Kehilangan seseorang itu rasanya campur aduk. Di satu sisi ada duka yang mendalam, di sisi lain ada kebingungan tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya. Di tengah momen berat ini, Islam mengajarkan kita untuk memberikan penghormatan terakhir yang terbaik bagi orang tercinta, dan salah satunya adalah melalui prosesi memandikan jenazah.
Mungkin terdengar sedikit intimidating, tapi memandikan jenazah adalah wujud cinta dan bakti kita yang terakhir. Proses ini bukan sekadar kewajiban, tapi sebuah pelayanan mulia. Nah, agar sahabat tidak bingung atau ragu, artikel ini akan menjadi panduan lengkapmu. Kita akan bahas tuntas cara memandikan jenazah sesuai syariat, mulai dari hukumnya, siapa saja yang boleh melakukannya, persiapan, sampai langkah-langkahnya secara detail dan penuh adab.
Anggap saja ini cheat sheet buat sahabat yang ingin paham, terutama jika ini adalah pengalaman pertama. Siap? Yuk, kita mulai.
Hukum Memandikan Jenazah, Bukan Beban tapi Kehormatan
Dalam Islam, hukum memandikan jenazah itu fardhu kifayah. Apa artinya? Bayangin aja ini kayak tugas kelompok yang mulia. Kalau sudah ada beberapa orang yang mengerjakannya, maka kewajiban itu gugur bagi yang lain. Tapi, kalau tidak ada satu pun yang turun tangan, maka semua orang di lingkungan itu bisa ikut menanggung dosanya.
Pentingnya prosesi ini bahkan ditegaskan langsung oleh Rasulullah SAW saat putrinya, Zainab, wafat. Beliau bersabda:
“Mandikanlah ia tiga kali, lima kali, atau lebih dari itu jika kalian memandang perlu, dengan air dan daun bidara. Dan buatlah pada siraman terakhir dengan kapur barus atau campuran darinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa memandikan jenazah bukan sekadar membersihkan, tapi sebuah ritual yang penuh perhatian dan kehormatan.
Siapa yang Boleh Memandikan Jenazah?
Sahabat perlu tahu, proses ini sangat menjaga privasi dan kehormatan jenazah. Jadi, nggak semua orang bisa melakukannya. Ada “tim inti” yang diutamakan, tujuannya agar aurat dan aib jenazah tetap terjaga. Mereka adalah:
- Keluarga Terdekat (Mahram)
Idealnya, keluarga adalah yang utama. Suami boleh memandikan jenazah istrinya, begitu pula sebaliknya. Ini adalah bentuk pelayanan terakhir yang paling intim dan penuh cinta. - Orang dengan Jenis Kelamin yang Sama
Jika bukan keluarga inti, maka jenazah laki-laki dimandikan oleh laki-laki, dan jenazah perempuan oleh perempuan. Ini prinsip dasar untuk menjaga aurat. - Orang yang Paham Fikih (Ustaz/Ustazah)
Kalau keluarga merasa belum mampu atau tidak punya ilmunya, jangan ragu meminta bantuan orang yang lebih paham, seperti ustaz atau ustazah. Mereka bisa membimbing agar proses cara memandikan jenazah berjalan sesuai tuntunan.
Persiapan Sebelum Memulai, Siapkan Peralatan Kebaikan
Biar prosesnya lancar dan nggak ada yang terlewat, persiapan itu kunci. Anggap saja ini checklist yang perlu sahabat siapkan:
1. Tempat yang Privat
Pilih lokasi yang tertutup, bersih, dan nggak bisa diintip orang lain. Tujuannya cuma satu: menjaga kehormatan almarhum/ah.
2. Perlengkapan Mandi
- Air bersih yang cukup.
- Sabun cair atau daun bidara yang sudah ditumbuk (sunnahnya pakai ini).
- Wewangian non-alkohol, terutama kapur barus (kamper) yang sudah dihaluskan untuk bilasan terakhir.
- Sarung tangan karet dan masker untuk kebersihan dan menjaga diri.
- Beberapa ember dan gayung.
- Kain panjang (basahan) untuk menutupi aurat jenazah selama proses berlangsung.
- Handuk besar yang menyerap air untuk mengeringkan.
- Alas atau tempat khusus untuk membaringkan jenazah.
Urutan Lengkap Cara Memandikan Jenazah (Step-by-Step)
Ini dia bagian intinya. Lakukan dengan tenang, lembut, dan niat yang tulus ya, sahabat.
1. Posisikan Jenazah dengan Hormat
Baringkan jenazah di tempat yang agak tinggi agar air kotor bisa mengalir ke bawah. Langsung tutupi auratnya (dari pusar hingga lutut) dengan kain basahan.
2. Niat (Mindset Check)
Luruskan niat dalam hati. Cukup ucapkan, “Saya niat memandikan jenazah ini karena Allah Ta’ala.” Ini penting agar setiap gerakan kita bernilai ibadah.
3. Bersihkan Najis Terlebih Dahulu
Kenakan sarung tangan. Dengan lembut, bersihkan kotoran yang mungkin keluar dari qubul (kemaluan) dan dubur. Caranya bisa dengan sedikit menekan perutnya secara perlahan sambil disiram air. Lakukan dengan super lembut dan penuh hormat, tanpa melihat auratnya secara langsung.
4. Wudhukan Jenazah
Setelah bersih dari najis, wudhukan jenazah seperti orang yang akan shalat. Mulai dari membasuh wajah, kedua tangan hingga siku, mengusap kepala, dan membasuh kedua kaki hingga mata kaki.
5. Mulai Mandikan (Siraman Cinta)
Siram seluruh tubuh jenazah dengan air yang sudah dicampur sabun atau daun bidara. Mulailah dari sisi tubuh bagian kanan (leher, bahu, tangan, punggung, pinggang, hingga kaki kanan). Setelah itu, miringkan jenazah ke kiri dan basuh bagian belakang sebelah kanan. Ulangi proses yang sama untuk sisi tubuh bagian kiri.
6. Bilas Hingga Bersih
Ulangi siraman beberapa kali (disunnahkan dalam bilangan ganjil: tiga, lima, atau tujuh kali) hingga tubuh jenazah benar-benar bersih.
7. Siraman Terakhir dengan Kapur Barus
Pada bilasan terakhir, gunakan air bersih yang sudah dicampur dengan kapur barus. Ini berfungsi sebagai pengharum alami dan simbol penyucian akhir.
8. Keringkan dengan Lembut
Angkat jenazah dan keringkan seluruh tubuhnya dengan handuk bersih yang menyerap. Setelah kering, jenazah siap untuk proses selanjutnya, yaitu dikafani.
Etika dan Poin Penting yang Harus Diingat
1. Jaga Aib Jenazah
Ini adalah amanah terbesar. Apapun kekurangan fisik yang mungkin sahabat lihat pada jenazah, simpan rapat-rapat. Jangan pernah menceritakannya kepada siapa pun. Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa memandikan jenazah lalu ia menyembunyikan aibnya, niscaya Allah akan mengampuninya empat puluh kali.” (HR. Al-Hakim)
2. Sabar dan Penuh Kelembutan
Perlakukan jasad selembut mungkin. Ingatlah bahwa ruhnya sudah tiada, tapi kehormatan jasadnya harus tetap kita jaga.
3. Konsultasi Jika Ragu
Jika kondisi jenazah tidak biasa (misalnya akibat kecelakaan), jangan ragu untuk bertanya pada ahli fikih atau ustaz.
Baca Juga: Muslim Wajib Tahu! Tata Cara Sholat Jenazah untuk Laki-laki dan Perempuan
Kesimpulan
Memandikan jenazah adalah tugas mulia, sebuah bentuk cinta terakhir yang bisa kita berikan secara fisik. Dengan memahami cara memandikan jenazah yang benar, sahabat telah ikut menjaga kehormatan seorang muslim hingga ke peristirahatan terakhirnya.
Namun, cinta dan bakti kita tidak berhenti di situ. Salah satu cara terindah untuk terus mengirimkan pahala kepada almarhum/ah adalah melalui sedekah jariyah atas nama mereka. Kebaikan yang terus mengalir ini akan menjadi penerang bagi mereka di alam sana.
Merasa tergerak untuk menyalurkan kebaikan abadi ini? Sahabat bisa memulainya bersama Yayasan Senyum Mandiri.
Yuk, sempurnakan penghormatan terakhirmu dengan hadiah abadi. Titipkan sedekah atas nama orang terkasih melalui Yayasan Senyum Mandiri dan biarkan kebaikannya terus mengalir tanpa henti. Kunjungi [Link Website Yayasan Senyum Mandiri] untuk memulai langkah kebaikanmu hari ini.
Semoga panduan ini bermanfaat dan membuat kita semua lebih siap dalam menjalankan amanah besar ini dengan ikhlas dan ilmu.
Klik disini atau scan QR barcode dibawah untuk informasi lebih lanjut

“Menebar Sejuta Kebaikan”