Pernah nggak sih, sahabat, kita keceplosan ngomong, “Sial banget hari ini!”, “Zaman sekarang emang edan,” atau “Kenapa sih tahun ini apes banget rasanya?”. Kalimat-kalimat kayak gini mungkin udah jadi bumbu obrolan sehari-hari. Tapi tahu nggak, di balik ucapan yang kelihatannya sepele itu, ternyata ada beban yang nggak main-main dalam pandangan Islam. Nah, inilah yang kita kenal sebagai hukum mencela waktu, sebuah larangan penting yang sering banget kita lupain.
Nyalahin Waktu, Kebiasaan yang Nggak Sadar Kita Lakuin
Sadar nggak sadar, nyalahin waktu itu udah kayak jadi kebiasaan pas kita lagi suntuk atau kena masalah. Misalnya, pas kerjaan lagi nggak beres, ada aja yang nyeletuk, “Emang nasib lagi jelek nih di bulan ini.” Atau pas ketiban musibah, ada yang bilang, “Tahun ini emang bawa sial.”
Padahal, coba kita renungin deh sahabat. Waktu itu kan cuma ciptaan Allah SWT, sama seperti kita. Ia nggak punya kekuatan apa-apa buat mendatangkan kebaikan atau keburukan. Semua kejadian yang kita alami, dari yang bikin kita senyum-senyum sampai yang bikin nangis, itu semua ada dalam skenario dan ketetapan-Nya. Jadi, kalau kita melabeli waktu dengan cap “buruk” atau “sial”, itu sama aja kayak kita menuduh waktu sebagai biang kerok masalah, bukan Allah yang Maha Mengatur takdir.
Landasan Hadis yang Jleb Banget
Dasar dari hukum mencela waktu ini kuat banget, sahabat. Ada dalam sebuah hadis Qudsi yang super populer, diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim. Dalam hadis ini, Allah SWT berfirman melalui lisan Nabi Muhammad SAW:
يُؤْذِينِى ابْنُ آدَمَ يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ بِيَدِى الأَمْرُ أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ
“Anak Adam telah menyakiti-Ku. Ia mencela masa (dahr), padahal Akulah (pencipta) masa. Di tangan-Kulah segala urusan, Aku yang membolak-balikkan malam dan siang.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Jleb banget kan? Hadis Qudsi ini super jelas menegaskan kalau waktu itu sepenuhnya ada di genggaman Allah. Ketika seseorang mencela waktu, entah itu detik, hari, bulan, atau tahun, pada hakikatnya ia sedang mengarahkan celaannya kepada Sang Pencipta waktu itu sendiri, yaitu Allah. Wah, ini jelas bukan perkara sepele, karena bisa menggores kesempurnaan tauhid kita.
Kenapa Sih Dilarang Keras? Yuk, Kita Bedah Maknanya!
Biar makin ngena, kita bedah pelan-pelan yuk sahabat. Waktu itu ibarat panggung, tempat semua takdir yang Allah tuliskan dipentaskan. Kalau kita mencaci maki panggungnya karena nggak suka sama adegan yang lagi terjadi, itu sama artinya kita lagi protes sama Sutradaranya, yaitu Allah SWT.
Contohnya gini: ada yang bilang, “Bulan ini bawa sial banget, banyak banget musibah.” Ucapan ini seolah-olah menempatkan bulan sebagai penyebab bencana, padahal semua itu terjadi atas izin dan kehendak Allah. Inilah alasan kenapa hukum mencela waktu itu jelas terlarang, karena bisa menjerumuskan kita pada sikap su’uzhan (buruk sangka) kepada Allah.
Eits, tapi jangan salah paham ya. Bukan berarti kita nggak boleh ngomongin kondisi zaman secara deskriptif. Misalnya, bilang, “Zaman sekarang nyari kerja emang kompetitif banget,” atau “Dulu, di era itu, teknologi belum secanggih ini.” Kalimat semacam ini sifatnya cuma ngasih info, bukan menyalahkan. Yang dilarang itu adalah menyalahkan waktu seolah-olah dia punya andil dalam mendatangkan nasib buruk.
Dampaknya ke Iman, Nggak Main-Main!
Kenapa urusan lisan ini jadi begitu penting? Karena apa yang kita ucapkan itu cerminan dari apa yang ada di hati. Kalau kita terbiasa nyalahin waktu, bisa-bisa, pelan-pelan iman kita jadi .’keropos. Kita jadi pribadi yang gampang ngeluh, kurang sabar, dan lupa kalau di balik setiap ujian pasti ada hikmah yang keren banget.
Hukum mencela waktu ini juga berhubungan erat sama pondasi akidah kita, yaitu tauhid. Tauhid itu bukan cuma percaya Allah itu Satu, tapi juga pasrah dan menerima bahwa semua yang terjadi di alam semesta ini adalah atas kehendak-Nya. Saat kita ngeluh dan nyalahin waktu, artinya ada bagian dari diri kita yang belum sepenuhnya tunduk pada ketetapan Allah.
Baca Juga: 7 Cara Mengelola Waktu antara Pekerjaan dan Keluarga
Gimana Caranya Biar Nggak Keceplosan Lagi?
Pasti sahabat bertanya, “Terus, gimana dong solusinya pas lagi ngalamin hari-hari yang berat?” Tenang, ini ada beberapa tips praktis yang bisa kita coba:
- Ganti Keluhan Jadi Doa: Daripada bilang, “Hari ini apes banget,” coba ganti dengan, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Ya Allah, berikanlah hamba kemudahan.” Doa nggak cuma menjaga lisan kita dari dosa, tapi juga bikin hati jadi lebih adem.
- Percaya Deh, Selalu Ada Hikmah: Setiap kejadian, sepahit apa pun, pasti ada pelajarannya. Allah nggak mungkin ngasih ujian di luar batas kemampuan kita. Seperti firman-Nya: “Tidak ada suatu musibah yang menimpa di bumi dan tidak (pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hadid: 22).
- Latih Lidah buat Ngomong yang Baik-Baik: Ingat pesan Nabi Muhammad SAW: berkata yang baik atau diam. Ucapan positif itu kayak self-healing, bisa menguatkan diri sendiri dan nyebarin energi positif ke sekitar.
- Keceplosan? Langsung Istighfar! Namanya manusia, kadang khilaf. Kalau tanpa sadar terucap keluhan tentang waktu, buru-buru bilang, “Astaghfirullahal’adzim.” Dengan begitu, kita langsung memutus rantai dosa.
Relevansinya di Zaman Now
Di era digital yang serba cepat ini, keluhan terhadap waktu makin sering kita dengar. Mulai dari “Senin bikin stres” sampai “Generasi Z gampang banget nyerah.” Padahal, yang perlu dievaluasi itu bukan waktu atau generasinya, tapi perilaku manusia yang hidup di dalamnya.
Kalau kita melihat banyak kerusakan atau hal-hal negatif di masyarakat, itu adalah buah dari perbuatan manusia sendiri, bukan karena “zamannya yang sudah rusak.” Allah SWT sudah mengingatkan kita dalam Al-Qur’an:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia…” (QS. Ar-Rum: 41).
Ayat ini makin memperkuat pemahaman kita tentang hukum mencela waktu. Kesalahan itu bukan ada pada waktunya, tapi pada kita sebagai manusia yang menjalaninya.
Kesimpulan
Jadi, intinya gimana sahabat? Dari obrolan kita ini, bisa ditarik kesimpulan kalau hukum mencela waktu itu terlarang dalam Islam. Ucapan kayak “hari buruk” atau “tahun sial” itu bukan sekadar kalimat basa-basi, tapi bisa merusak benteng tauhid kita. Ingat, waktu hanyalah makhluk ciptaan Allah yang tunduk pada perintah-Nya.
Mulai sekarang, yuk kita lebih sadar dan hati-hati dalam menjaga lisan. Ganti setiap keluhan dengan doa, dan pandang setiap ujian sebagai kesempatan untuk naik level jadi lebih dekat dengan Allah. Dengan begitu, kita nggak cuma selamat dari dosa mencela waktu, tapi juga jadi pribadi yang lebih tangguh, sabar, dan penuh iman dalam menjalani setiap episode kehidupan.
Ubah Energi Mengeluh Jadi Energi Kebaikan, Yuk!
Ngomongin soal mengubah hal sulit jadi kebaikan, ada cara keren nih buat upgrade level sabar dan syukur kita, sahabat. Daripada energi kita habis buat nyalahin keadaan, gimana kalau energi itu kita salurkan jadi aksi nyata yang bisa bawa senyuman buat orang lain?
Saat kita merasa hari kita “buruk”, coba deh ingat, di luar sana banyak saudara kita yang mungkin menghadapi hari yang jauh lebih berat. Mereka butuh uluran tangan kita. Melalui Yayasan Senyum Mandiri, sahabat bisa mengubah rasa gundah gulana menjadi secercah harapan bagi anak-anak yatim dan dhuafa. Setiap donasi yang sahabat berikan bukan cuma membantu mereka, tapi juga menjadi pengingat bagi diri kita sendiri untuk selalu bersyukur.
Yuk, ubah keluhanmu jadi senyuman untuk mereka! Klik disini atau scan QR barcode dibawah ini untuk informasi lebih lanjut.

“Menebar Sejuta Kebaikan”