Sahabat, pernah denger nasihat dari orang tua atau kakek-nenek, “Jangan nikah di bulan Suro (Muharram), pamali!” atau “Kalau mau bikin hajatan, jangan di bulan ini, nanti sial!”? Nah, mitos seputar larangan bulan Muharram ini kenceng banget di masyarakat kita. Tapi, beneran begitu kata Islam? Apakah benar ada bulan yang ‘angker’ dan membawa sial? Yuk, kita bongkar tuntas mitos ini berdasarkan ajaran Islam yang lurus, bukan sekadar “katanya”.
Dari Mana Datangnya Mitos ‘Bulan Sial’ Ini?
Jujur aja, kepercayaan ini bukan dari ajaran Islam. Para sejarawan menduga ini adalah warisan dari kepercayaan lokal (kejawen) dan Hindu-Buddha sebelum Islam datang ke Nusantara. Dulu, masyarakat meyakini bulan ini punya energi mistis yang kuat, sampai mereka menghindari perayaan besar karena takut mengundang malapetaka.
Sayangnya, mitos ini kebawa terus sampai sekarang dan kadang masih banyak yang percaya. Padahal, kalau kita buka lagi Al-Qur’an dan Hadis, kita nggak akan nemu satu pun dalil yang melarang pernikahan di bulan Muharram.
Menurut Pandangan Islam, Gak Ada Bulan Sial, Semua Bulan Itu Baik
Dalam Islam, semua bulan itu baik. Nggak ada yang namanya bulan sial atau bulan keberuntungan. Justru sebaliknya, Muharram itu super spesial! Dia termasuk salah satu dari empat “bulan haram” (asyhurul hurum), yaitu bulan yang dimuliakan Allah.
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan… di antaranya empat bulan haram.” (QS. At-Taubah: 36)
‘Haram’ di sini bukan berarti Allah melarang hajatan, tapi bermakna ‘suci’ atau bulan yang Ia muliakan. Di bulan ini, Allah melarang keras kita untuk memulai perang dan berbuat zalim, karena dosanya lebih besar. Sebaliknya, Allah juga melipatgandakan pahala untuk setiap amal baik. Jadi, anggapan larangan bulan Muharram untuk menikah itu jelas keliru.
Para Ulama Dulu Malah Semangat Ibadah di Bulan Muharram
Para ulama besar seperti Imam Nawawi justru menegaskan bahwa Muharram adalah bulan terbaik untuk puasa sunnah setelah bulan Ramadhan. Logikanya, gimana mungkin bulan yang dianjurkan buat ‘gaspol’ ibadah malah dianggap bulan sial buat nikah? Gak nyambung, kan?
Baca Juga: Mumpung Masih di Bulan Muharram! Yuk, ‘Panen Pahala’ dengan 7 Amalan Ini
Menikah Itu Ibadah, Gak Kenal Tanggal Merah (atau Bulan Sial)
Sahabat, menikah itu ibadah. Ibadah mulia yang menyempurnakan setengah agama. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian yang mampu untuk menikah, maka menikahlah…” (HR. Bukhari dan Muslim)
Perintahnya jelas yaitu kalau sudah mampu, segerakan! Menunda pernikahan hanya karena mitos bulan Muharram itu langkah yang nggak tepat. Kepercayaan seperti ini bisa berbahaya, bisa masuk ke ranah khurafat (tahayul). Bahkan, mempercayai pertanda sial atau tathayyur dilarang dalam Islam. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tathayyur (anggapan sial terhadap sesuatu) itu syirik.” (HR. Ahmad)
Pakai Logika Aja Deh…
Coba kita lihat sekeliling. Banyak kok pasangan yang menikah di bulan Muharram dan rumah tangganya langgeng, bahagia, dan penuh berkah sampai kakek-nenek. Suksesnya pernikahan itu tergantung kesiapan mental, komunikasi, kesamaan visi, dan doa, bukan di bulan apa ijab kabulnya terjadi.
Justru menunda pernikahan tanpa alasan syar’i bisa membuka pintu fitnah. Islam selalu mengajarkan kita untuk mengambil keputusan berdasarkan ilmu dan akal sehat, bukan mitos.
MUI dan NU Juga Bilang Ini Mitos!
Biar makin yakin, lembaga-lembaga Islam besar di Indonesia seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Nahdlatul Ulama (NU) juga sudah sering menegaskan kalau larangan bulan Muharram untuk nikah itu murni mitos budaya, bukan ajaran Islam.
Kesimpulan
Sahabat, yuk kita bersihkan pikiran kita dari mitos-mitos yang nggak berdasar. Larangan bulan Muharram untuk menikah adalah hoaks warisan yang nggak perlu dilestarikan.
Islam mengajarkan kita untuk optimis dan berbaik sangka kepada Allah. Semua hari dan bulan itu baik. Yang membuat sesuatu menjadi buruk adalah perbuatan maksiat kita, bukan bulannya.
Jika kamu dan pasangan sudah siap, jangan ragu melangkah. Justru, menikah di bulan yang mulia seperti Muharram, dengan niat ibadah yang tulus, insya Allah akan mendatangkan keberkahan yang berlipat ganda.
Awali Pernikahanmu dengan Kebaikan yang Mengundang Berkah
Sahabat, setelah meluruskan niat dan membuang jauh-jauh mitos, langkah selanjutnya untuk memulai pernikahan adalah mencari keberkahan. Salah satu cara terbaik untuk ‘mengundang’ berkah di awal kehidupan barumu adalah dengan memulainya dengan kebaikan, berbagi kebahagiaan dengan mereka yang membutuhkan.
Di Yayasan Senyum Mandiri, kami siap menjadi jembatan kebaikanmu. Kamu dan pasangan bisa menyalurkan ‘sedekah pernikahan’ untuk anak yatim dan kaum dhuafa. Niatkan sebagai rasa syukur dan doa agar rumah tangga kalian kelak dilimpahi ketenangan, keharmonisan, dan rezeki yang berkah.
Ini adalah cara paling indah untuk memulai sebuah babak baru. Biarkan doa tulus dari mereka yang terbantu menjadi fondasi pertama dalam membangun keluarga sakinah, mawaddah, warahmah.
Yuk, awali langkah baikmu dengan cara yang paling berkesan. Salurkan sedekah terbaikmu melalui Senyum Mandiri, dan mulailah pernikahanmu dengan senyuman dan doa dari banyak orang!
Klik Disini atau scan QR Barcode dibawah untuk informasi lebih lanjut

“Menebar Sejuta Kebaikan”