Mengapa Bacaan Sholat Dzuhur dan Ashar Tidak Dikeraskan? Inilah Penjelasannya

Mengapa bacaan sholat Dzuhur dan Ashar tidak dikeraskan? Pertanyaan seperti ini, mungkin mewakili sebagian masyarakat Muslim yang awam akan pengetahuan Islam secara lebih menyeluruh.

Pertanyaan mengenai alasan mengapa bacaan sholat Dzuhur dan Ashar tidak dikeraskan merupakan hal yang harus diketahui jawabannya, terutama bagi seorang Muslim. Sebab dengan begitu, ia akan paham mengenai suatu amalan tertentu beserta hukum melaksanakannya.

Teruntuk Sahabat yang tengah mencari jawaban tepat berkenaan dengan sebuah pertanyaan seperti, mengapa bacaan sholat Dzuhur dan Asar tidak dikeraskan, maka artikel ini merupakan referensi yang tepat untuk menjawab pertanyaan tersebut. Tanpa berlama-lama, simak penjelasannya sebagai berikut.

Mengapa Bacaan Sholat Dzuhur dan Ashar Tidak Dikeraskan?

Alasan mengapa bacaan sholat Dzuhur dan Ashar tidak dikeraskan, sebenarnya merujuk pada hukum asalnya, boleh atau tidak melakukan hal semacam ini.

Kendati demikian, terdapat alasan dan hukum yang menjadi sandaran atas pelaksanaan amalan ini, serta bersumber daripada sejarah yang telah terjadi pada zaman Rasulullah SAW.

Hingga Allah SWT menurunkan Firmannya yang tertera dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra Ayat 110,

قُلِ ٱدْعُوا۟ ٱللَّهَ أَوِ ٱدْعُوا۟ ٱلرَّحْمَٰنَ ۖ أَيًّا مَّا تَدْعُوا۟ فَلَهُ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ ۚ وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَٱبْتَغِ بَيْنَ ذَٰلِكَ سَبِيلًا

Artinya: “Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam sholatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu”.

Baca Juga: Bolehkah Menggabungkan Shalat Dhuhur dengan Shalat Ashar? Begini syarat, Niat dan Tatacaranya

Tafsir dan penyebab turunnya ayat tersebut adalah ketika Rasulullah SAW berada di Mekkah. Saat itu, beliau tengah melaksanakan Sholat berjamaah bersama para sahabat dengan mengeraskan bacaan surat.

Kaum musyrikin Mekkah mendengarnya, lalu mencaci bacaan Rasulullah tersebut, mencaci Dzat yang menurunkannya dan mencaci pula yang menyampaikannya (Rasulullah). Karena itulah Allah SWT berfirman, “Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam sholatmu” sehingga potongan ayat tersebut bermaksud agar orang musyrik tidak mendengar bacaannya.

Tetapi Allah juga menyampaikan, “dan jangan pula merendahkannya” sehingga bacaan sholat masih tetap terdengar oleh sahabat yang berada pada shaff pertama. Oleh karenanya, Allah melanjutkan dengan “dan carilah jalan tengah antara keduanya.”

Tetapi dalam riwayat lain menjelaskan bahwa ketika sudah berhijrah ke Madinah, perintah tersebut gugur. Beliau boleh melakukan yang beliau kehendaki antara keduanya. Dari keterangan tersebut, Allah memerintahkan agar tidak mengeraskan bacaan saat siang hari (sholat Dzuhur dan Ashar) agar tidak menjadi celaan bagi musyrikin.

Kendati begitu, bacaan sholat maghrib, Isya dan Shubuh dapat dizhahirkan. Adapun hukum tentang hal ini, telah dijelaskan dalam Shahih muslim, Abu Hurairah memberitahukan tentang keadaan Rasulullah saat Sholat.

“Rasulullah Shalallau ‘alaihi wasallam pernah sholat bersama kami. Pada sholat dzuhur dan ashar, beliau membaca Al-Fatihah dan dua surat pada rakaat pertama. Sesekali beliau memperdengarkan ayat yang beliau baca. Beliau memanjangkan bacaan pada rakaat pertama dari sholat dzuhur dan memendekannya pada rakaat kedua. Begiru juga sholat subuh.” (HR. Muslim).

Adapun, masalah jahar (keras dalam suara) atau sir (pelan dalam suara) saat melafalkan bacaan sholat bukanlah hal yang dapat dihukumi wajib atau sunat, sehingga mempengaruhi kesempurnaan dalam sholat dan dapat membuatnya harus melaksanakan sujud sahwi ketika tidak melakukannya.

Demikianlah pemaparan kali ini, mengenai alasan mengapa bacaan sholat Dzuhur dan Ashar tidak dikeraskan. Berita lainnya bisa Sahabat dapatkan hanya di website resmi Senyum Mandiri Foundation.

Tak hanya menyajikan artikel informative dan menarik saja, Yayasan Senyum Mandiri membuka jalan kebaikan bagi Sahabat untuk menunaikan Zakat, Infaq, Sedekah, dan Wakaf.

Mari tingkatkan keimanan dengan bersedekah melalui Yayasan Senyum Mandiri!

Informasi lebih lengkapnya bisa klik disini.

Rekening Donasi

Tinggalkan komentar