Hukum Memajang Foto, Bikin Malaikat Gak Mau Masuk Rumah? Cek Faktanya Yuk!

Hukum Memajang Foto – Sahabat, pernah nggak sih kamu lagi asyik-asyik scrolling Instagram atau Pinterest, lihat inspirasi gallery wall yang estetik banget, terus kepikiran, “Wah, keren juga nih kalau pasang foto keluarga di ruang tamu.” Tapi tiba-tiba, ada suara di kepala yang nyeletuk, “Eh, bukannya kalau ada foto, malaikat nggak mau masuk rumah ya?”

Dilema kayak gini pasti sering banget kita alami, apalagi di zaman serba digital di mana setiap momen rasanya wajib diabadikan. Daripada bingung dan menebak-nebak, mending kita kupas tuntas bareng-bareng soal hukum memajang foto ini. Biar nggak salah kaprah dan hati jadi lebih tenang!

Akar Permasalahannya, Hadis yang Sering Bikin Galau

Oke, pertama-tama, kita perlu tahu dulu dari mana sih asal-muasal larangan ini. Semua berawal dari sebuah hadis yang super populer, di mana Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya malaikat tidak akan masuk rumah yang di dalamnya terdapat anjing atau gambar (gambar makhluk bernyawa).”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Nah, hadis inilah yang menjadi landasan utama kenapa banyak orang jadi ragu-ragu buat memajang foto. Para ulama di masa lalu menjelaskan bahwa larangan ini serius banget, sahabat. Kenapa? Karena konteksnya saat itu adalah untuk memutus rantai kebiasaan zaman jahiliyah. Dulu, orang-orang membuat patung dan lukisan bukan cuma untuk hiasan, tapi untuk disembah. Jadi, Islam datang dengan aturan tegas untuk menutup segala celah yang bisa mengarah ke perbuatan syirik atau menyekutukan Allah.

Zaman Udah Beda, Fotonya Sama Nggak Sih?

Di sinilah diskusinya jadi makin seru. Teknologi fotografi yang kita kenal sekarang kan jelas beda banget sama aktivitas melukis atau memahat patung zaman dulu. Makanya, para ulama kontemporer pun punya pandangan yang lebih beragam.

  • Tim Konservatif: Sebagian ulama berpendapat bahwa “gambar adalah gambar.” Entah kita melukis dengan kuas atau memotret dengan kamera, intinya tetap sama: mereplikasi makhluk bernyawa. Karena itu, sebagian ulama tidak menganjurkan memajang foto keluarga demi kehati-hatian.
  • Tim Moderat: Nah, di sisi lain, banyak ulama modern yang melihatnya dari sudut pandang berbeda. Mereka berpendapat kalau foto itu ibarat tangkapan bayangan atau pantulan cahaya yang dibekukan. Prosesnya bukan menciptakan sesuatu dari nol seperti pelukis, tapi merekam apa yang sudah ada. Selama sahabat tidak menjadikan sesuatu untuk disembah, tidak mengagungkannya secara berlebihan, dan tidak memamerkan aurat, maka hal itu tidak termasuk dalam larangan hadis tersebut.

Pandangan kedua ini, jujur saja, lebih relevan dengan kehidupan kita sekarang, kan? Coba bayangin kalau foto dilarang mutlak, gimana ceritanya kita punya KTP, paspor, atau ijazah? Hehe.

Fokus ke Niatnya, Bukan Cuma Objeknya

Sahabat, inti dari ajaran Islam itu seringkali kembali ke satu hal: niat. Rasulullah ﷺ pernah bersabda dalam hadis yang sangat mendasar:

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Jadi, alih-alih cuma fokus pada fotonya, coba kita tanya ke diri sendiri: “Niatku majang foto ini buat apa, sih?” Kalau tujuannya murni untuk kenang-kenangan, mempererat ikatan keluarga, atau sekadar dokumentasi momen bahagia, banyak ulama yang membolehkannya.

Masalah terjadi ketika seseorang memajang foto lalu menjadikannya sarana kultus individu, pengagungan berlebihan, atau sumber kesombongan. Misalnya, majang foto besar-besar dengan niat pamer kekayaan atau jabatan. Nah, yang kayak gini nih yang bisa “mengundang” masalah dan menjauhkan rahmat.

Selain itu, tujuan utama dari larangan gambar pada awalnya adalah untuk menjaga kemurnian tauhid, seperti yang ditegaskan dalam Al-Qur’an:

“Katakanlah (Muhammad), ‘Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.'” (QS. Al-Ikhlas: 1-4)

Ayat ini mengingatkan kita bahwa hanya Allah satu-satunya yang patut diagungkan. Jadi, selama foto di dinding rumah nggak menggeser posisi Allah di hati kita, Insya Allah kita berada di jalur yang aman.

Tips Cerdas Memajang Foto Biar Rumah Tetap Adem

Biar sahabat makin yakin dan nggak was-was lagi, nih ada beberapa tips praktis yang bisa diterapkan. Anggap saja ini checklist biar rumah kita estetiknya dapet, berkahnya juga nggak ilang.

  1. Niat Lurus karena Allah: Sebelum pasang pigura, luruskan niat dulu. “Ya Allah, aku pasang foto ini sebagai pengingat indahnya karunia keluarga yang Engkau berikan.”
  2. Pilih yang Sopan: Pastikan foto yang dipajang adalah foto dengan pakaian yang sopan dan menutup aurat. Ini juga bagian dari menjaga kehormatan keluarga, lho.
  3. Hindari Area Ibadah: Usahakan banget jangan meletakkan foto di area salat atau di dinding arah kiblat. Kenapa? Biar salat kita lebih khusyuk dan fokusnya 100% hanya kepada Allah, bukan ke foto liburan di pantai.
  4. Nggak Perlu Berlebihan: Pajang secukupnya saja, sahabat. Nggak perlu satu dinding penuh dari lantai sampai langit-langit. Sesuatu yang berlebihan itu nggak baik, kan? Kesederhanaan justru seringkali mendatangkan ketenangan.
  5. Simpan di Album: Kalau punya banyak banget koleksi foto, album digital atau fisik adalah solusi terbaik. Tetap bisa dinikmati tanpa harus memenuhi setiap sudut rumah.

Dengan menerapkan tips ini, kita bisa tetap punya kenangan indah yang terpajang tanpa harus mengorbankan nilai-nilai spiritual di rumah kita.

Baca Juga: Mengenal Jenis Syirik Dalam Islam, Perbedaan Syirik Besar dan Kecil

Kesimpulan

Jadi, gimana kesimpulannya? Hukum memajang foto itu sangat bergantung pada niat dan konteksnya. Kalau sahabat mengikuti pandangan ulama kontemporer, memajang foto untuk kenangan itu boleh kok. Yang dilarang keras adalah gambar atau patung yang dijadikan objek pengagungan hingga menyaingi keagungan Allah.

Ingat ya sahabat, malaikat meninggalkan rumah bukan karena ada foto di dalamnya, tetapi karena orang-orang yang tinggal di sana membiarkannya sepi dari zikir, tanpa lantunan Al-Qur’an, dan penuh perbuatan maksiat. Yuk, fokus untuk menjadikan rumah kita sebagai surga kecil yang penuh dengan ketenangan dan ketaatan.

Bikin Rumah Penuh Senyuman untuk Mereka, Yuk!

Sahabat, kita semua pengen banget kan rumah kita jadi tempat yang penuh rahmat dan berkah? Kita hias, kita rawat, dan kita isi dengan kehangatan keluarga.

Tapi, di luar sana, banyak adik-adik yatim dan dhuafa yang bahkan untuk punya rumah yang nyaman dan hangat itu cuma sebatas mimpi.

Nah, setelah kita membuat rumah kita sendiri jadi lebih adem, gimana kalau kita salurkan juga rahmat itu keluar? Yuk, bareng-bareng kita “bangun rumah kebahagiaan” untuk mereka melalui Yayasan Senyum Mandiri. Setiap donasi dari sahabat bisa menjadi bata yang membangun harapan, atap yang meneduhkan mimpi, dan dinding yang menghangatkan hati mereka.

Klik disini atau scan QR barcode dibawah ini untuk informasi lebih lanjut.

Barcode Nomer CS 2025 (Yuli)

“Menebar Sejuta Kebaikan”

Tinggalkan komentar