Sahabat, pernah enggak sih kita denger berita tentang kasus pencurian, kekerasan, atau kejahatan lain yang langsung “dibalas” dengan hukuman berat? Rasanya, di benak sebagian besar dari kita, sistem hukum itu identik banget sama pembalasan atau sekadar bikin jera. Tapi, bener enggak sih hukuman dalam Islam itu cuma buat bales dendam? Jawabannya: enggak sesederhana itu, sahabat!
Islam punya cara pandang soal hukum yang jauh lebih dalam dan penuh hikmah. Sanksi dalam Islam, termasuk yang kita kenal sebagai hudud dan ta’zir, itu bukan cuma buat nyakitin atau menghukum doang. Tapi lebih ke arah proses perbaikan. Nah, ini dia kenapa kita perlu banget paham konsep Sanksi Perbaikan Hukum sebagai inti dari sistem pidana Islam yang sebenarnya.
Sanksi dalam Islam Ada Hudud, Ada Juga Ta’zir
Di sistem hukum Islam, ada dua jenis sanksi utama yang sering dibahas: hudud dan ta’zir. Hudud itu sanksi yang udah ditetapkan langsung dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Contohnya kayak potong tangan buat pencuri atau cambuk buat pezina yang belum menikah. Sanksi ini sifatnya udah paten dan enggak bisa diubah-ubah sama manusia.
“Allah telah menetapkan bagi setiap perbuatan dosa hukuman tertentu, dan Dia telah menerangkan hukum-hukum itu dalam Kitab-Nya dan Sunnah Rasul-Nya. Janganlah kamu melampaui batas-batas yang telah ditetapkan Allah.” (QS. An-Nisa: 14)
Sementara itu, ta’zir itu sanksi yang bentuk dan ukurannya ditentukan sama hakim atau penguasa, tergantung sama tingkat kesalahan dan kondisi pelakunya. Dalam praktiknya, ta’zir bisa macem-macem, mulai dari teguran, denda, penjara, atau bentuk lain yang tujuannya mendidik dan memperbaiki.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Hindarilah hukuman hudud dengan syubhat (keraguan).’ ” (HR. Tirmidzi)
Dari dua jenis ini, keliatan jelas banget kalau Islam itu enggak ngebet banget sama pembalasan sebagai tujuan utama. Justru, ada misi gede di balik Sanksi Perbaikan Hukum: yaitu buat nyiptain masyarakat yang adil, damai, dan bertanggung jawab.
Tujuan Sejati Bukan Sekadar Balas Dendam, Tapi Ngebangun!
Sahabat, yuk kita selami lebih dalam: apa sih sebenarnya tujuan dari sanksi dalam Islam itu?
- Pencegahan (Deterrent)
Salah satu fungsi utama dari sanksi itu ya buat mencegah terjadinya kejahatan. Misalnya, ancaman hudud buat pencuri atau pezina itu bukan berarti Islam kejam, tapi lebih ke arah penangkal biar orang mikir dua kali sebelum ngelanggar hukum.
Bayangin deh, kalo seseorang tahu perbuatannya bisa ngasih efek buruk enggak cuma buat dirinya, tapi juga buat keluarga dan lingkungannya. Pasti dia bakal mikir ulang berkali-kali sebelum ngelakuin kesalahan. Ini dia salah satu sisi positif dari penerapan Sanksi Perbaikan Hukum yang dirancang buat mencegah, bukan cuma ngintimidasi.
“Dan bagi kalian pada qisas itu terdapat kehidupan, hai orang-orang yang berakal, agar kalian bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 179)
- Pendidikan Moral
Islam itu ngebahas banget soal nilai-nilai moral. Makanya, sanksi itu bukan cuma hukuman fisik doang, tapi juga pendidikan mental. Pelaku kejahatan enggak cuma dihukum, tapi juga dikasih kesempatan buat nyadar kesalahannya dan memperbaiki diri.
Contoh nyatanya dalam kasus ta’zir, hakim bisa ngasih sanksi berupa nasihat, pembinaan, atau pelatihan. Tujuannya bukan buat bikin pelaku menderita, tapi buat ngebuka mata hati dan ngebimbing dia ke jalan yang benar. Di sinilah esensi Sanksi Perbaikan Hukum mulai kerasa: memperbaiki, bukan menghancurkan.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11)
- Rehabilitasi Sosial
Islam itu ngerti banget kalau manusia bisa aja kepleset. Makanya, sistem hukumnya enggak nutup pintu taubat buat siapa pun. Bahkan, dalam beberapa riwayat, Nabi Muhammad SAW justru nyambut mereka yang ngaku salah dengan kasih sayang dan ngemotivasi mereka buat berubah.
Sanksi dalam Islam itu ngasih ruang buat rehabilitasi sosial. Pelaku kejahatan dikasih peluang buat balik ke masyarakat, enggak selamanya dicap sebagai “kriminal”. Ini sejalan banget sama prinsip Sanksi Perbaikan Hukum, di mana individu yang udah dihukum bisa kembali jadi warga yang bermanfaat.
“Katakanlah (Muhammad): ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.'” (QS. Az-Zumar: 53)
- Menjaga Ketertiban Umum
Tatanan masyarakat yang baik itu butuh sistem hukum yang tegas dan adil. Kalo pelanggaran dibiarin aja, yang ada kezaliman bakal tumbuh subur. Makanya, Islam nempatin sanksi sebagai instrumen penting buat ngejaga stabilitas sosial.
Tapi, bukan berarti semua pelanggaran langsung dihukum keras. Islam itu perhatian banget sama konteks dan motivasi pelakunya. Bahkan dalam kasus hudud, Nabi Muhammad SAW sering banget nyari alasan buat ngehindarin hukuman kalo masih ada celah pembelaan. Ini nunjukkin kalau Sanksi Perbaikan Hukum itu ngutamain keadilan banget, bukan asal hukum.
Studi Kasus Kisah Sahabat yang Bertobat, Bikin Hati Adem!
Salah satu kisah yang ngegambarin esensi sanksi dalam Islam itu kisah Maiz bin Malik. Dia dateng sendiri ke Rasulullah SAW buat ngaku udah berzina. Berkali-kali Nabi nyoba ngehindarin jatohin hukuman, bahkan nanyain kondisi mental Maiz biar enggak perlu ngejalanin hudud.
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: ‘Seorang laki-laki dari Aslam bernama Ma’iz datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengakui bahwa ia telah berzina empat kali. Setiap kali ia mengakui, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpaling darinya. Kemudian pada pengakuan yang kelima, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: ‘Apakah kamu gila?’ Ia menjawab: ‘Tidak.’ Rasulullah bertanya lagi: ‘Apakah kamu mabuk?’ Ia menjawab: ‘Tidak.’ Kemudian Rasulullah bertanya kepada para sahabatnya: ‘Apakah di badannya ada tanda-tanda gila?’ Mereka menjawab: ‘Tidak.’ Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar ia dirajam.’ ” (HR. Bukhari dan Muslim)
Namun, karena pengakuannya kuat dan tulus banget, Rasulullah akhirnya ngejalanin hukuman. Yang luar biasa, Nabi nyuruh sahabat buat mulia-in Maiz setelah hukumannya selesai, dengan bilang kalau tobatnya itu lebih baik dari seluruh penduduk Madinah.
Apa pelajaran penting dari kisah ini? Bahwa Sanksi Perbaikan Hukum dalam Islam itu bukan buat mempermalukan, tapi buat ngebersihin dan ngangkat derajat.
Relevansi dalam Kehidupan Modern Masih Nyambung Kok!
Sahabat, gimana sih konsep ini bisa kita terapkan di zaman sekarang?
Salah satu contohnya itu program rehabilitasi narapidana berbasis spiritual di beberapa negara Muslim. Pendekatan ini ngegabungin hukuman dengan bimbingan agama, konseling, dan pelatihan keterampilan. Hasilnya? Banyak banget mantan narapidana yang balik ke masyarakat dengan sikap lebih positif dan kontribusi nyata.
Ini nunjukkin kalau penerapan Sanksi Perbaikan Hukum itu masih relevan banget. Kita bisa kok ngehindarin sistem hukum yang cuma ngehukum, tanpa ngasih jalan keluar. Islam ngajarin kalau setiap manusia itu punya potensi buat berubah, dan sistem hukum harus ngebuka pintu itu lebar-lebar.
Baca Juga: Hukum Demo dalam Islam Antara Ekspresi Kebenaran dan Potensi Kekacauan
Kesimpulan
Menurut Islam, hukum itu bukan cuma soal keadilan di atas kertas doang, tapi juga urusan hati dan perbaikan diri. Sistem sanksi dalam Islam ngajarin kita kalau hukuman itu enggak semata-mata bales dendam, tapi ngasih kesempatan buat bertobat, memperbaiki, dan balik lagi jadi manusia yang lebih baik.
Lewat prinsip Sanksi Perbaikan Hukum, Islam ngebuktiin kalau ajarannya itu ngejunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Tujuan utama dari setiap hukuman itu ngejaga kehormatan, ngebangun masyarakat yang bermoral, serta ngadirin rasa aman dan damai.
Jadi sahabat, ketika liat berita atau kasus hukum, cobain deh nanya bukan cuma “apa hukumannya?”, tapi juga “apa pelajarannya?”. Karena pada akhirnya, hukum Islam itu bukan soal balas dendam, tapi soal menumbuhkan harapan.
Mau ikut berkontribusi dalam menumbuhkan harapan dan mewujudkan #SanksiPerbaikanHukum yang lebih manusiawi?
Yuk, gabung bareng Yayasan Senyum Mandiri! Kami percaya bahwa setiap individu berhak mendapatkan kesempatan kedua untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Dengan dukunganmu, kami bisa terus memberikan program rehabilitasi, pembinaan moral, dan pelatihan keterampilan bagi mereka yang membutuhkan, sehingga mereka bisa kembali menjadi bagian produktif dari masyarakat.
Bersama Senyum Mandiri, kita wujudkan masyarakat yang adil, berakhlak, dan penuh kasih sayang. Klik disini untuk berdonasi dan jadi bagian dari perubahan positif!