Benarkah Meninggal di Hari Jumat Itu Istimewa? Ini Penjelasannya

Sahabat, pasti sering dengar kan, obrolan soal “meninggal di hari Jumat” itu pertanda baik? Keyakinan ini kayaknya udah nempel banget di masyarakat kita, sampai-sampai ada yang berharap bisa wafat di hari yang dianggap mulia ini.

Tapi, beneran se-spesial itu nggak sih? Dan gimana pandangan para ulama soal ini? Oke, kita bedah bareng ya, pakai bahasa santai tapi tetap on track sesuai dalil.

Kenapa Sih Hari Jumat Itu Spesial Banget?

Oke, sebelum kita deep dive ke topik wafat, kita mesti review dulu: kenapa sih hari Jumat ini VVIP banget?

Sahabat, Jumat ini bukan hari biasa. Rasulullah SAW sendiri menjulukinya sayyidul ayyam (rajanya hari). Di hari ini, banyak keutamaan ditebar: kita (para pria) wajib shalat Jumat, dianjurkan gaspol berdoa (katanya ada waktu mustajab), baca Surah Al-Kahfi, dan perbanyak salawat. Basically, ini hari panen pahala.

Jadi, wajar banget kalau banyak orang otomatis mengaitkan hari Jumat dengan segala keberkahan, termasuk dalam urusan wafat.

Dalil Tentang Keistimewaan Wafat di Hari Jumat

Nah, ini dia ‘pegangan’ utama yang sering dikutip terkait topik ini. Ada sebuah hadis yang berbunyi:

“Tidaklah seorang Muslim meninggal pada hari Jumat atau malam Jumat, kecuali Allah akan melindunginya dari fitnah kubur (siksa kubur).” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

Soal status hadis ini, para pakar hadis (ulama) memang ada perbedaan pandangan. Ada yang menilai hasan (baik), ada juga yang menganggapnya dhaif (lemah).

TAPI… (dan ini penting), hadis ini masih sering dipakai dalam konteks fadhailul a‘mal (mendorong keutamaan beramal). Artinya, walau power-nya mungkin nggak 100% kuat, isinya tetap memberi angin segar atau harapan baik bagi yang wafat di momen tersebut.

Karena itu, banyak ulama sepakat, bahwa meninggal di hari Jumat itu bukan tiket pasti masuk surga, tapi merupakan sinyal positif atau potential spoiler rahmat Allah bagi orang tersebut, terutama harapan terhindar dari siksa kubur.

Baca Juga: Keutamaan Sedekah di Hari jumat, Waktu Terbaik Untuk Berbagi

Kata Ulama: Bukan Jaminan, Tapi Tanda Kebaikan

Para ulama meluruskan nih, Sahabat. Kemuliaan kita di mata Allah itu diukurnya bukan dari tanggal atau hari kita wafat, tapi dari ‘rapor’ iman dan amal kita sebelum wafat. Hari Jumat itu cuma timing istimewa yang bisa jadi ‘kode’ kebaikan.

Yang paling utama adalah bagaimana kita meninggal, atau yang kita kenal dengan husnul khatimah (akhir yang baik).

Ingat firman Allah SWT:

“Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.” (QS. Al-A’raf: 34)

Ayat ini jelas menunjukkan bahwa ajal itu rahasia Allah dan pasti datang. Fokus kita seharusnya bukan “kapan”, tapi “sedang apa” kita saat ajal datang. Fokus utamanya tetap di long journey hidup kita, bukan di finish line (kapan wafat)-nya.

Kaitannya Dengan Kehidupan Sehari-hari

Sebenarnya, hype seputar meninggal di hari Jumat ini ada hidden message-nya lho, Sahabat. Pesan moralnya adalah: kita harus ready kapanpun ‘jemputan’ itu datang.

Sahabat pasti pernah dengar cerita orang yang track record ibadahnya bagus banget, terus wafat pas Jumat pagi. Cerita gitu sering bikin kita auto-muhasabah (introspeksi), “Kalau gue yang dipanggil sekarang, udah siap belum ya?”

Nah, refleksi ‘makjleb’ kayak gini nih yang sebetulnya dicari dalam Islam. Bukan cuma ngarep wafat di hari tertentu, tapi upgrade diri every single day.

Kenapa Ini Penting Diluruskan?

Karena sebagian masyarakat kita masih ada yang salah kaprah. Ada yang mikir kalau meninggal di hari Jumat itu auto-lunas semua dosa, kayak dapat golden ticket gitu.

Padahal para ulama menegaskan bahwa keistimewaan hari Jumat hanyalah faktor pendukung, bukan faktor penentu. Kematian adalah pintu menuju akhirat, dan kualitasnya ditentukan oleh amal yang dilakukan sepanjang hidup.

Kesimpulan

Jadi, final answer-nya gimana? Apakah benar meninggal di hari Jumat itu istimewa?

Betul, Islam memberikan catatan bahwa ada harapan kebaikan (terutama bebas siksa kubur, Insya Allah) bagi yang wafat pada hari Jumat atau malamnya.

Namun, itu bukan jaminan all-access ke surga. Yang paling menentukan tetaplah keimanan, ketakwaan, dan amal saleh kita.

Jadi Sahabat, daripada cuma wishlist wafat di hari tertentu, mending kita fokus build portofolio amal baik mulai detik ini juga. Karena husnul khatimah itu bukan sulap, ia lahir dari hidup yang selalu dijaga on track dalam kebaikan.

Saat Waktu Berhenti, Pastikan Pahala Tetap Mengalir!

Sahabat, bicara soal kematian (kapanpun itu, termasuk di hari Jumat atau hari lain) selalu mengingatkan kita soal bekal. Husnul khatimah itu kita ikhtiarkan lewat ibadah, tapi ada satu amal yang bisa jadi penolong bahkan setelah kita wafat, yaitu amal jariyah.

Kita nggak pernah tahu kapan giliran kita dipanggil, tapi kita bisa pastikan ada investasi pahala yang terus jalan untuk kita. Yuk, titipkan sebagian rezeki sahabat untuk jadi senyuman abadi bagi mereka yang membutuhkan, seperti untuk anak-anak yatim atau dhuafa.

Bersama Yayasan Senyum Mandiri, kita siapkan warisan terbaik itu. Jadikan setiap detik sisa hidup kita berarti, dan siapkan tabungan yang nggak akan pernah berhenti, bahkan saat kita sudah pergi.

Klik link di bawah ini untuk mulai beramal jariyah

Donasi Yayasan Senyum Mandiri

Untuk info & layanan donasi bisa hubungi kami ya, dengan klik di sini atau scan QR barcode di bawah.

Barcode Nomer CS Yayasan Senyum Mandiri 2025

“Menebar Sejuta Kebaikan”

Tinggalkan komentar