sejenak, sahabat. Mungkin ada di antara kita yang orang tuanya, saudaranya, atau bahkan temannya meninggal dan masih punya cicilan, utang ke teman, atau bahkan ‘pinjol’. Seringnya, kita sibuk sama prosesi pemakaman dan tahlilan, sampai lupa sama esensi yang paling krusial yaitu melunasi utang orang meninggal.
Kisah-kisah nyata di masyarakat tentang almarhum yang “datang lewat mimpi” karena urusannya belum selesai bukan sekadar cerita, tapi pengingat kuat bahwa ruh mereka butuh bantuan kita.
Baca Juga: Ilmu Penting! Hukum Menunda Bayar Hutang dalam Islam
Ingin Membantu Tapi Bingung Mulai dari Mana? Jadikan Jembatan Kebaikan Bersama Senyum Mandiri!
Merasa tergerak untuk membantu, tapi bingung harus mulai dari mana? Atau mungkin sahabat ingin berbuat lebih untuk mereka yang telah tiada, namun terkendala akses atau informasi?
Di sinilah Yayasan Senyum Mandiri hadir sebagai jembatan kebaikan sahabat. Melalui program sosial kami, sahabat bisa menyalurkan donasi untuk membantu melunasi utang orang meninggal dari keluarga dhuafa yang benar-benar tidak mampu.
Setiap rupiah dari sahabat bisa menjadi pembebas bagi ruh yang tertahan dan melapangkan jalan mereka di alam barzakh. Ini bukan sekadar donasi, tapi amal jariyah yang pahalanya akan terus mengalir. Yuk, ubah niat baik jadi aksi nyata!
Klik disini atau scan QR Barcode dibawah untuk informasi lebih lanjut.
Langkah Praktis yang Bisa Dilakukan Keluarga
- Mendata utang dengan langsung mengumpulkan informasi utang almarhum, sekecil apa pun.
- Menggunakan harta warisan. Prioritaskan harta yang ditinggalkan untuk membayar utang sebelum dibagi.
- Berkomunikasi secara terbuka, jujur pada kreditur, minta keringanan jika memang kondisi sulit.
- Mencari bantuan, jangan ragu melibatkan lembaga sosial seperti Yayasan Senyum Mandiri jika keluarga tidak mampu.
- Doakan Terus. Setelah semua ikhtiar, jangan putus mendoakan dan bersedekah atas nama almarhum.
Kesimpulan
Pada akhirnya, sahabat, melunasi utang orang meninggal itu bukan sekadar soal bayar tagihan. Ini adalah tentang cinta, tanggung jawab, dan penghormatan terakhir kita. Ini adalah cara kita memastikan orang yang kita sayangi bisa ‘beristirahat dengan tenang’ dalam arti yang sesungguhnya.
Jadi, jangan pernah menunda. Karena di balik utang yang lunas, ada ruh yang akhirnya menemukan kedamaian sejati, dan ada pahala jariyah yang terus mengalir untuk kita yang masih di sini.

“Menebar Sejuta Kebaikan”