Benarkah Sombong kepada Orang Sombong Itu Sedekah? Yuk Kita Bahas Hukumnya!

Sahabat, pasti sering banget kan denger celetukan, “Sombong kepada orang sombong itu sedekah”? Kalimat ini seliweran di mana-mana, dari tongkrongan sampai linimasa media sosial. Kadang jadi becandaan, tapi nggak sedikit juga yang serius menganggapnya sebagai sebuah pembenaran.

Misalnya nih, pas lagi ketemu orang yang hobinya pamer harta, jabatan, atau ngerendahin orang lain, rasanya gatel pengen bales dengan kesombongan yang lebih level dewa. Seolah-olah, kita lagi ngasih pelajaran berharga biar dia sadar diri. Tapi, pertanyaannya, apakah cara main kayak gini di-acc sama ajaran Islam? Atau jangan-jangan, kita malah ikut-ikutan terjerumus ke lubang yang sama?

Nah, dalam artikel ini, kita bakal ngupas tuntas soal hukum sikap sombong dalam Islam, terutama saat kita berhadapan sama orang yang belagu. Kita bakal lihat gimana pandangan para ulama, intip dalil-dalil dari Al-Qur’an dan hadis, dan yang paling penting, gimana sih the real ahlak goals yang seharusnya kita tunjukkin.

Sombong Itu Apa Sih Sebenarnya Menurut Islam?

Sebelum jauh-jauh, kita samain frekuensi dulu soal definisi sombong. Dalam Islam, sombong itu bukan sekadar soal penampilan atau rasa percaya diri ya. Istilah kerennya dalam bahasa Arab adalah “kibr”. Biar lebih jelas, kita dengerin langsung definisi dari ahlianya, Rasulullah SAW:

“Al-Kibru batharul haqqi wa ghamthun naas.”

Artinya: “Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia.” (HR. Muslim)

Jelas banget, kan? Jadi, ada dua poin kunci di sini:

  1. Menolak Kebenaran (Batarul Haqqi): Ini terjadi pas kita ngerasa paling bener, paling pinter, sampai-sampai kalau ada nasihat atau fakta yang nggak sesuai sama ego kita, langsung kita tolak mentah-mentah. Padahal kita tahu itu benar.
  2. Merendahkan Manusia (Ghamthun Naas): Ini pas kita mandang orang lain lebih rendah dari kita, entah karena status sosial, pendidikan, harta, atau bahkan amalan ibadah.

Jadi, sombong itu penyakit hati yang super bahaya, Sahabat. Bahkan, Allah SWT udah ngasih warning keras di Al-Qur’an:

وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۚ اِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْاَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُوْلًا

“Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung.” (QS. Al-Isra’: 37)

Ayat ini kayak bilang, “Hei, kamu mau sombong? Emang kamu bisa nembus bumi atau lebih tinggi dari gunung?” Jelas nggak bisa, kan? Ini nunjukkin betapa kecilnya kita di hadapan Allah. Dari sini aja udah jelas, sombong itu perilaku yang dicela banget.

Dari Mana Sih Datangnya Ungkapan “Sombong kepada Orang Sombong Itu Sedekah”?

Sekarang kita telusuri asal-usul kalimat viral ini. Setelah diulik oleh para ahli hadis, ternyata ungkapan “sombong kepada orang sombong adalah sedekah” itu bukan hadis Nabi SAW. Kalimat ini nggak ditemukan dalam kitab-kitab hadis yang terpercaya (shahih). Jadi, ini lebih kayak pepatah atau kata-kata hikmah yang lahir dan berkembang di tengah masyarakat, bukan sebuah dalil syariat.

Terkadang, orang mencoba menghubungkannya dengan hadis lain secara nggak nyambung, misalnya:

“Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah.” (HR. Tirmidzi)

Jelas banget hadis ini ngajarin soal keramahan, bukan soal membalas kesombongan. Jadi, kalau ada yang bilang sombong itu sedekah, kita bisa memastikan itu nggak ada landasan agamanya ya, Sahabat.

Jadi, Gimana Sebenarnya Hukum Sikap Sombong ke Orang Sombong?

Ini dia inti dari obrolan kita. Boleh nggak sih kita pasang muka angkuh di depan si paling angkuh? Para ulama punya pandangan yang perlu kita pahami baik-baik.

Pada Dasarnya, Tetap Haram!

Garis besarnya, sombong itu tetap haram, titik. Sombong adalah sifat Allah (Al-Mutakabbir), dan kita sebagai hamba nggak pantes ‘nyuri’ pakaian-Nya. Mau alasannya buat ngelawan orang sombong atau apapun, pada dasarnya sifat ini tetap terlarang. Ingat hadis yang bikin merinding ini:

“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” (HR. Muslim)

Sekecil biji sawi lho, Sahabat. Itu artinya, nggak ada toleransi sama sekali buat penyakit hati yang satu ini. Inilah makhluk pertama yang diusir dari surga karena kesombongan, siapa lagi kalau bukan Iblis? Ketika diperintah sujud kepada Adam, ia menolak dengan angkuh.

قَالَ مَا مَنَعَكَ اَلَّا تَسْجُدَ اِذْ اَمَرْتُكَ ۗقَالَ اَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْهُۚ خَلَقْتَنِيْ مِنْ نَّارٍ وَّخَلَقْتَهٗ مِنْ طِيْنٍ

(Allah) berfirman, “Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud ketika Aku menyuruhmu?” (Iblis) menjawab, “Aku lebih baik daripadanya. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.” (QS. Al-A’raf: 12)

Kalimat “Aku lebih baik daripadanya” adalah blueprint dari segala kesombongan.

Baca Juga: Kenapa Sih Kita Sering Merasa Paling Benar? Mengupas Tuntas Sifat Sombong

Pengecualian dengan Syarat Super Ketat

Nah, ada sedikit nuansa di sini. Beberapa ulama, seperti Imam Al-Ghazali dalam kitab legendarisnya, Ihya Ulumuddin, memberikan sedikit kelonggaran. Beliau menjelaskan bahwa bersikap ‘keras’ atau ‘tegas’ kepada orang yang sombong bisa dibolehkan, tapi dengan dua niat yang harus lurus:

  1. Tujuannya untuk Mengobati: Sikap tegas kita itu niatnya untuk menyadarkan dia dari kesombongannya, bukan untuk pamer kalau kita lebih hebat. Ibarat dokter yang ngasih obat pahit demi kesembuhan pasien.
  2. Bukan karena Ego Pribadi: Sikap itu muncul bukan karena kita merasa harga diri kita diinjak-injak, tapi murni karena kita nggak suka melihat kemungkaran (sifat sombong itu).

Jadi sahabat, yang dibolehkan itu bukan sombong dalam hati, melainkan sebuah strategi dakwah atau tarbiyah (pendidikan) yang ditampilkan lewat sikap tegas. Bedanya tipis banget dan sangat rawan tergelincir. Kalau niat kita udah belok sedikit aja buat bales dendam atau pamer, auto jatuh ke dalam dosa yang sama.

Gimana Sikap yang Paling Keren dan Aman?

Daripada main di area abu-abu yang rawan, lebih baik kita ambil jalan yang udah pasti aman dan diridhai Allah. Ini dia beberapa sikap win-win solution saat ketemu orang sombong:

  1. Tetap Tawadhu’ (Rendah Hati): Ini adalah senjata pamungkas seorang mukmin. Tawadhu’ itu bukan berarti rendah diri, tapi sadar akan posisi kita sebagai hamba. Dengan rendah hati, kita nggak akan terpancing sama kesombongan orang lain.
  2. Doakan dalam Hati: Alih-alih meladeni, doakan semoga Allah melembutkan hatinya dan memberinya hidayah. Keren, kan? Energinya positif banget.
  3. Tegas tapi Nggak Angkuh: Kalau kesombongannya sudah mengganggu atau merendahkan prinsip, kita boleh menjawab dengan tegas dan berdasarkan fakta, tapi tanpa niat merendahkan balik. Cukup sampaikan kebenaran dengan elegan.
  4. Jaga Hati Kita Sendiri: Ini yang paling penting. Pastikan setiap respons kita bersih dari ego. Tanya ke diri sendiri, “Aku lakuin ini karena Allah atau karena gengsi?”

Allah SWT berjanji dalam sebuah hadis qudsi:

“Kesombongan adalah selendang-Ku dan kebesaran adalah sarung-Ku. Barangsiapa menyaingi-Ku dalam salah satu dari keduanya, maka Aku akan melemparkannya ke dalam neraka.” (HR. Abu Dawud)

Kesimpulan

Sahabat, jadi jelas ya, ungkapan “sombong kepada orang sombong itu sedekah” adalah mitos yang nggak punya dasar syariat. Hukum sikap sombong pada dasarnya tetap haram dan merupakan dosa besar yang bisa menghalangi kita dari surga.

Membalas kesombongan dengan kesombongan itu ibarat memadamkan api dengan bensin, yang ada malah makin besar kebakarannya. Hati kita yang tadinya bersih, bisa ikut hangus. Jalan terbaik adalah dengan menampilkan akhlak mulia, yaitu kesabaran dan kerendahan hati.

Ingat, Sahabat, menjadi pribadi yang rendah hati itu bukan berarti kita lemah. Justru di situlah letak kekuatan dan kemuliaan kita di hadapan Allah SWT.

“Dan barangsiapa yang tawadhu’ (merendahkan diri) karena Allah, maka Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim)

Semoga kita semua dijauhkan dari penyakit hati yang satu ini dan selalu bisa menjadi pribadi yang rendah hati dan berakhlak mulia. Aamiin.

Mau Buktiin Hati Kita Bebas Sombong? Yuk, Lakukan “Sedekah” yang Sebenarnya!

Sahabat, tadi kita udah ngobrolin kalau sombong itu bukan sedekah. Nah, gimana kalau kita ubah energi pengen ‘bales si sombong’ itu jadi aksi kebaikan yang beneran dihitung pahala?

Salah satu obat paling manjur untuk penyakit hati kayak sombong adalah dengan bersedekah. Kenapa? Karena saat kita berbagi, kita secara nggak langsung bilang ke diri sendiri: “Harta ini cuma titipan, aku nggak punya apa-apa, jadi nggak ada yang perlu disombongin.”

Yuk, buktikan kerendahan hati kita dengan aksi nyata! Salurkan sedekah terbaikmu melalui Yayasan Senyum Mandiri. Setiap rupiah yang kamu berikan akan menjadi senyuman untuk anak-anak yatim dan dhuafa, sekaligus jadi ‘vaksin’ ampuh buat menjaga hati kita dari virus kesombongan.

Klik disini atau scan QR barcode dibawah ini untuk informasi lebih lanjut.

Barcode Nomer CS 2025 (Yuli)

“Menebar Sejuta Kebaikan”

Tinggalkan komentar