Eh, sahabat. Pernah nggak sih, lagi asyik ngumpul terus keceplosan ngomentarin fisik teman? Atau pas lagi scrolling media sosial, jari rasanya gatal pengen ngetik komentar julid soal penampilan orang lain? Niatnya mungkin cuma iseng atau bercanda, tapi sadar nggak, kalau candaan soal fisik itu sebenarnya termasuk menghina ciptaan Allah.
Setiap dari kita diciptakan dengan keunikan yang super personal, udah diatur dengan penuh cinta oleh Allah. Jadi, saat lisan kita mencela fisik seseorang, sebenarnya kita lagi mempertanyakan mahakarya Sang Seniman Agung.
Semua Ciptaan Allah Punya Nilai Sempurna
Sahabat, coba deh renungkan firman Allah yang satu ini:
“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. At-Tin: 4)
Ayat ini tuh kayak statement tegas dari Allah bahwa setiap manusia, tanpa terkecuali, adalah sebuah masterpiece. Mau kulitnya sawo matang atau kuning langsat, tubuhnya tinggi atau mungil, rambutnya lurus atau keriting, semuanya adalah bagian dari desain terbaik versi Allah. Jadi, ketika ada yang menghina ciptaan Allah lewat body shaming, sebenarnya dia lagi menolak kebenaran dari ayat keren ini.
Ingat juga, sahabat, Allah sengaja menciptakan kita berbeda-beda bukan untuk saling ejek, tapi untuk saling kenal dan menghargai.
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.” (QS. Ar-Rum: 22)
Keren, kan? Perbedaan kita itu tanda kebesaran-Nya, bukan bahan buat becandaan.
Ngomentarin Fisik = Gak Menghargai Sang Pencipta

Bayangin deh sahabat. Kamu dikasih sebuah lukisan indah sama seorang seniman terkenal. Terus, bukannya memuji, kamu malah ngetawain pilihan warnanya dan ngejek bentuk goresannya. Kira-kira, gimana perasaan senimannya? Pasti sakit hati kan?
Nah, tubuh kita, wajah kita, dan semua yang melekat di diri ini adalah ibarat lukisan langsung dari Allah. Menghina ciptaan Allah itu sama aja nggak menghargai hadiah terindah dari-Nya. Itu bukan cuma nggak sopan ke lukisannya, tapi juga ke Pelukisnya.
Rasulullah SAW juga udah ngingetin kita dari dulu:
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Allah melihat kepada hati dan amal kalian.” (HR. Muslim)
Hadis ini jadi tamparan lembut buat kita, bahwa yang Allah nilai itu bukan casingnya, tapi isi hati dan amalan kita. Kalau kita sibuk ngurusin fisik orang lain, jangan-jangan hati kita sendiri yang lagi berantakan.
Baca Juga: Azab Orang yang Suka Menghina yang Sangat Dahsyat
Realita Medsos dan Standar Kecantikan yang Bikin Pusing
Coba deh lihat dunia maya sekarang. Standar cantik dan ganteng seolah-olah punya template-nya sendiri: harus putih, tinggi, dan lain-lain. Standar buatan manusia ini seringkali bikin kita insecure dan, yang lebih parah, jadi gampang nge-judge orang lain yang nggak masuk template.
Inilah bentuk menghina ciptaan Allah yang paling sering kita temui. Komentar negatif, body shaming, sampai sindiran halus di kolom balasan. Sebuah studi dari Royal Society for Public Health di Inggris bahkan menemukan bahwa Instagram adalah media sosial yang paling berdampak buruk bagi citra tubuh anak muda. Padahal, di balik setiap fisik yang kita lihat, ada cerita, ada perjuangan, dan ada hikmah yang Allah selipkan.
Lisan kita ini, sahabat, beneran tajam banget. Jangan sampai jadi penyebab kita celaka. Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Dan bukankah manusia tersungkur ke dalam neraka di atas wajah mereka atau di atas hidung mereka, tidak lain karena buah dari lisan mereka?” (HR. Tirmidzi)
Ngeri, kan? Cuma karena omongan, akibatnya bisa fatal.
Belajar Bersyukur dan Ridha
Terus, gimana caranya biar kita nggak gampang julid dan terhindar dari dosa menghina ciptaan Allah? Kuncinya cuma dua, sahabat: syukur dan ridha.
Syukur bikin kita sadar kalau semua yang Allah kasih dari ujung rambut sampai ujung kaki, itu udah paket paling pas buat kita. Orang yang sibuk bersyukur nggak akan punya waktu buat membanding-bandingkan, apalagi mencela.
Coba kita tanya ke diri sendiri: gimana kita bisa berharap dapat ridha Allah, kalau kita sendiri nggak ridha sama apa yang udah Dia ciptakan buat kita dan orang lain?
Kesimpulan
Sahabat, menghormati orang lain itu bukan sekadar soal sopan santun, tapi ini adalah level tertinggi dari cara kita menghormati Allah, Sang Pencipta. Yuk, mulai sekarang kita latih lisan kita untuk memuji, bukan mencela. Mulai dari menghargai diri sendiri, lalu tularkan energi positif itu ke orang lain.
Stop Menghina Ciptaan Allah, Saatnya Menghargai dan Membantu Sesama
Sahabat, menghargai ciptaan Allah bukan cuma dengan lisan, tapi juga lewat tindakan nyata. Saat kita berhenti menghina dan mulai berbagi, di situlah rasa syukur tumbuh. Yuk, salurkan rasa cinta dan empati sahabat bersama Yayasan Senyum Mandiri!
Melalui program donasi anak yatim, bantuan dhuafa, zakat, infak, wakaf DLL, sahabat bisa menjadi bagian dari perjalanan kebaikan yang menebar senyum dan harapan baru bagi banyak orang.
Yuk salurkan kebaikanmu melalu “Donasi Yayasan Senyum Mandiri“, dan jadikan kebaikanmu sebagai bukti cinta kepada sesama dan kepada Allah.
Untuk informasi lebih lanjutnya bisa klik disini atau scan QR barcode dibawah ini.

“Menebar Sejuta Kebaikan”