Jangan Biarkan Ujub Menghancurkanmu! Yuk, Pahami Apa itu Ujub

Apa Itu Ujub? – Sahabat, pernah nggak sih, selesai salat tahajud terus di hati ada bisikan, “Gila, khusyuk banget gue malam ini, beda dari yang lain”? Atau pas baru aja sedekah, tiba-tiba kepikiran, “Wah, keren juga gue, masih muda udah dermawan.”

Hati-hati, sahabat. Perasaan wah sama diri sendiri itu bisa jadi sinyal bahaya. Dalam Islam, itu adalah gejala penyakit hati yang namanya ujub. Penyakit ini silent but deadly, bisa menggerogoti pahala ibadah kita diam-diam tanpa kita sadari. Biar nggak kejebak, yuk kita bedah tuntas apa itu ujub, bedanya sama sombong, riya, dan kenapa ini bahaya. Yuk, Simak!

Jadi, Apa Itu Ujub Sebenarnya?

Secara simpel, ujub itu artinya kagum sama diri sendiri. Bukan sekadar self-love yang sehat ya, ini beda level. Ulama besar Imam al-Ghazali dalam kitab legendarisnya, Ihya Ulumuddin, ngejelasin kalau ujub itu muncul pas kita ngerasa sebuah kelebihan atau amalan itu murni hasil kerja keras kita sendiri, sampai lupa kalau itu semua fasilitas dari Allah.

Singkatnya, ujub itu bikin kita lupa sama Provider utamanya. Lupa kalau hidayah buat ibadah, kekuatan buat beramal, sampai ilmu yang kita punya itu semuanya adalah pemberian-Nya.

Rasulullah SAW bahkan ngasih warning keras soal ini:

“Seandainya kalian tidak pernah berbuat dosa, sungguh aku mengkhawatirkan kalian pada sesuatu yang lebih parah dari itu, yaitu ujub.” (HR. al-Bazzar).

Hadis ini nunjukkin kalau ujub itu bukan masalah sepele. Makanya, ngertiin apa itu ujub jadi langkah pertama buat kita bisa pasang alarm di hati.

Biar Nggak Salah Paham, Bedanya Ujub, Sombong, dan Riya

Seringkali kita bingung bedain ketiganya. Padahal, akarnya beda, sahabat. Coba kita pecah biar jelas:

  • Ujub: Fokusnya ke dalam. Kita kagum sama kehebatan diri sendiri, tanpa perlu dibandingin sama orang lain. Contoh: “Shalatku tadi malam sempurna banget.”
  • Sombong (Takabur): Ini level selanjutnya. Setelah kagum sama diri sendiri, kita mulai ngerasa lebih baik dari orang lain, terus ngerendahin mereka. Ada unsur perbandingan sosial di sini.
  • Riya: Fokusnya ke luar. Kita beramal biar dapet pujian, pengakuan, atau likes dari manusia. Tujuannya buat cari validasi eksternal, bukan karena kagum sama diri sendiri.

Meskipun beda, ketiganya sama-rata bahayanya: bisa bikin pahala hangus. Seorang ulama, Bisyr al-Hafi, pernah bilang, ujub itu lebih bahaya dari dosa. Kenapa? Karena orang yang berbuat dosa biasanya ngerasa perlu tobat, sementara orang yang ujub ngerasa dirinya udah oke, jadi nggak perlu perbaikan.

Kok Bisa Sih Ujub Muncul?

Yang paling serem, ujub ini sering banget nongol setelah kita ngelakuin kebaikan. Ibarat bug yang muncul setelah update software. Ini beberapa contoh di kehidupan sehari-hari:

  • Seorang mahasiswa yang hafalannya lancar, mulai ngerasa paling cerdas di antara teman-temannya.
  • Seorang donatur yang sedekahnya paling besar, diam-diam ngerasa amalnya paling diterima dibanding yang sedekah receh.
  • Seorang aktivis dakwah yang kontennya viral, mulai nganggep remeh dakwah ustadz lain yang audiensnya sedikit.

Kondisi ini ngingetin kita kalau pintu masuk setan itu nggak cuma lewat maksiat, tapi juga bisa lewat amal saleh yang kita banggakan.

Kenapa Ini Bahaya Banget?

Ujub itu bukan sekadar perasaan bangga biasa. Efek sampingnya serius, sahabat:

  1. Pahala Auto-Hangus: Amal baik bisa jadi sia-sia.
  2. Bikin Susah Tobat: Orang yang ujub ngerasa dirinya udah di level spiritual yang tinggi. Akibatnya, dia jadi susah introspeksi dan ngerasa nggak perlu lagi bertaubat.
  3. Menutup Hati dari Nasihat: orang yang merasa kagum sama diri sendiri atau merasa hebat ini, bikin kita punya mental block. Kita jadi susah nerima masukan atau kritik, karena ngerasa diri sendiri udah paling bener.

Baca Juga: Kenapa Sih Kita Sering Merasa Paling Benar? Mengupas Tuntas Sifat Sombong

Kesimpulan

Jadi, apa itu ujub? Ujub adalah jebakan hati yang membuat kita kagum pada diri sendiri hingga lupa pada Sang Pemberi Nikmat. Meskipun beda tipis dengan sombong dan riya, bahayanya sama-sama bisa menghanguskan pahala dan menutup pintu hidayah.

Yuk sahabat, kita sama-sama belajar untuk terus menjaga hati. Setiap kali perasaan hebat itu muncul setelah beramal, langsung redam dengan istighfar dan ingatan bahwa semua ini murni karena pertolongan Allah. Ingat, amal kecil yang dibungkus dengan keikhlasan jauh lebih berharga di sisi Allah daripada amal besar yang tercampur dengan setitik ujub.

Jadikan Amalmu Lebih Bermakna!

Sahabat, salah satu cara paling ampuh untuk membumikan hati adalah dengan berbagi kepada mereka yang nasibnya tak seberuntung kita. Saat kita melihat perjuangan orang lain, rasa ‘wah’ pada diri sendiri bisa luntur seketika.

Yuk, salurkan niat baikmu melalui Yayasan Senyum Mandiri. Setiap donasi yang kamu berikan bukan hanya membantu mereka yang membutuhkan, tapi juga menjadi latihan keikhlasan untuk menjaga hati.

Klik disini atau scan QR barcode dibawah ini untuk informasi lebih lanjut.

Barcode Nomer CS 2025 (Yuli)

“Menebar Sejuta Kebaikan”

Tinggalkan komentar