Bahaya Dosa Ghibah – Hey, sahabat! Pernah nggak sih, lagi asyik nongkrong sama temen-temen, entah di kafe atau sambil main game, eh, tiba-tiba topiknya belok jadi ngomongin orang lain? “Eh, tau nggak si A kemarin bla bla bla” atau “Liat deh postingan si B, kok aneh banget ya?” Kelihatannya sepele ya?
Padahal, tanpa kita sadari, kita lagi terjerumus ke dalam ghibah, sebuah dosa yang di mata Allah itu jelas berat banget. Bahaya dosa ghibah ini bukan cuma soal ngerusak pertemanan, tapi juga bisa jadi tiket menuju kerugian besar di akhirat.
Di artikel ini, kita bakal kupas tuntas bahaya dosa ghibah, kenapa dosa ini rasanya enteng banget di lidah, dan gimana Islam ngasih gambaran ngerinya dosa ini. Yuk, kita renungin bareng-bareng, biar lisan kita lebih terjaga dan nggak jadi bumerang buat amal kita sendiri.
Apa Sih Ghibah Itu? Kata Al-Qur’an dan Hadis, Gini Definisinya
Simpelnya gini, ghibah itu ngomongin keburukan atau aib seseorang di belakangnya, di mana kalau dia denger, dia pasti nggak bakal suka. Poin pentingnya yaitu, meskipun yang kita omongin itu fakta, itu tetep ghibah. Beda cerita kalau bohong, itu namanya fitnah, dosanya dobel!
Allah SWT ngasih perumpamaan yang super tajam di Al-Qur’an, tepatnya di Surat Al-Hujurat ayat 12:
“…وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ…”
“…Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya…” (QS. Al-Hujurat: 12)
Jijik banget kan ngebayanginnya? Tapi secara spiritual, itulah yang kita lakuin tiap kali ngeghibah, kita lagi nyabik-nyabik kehormatan saudara kita sendiri, sama kayak makan bangkainya.
Nabi Muhammad SAW juga memperjelas konsep ini waktu beliau bertanya ke para sahabat:
“Tahukah kalian apa itu ghibah?” Mereka menjawab: ‘Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.’ Beliau bersabda: ‘Engkau menyebut saudaramu dengan sesuatu yang ia benci.’ Lalu ada yang bertanya, ‘Bagaimana menurutmu jika apa yang aku katakan itu memang benar ada padanya?’ Beliau menjawab: ‘Jika apa yang kamu katakan itu benar, maka kamu telah berbuat ghibah. Dan jika itu tidak benar, maka kamu telah berbuat fitnah (buhtan).’” (HR. Muslim)
Jelas banget, kan? Nggak ada celah buat pembenaran.
Kenapa Ghibah Rasanya Nagih dan Enteng Banget?

Kalau kita jujur sama diri sendiri, ghibah tuh sering banget nyelip di obrolan kita karena alasan-alasan yang deket banget sama keseharian:
- Biar Nggak Garing: Kadang obrolan lagi canggung, terus mengorbankan satu nama biar suasana jadi cair dan semua orang bisa nimbrung.
- Curhat yang Kelewat Batas: Niatnya cuma mau cerita atau minta saran, eh malah jadi bongkar semua aib orang dari A sampai Z.
- Ada Iri di Hati: Nggak bisa dipungkiri, kadang rasa nggak suka atau iri hati bikin kita gatel pengen ngejelekin orang yang kita anggap saingan.
- FOMO (Fear of Missing Out) Gosip: Karena semua orang di tongkrongan ngelakuin, kita jadi ngerasa aneh atau ketinggalan berita kalau nggak ikutan nimbrung.
Bahaya dosa ghibah yang paling utama justru karena rasanya yang enteng ini. Karena nggak kelihatan wujud dosanya, kita jadi nganggep ini bukan masalah besar. Padahal, di timbangan amal, dampaknya luar biasa.
Baca Juga: Menjaga Lisan: Pentingnya Menjauhi Ghibah dan Fitnah
Dampak dari Ghibah, Nggak Cuma di Akhirat, di Dunia Juga Berasa!

Dampak ghibah itu nyata, sahabat. Bukan cuma catatan dosa yang membengkak, tapi ada efek langsung yang bisa kita rasakan.
1. Pahala Auto-Transfer ke Rekening Orang Lain
Ini nih yang paling ngeri. Rasulullah SAW pernah ngejelasin tentang orang yang bangkrut (muflis) di hari kiamat. Dia datang bawa pahala shalat, puasa, zakat segunung, tapi dia juga pernah mencela si A, menuduh si B, dan mengghibahi si C. Hasilnya?
“Maka pahalanya diberikan kepada orang ini (yang dizalimi), dan pahalanya diberikan kepada orang itu. Jika pahalanya habis sebelum semua kezalimannya terbayar, maka dosa-dosa mereka (yang dizalimi) akan diambil lalu ditimpakan kepadanya, kemudian dia dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim)
Bayangin, capek-capek ibadah, eh pahalanya malah buat ‘nutupin’ omongan kita. Rugi bandar!
2. Pemicu Konflik dan Putusnya Silaturahmi
Berapa banyak pertemanan atau bahkan persaudaraan yang hancur cuma karena satu kalimat ghibah? Dari omongan di belakang, timbul salah paham, lalu jadi fitnah, dan akhirnya jadi permusuhan. Padahal, Islam sangat menjaga yang namanya ukhuwah (persaudaraan).
3. Bikin Hati Jadi Keras dan Gelap
Semakin sering kita fokus sama keburukan orang lain, semakin hati kita jadi gelap. Mau ibadah jadi susah khusyuk, mau nerima nasihat jadi susah masuk. Bahaya dosa ghibah itu kayak polusi buat jiwa kita.
Gimana Caranya Biar Nggak Kejebak Lingkaran Setan Ghibah?
Berhenti ghibah itu emang butuh perjuangan, tapi sangat mungkin! Coba deh, terapkan tips-tips ini:
- Pasang ‘Alarm’ di Hati: Selalu ingatkan diri sendiri soal perumpamaan makan bangkai tadi. Tiap kali mau mulai ngomongin orang, bayangin adegan menjijikkan itu. Dijamin, langsung pengen stop.
- Jadi Master Pengalih Isu: Kalau temen udah mulai mancing-mancing ke arah ghibah, langsung alihkan topik. “Eh, ngomong-ngomong, film yang baru itu bagus nggak sih?” atau “Woi, project kita gimana progresnya?”
- Inget ‘Transfer Pahala’ Otomatis: Tanyain ke diri sendiri, “Gue rela nih pahala tahajud semalem pindah ke dia cuma gara-gara obrolan ini?” Kesadaran ini bisa jadi rem yang pakem.
- Sibukkan Lisan dengan yang Baik: Perbanyak zikir, istighfar, atau baca shalawat. Kalau lisan kita basah karena zikir, pasti kering buat ghibah.
- Pilih Circle yang Sehat: Lingkungan itu ngaruh banget. Cari teman-teman yang kalau ngumpul itu saling ngingetin soal kebaikan, bukan yang malah saling mancing buat dosa.
Eits, Tapi Ada Pengecualiannya Nggak?
Dalam kondisi tertentu, Islam membolehkan menyebutkan keburukan seseorang, tapi tujuannya sangat spesifik dan bukan untuk kepuasan hawa nafsu. Contohnya:
- Melaporkan kezaliman kepada pihak berwenang.
- Meminta fatwa atau nasihat dari seorang ahli (dengan tetap berusaha menyamarkan identitas orangnya jika memungkinkan).
- Memperingatkan orang lain dari kejahatan seseorang.
- Menyebutkan orang yang sudah terang-terangan berbuat fasik (seperti koruptor).
Tapi inget ya, sahabat, ini bukan ‘kartu bebas’ buat ngomongin orang. Niatnya harus lurus untuk mencari kebenaran atau mencegah kemungkaran, bukan buat menjatuhkan.
Kesimpulan
Sahabat, lisan kita ini emang nggak bertulang, tapi bisa lebih tajam dari pedang. Bahaya dosa ghibah itu nyata dan sering kita anggap remeh. Jangan sampai kita jadi orang yang bangkrut di akhirat, di mana semua amal baik kita ludes cuma gara-gara nggak bisa nahan lisan di dunia.
Mulai detik ini, yuk kita sama-sama berkomitmen. Kalau nggak bisa ngomong yang baik, lebih baik diam. Karena diam itu bukan cuma emas, tapi perisai yang bisa nyelametin kita dari api neraka.
Ganti Ghibah dengan Berkah, Yuk Tebar Senyum Bersama Yayasan Senyum Mandiri!
Sahabat, kita tadi udah ngobrol panjang soal gimana lisan bisa mentransfer pahala kita ke orang lain. Nah, ada cara keren nih buat ‘mentransfer’ rezeki kita jadi pahala yang ngalir terus!
Daripada lisan kita sibuk ngomongin orang yang nggak ada manfaatnya, gimana kalau energi dan rezeki kita salurkan untuk sesuatu yang pasti jadi kebaikan?
Di Yayasan Senyum Mandiri, setiap donasi dari sahabat akan kami ubah menjadi senyuman, harapan, dan masa depan yang lebih cerah untuk anak-anak yatim dan kaum dhuafa. Mereka nggak butuh gunjingan kita, tapi mereka butuh uluran tangan kita.
Yuk, buktikan kalau kita lebih suka aksi nyata daripada sekadar kata-kata!
Ganti kebiasaan scrolling sambil ghibah dengan scanning QRIS untuk sedekah. Lidah kita jaga, harta kita insya Allah jadi berkah.
Mari kita sibukkan diri dengan menebar manfaat, bukan menebar aib. Karena setiap senyuman yang kita ciptakan, akan jadi saksi kebaikan kita di hadapan Allah kelak.
Klik disini atau scan QR barcode dibawah ini untuk informasi lebih lanjut.

“Menebar Sejuta Kebaikan”