Kisah Pernikahan Ali Bin Abi Thalib dengan Sayyidah Fatimah yang Patut Diteladani

Pernikahan Ali bin Abi Thalib dengan Sayyidah Fatimah berlangsung dengan penuh kesederhanaan dan kemuliaan.

Bagaimana tidak? Pasalnya, Ali bin Abi Thalib Karamallahu Wajhah adalah sepupu dan salah satu sahabat Rasulullah SAW yang gagah dan pemberani. Ia juga merupakan pemuda pertama yang masuk Islam dan orang pertama yang membersamai Rasulullah SAW untuk melakukan sholat yang pertama kalinya.

Sedangkan, Sayyidah Fatimah merupakan putri Rasulullah SAW yang penuh kemuliaan dan amat sangat dihormati. Sayyidah Fatimah menjadi putri terakhir Rasulullah SAW dengan Sayyidah Khadijah.

Menurut kutipan dari keterangan Ibnu Katsir, pernikahan Ali bin Abi Thalib dengan Sayyidah Fatimah, berlangsung tepat pada bulan Safar di tahun ke-2 Hijriah, sehingga menjadikannya peristiwa di bulan Safar yang penuh makna.

Namun, beberapa ulama ada yang berpendapat pada bulan Dzulhijjah, tahun ke-2 Hijriah.

Baca Juga: Kisah Pernikahan Rasulullah SAW dan Sayyidah Khadijah yang Penuh Kemuliaan

Ali bin Abi Thalib sudah sedari lama menyukai Sayyidah Fatimah, namun rasa cintanya sempat terhalang kerendahan diri yang merasa tak pantas untuk menikahi Sayyidah Fatimah. Ali bin Abi Thalib takut tak dapat membahagian putri Rasulullah SAW tersebut, mengingat keadaannya yang sangat amat terbatas.

Walaupun posisi Ali bin Abi Thalib sebagai seorang panglima perang yang gagah dan pemberani, akan tetapi ia tak memiliki banyak harta. Sebab, hartanya selalu disedekahkan kepada pihak yang membutuhkan. Alhasil, kala itu ia hanya memiliki pedang dan baju perang yang senantiasa melekat padanya.

Imam Abu Dawud dan an-Nasa`i meriwayatkan dari Ibnu Abbas berkata, ketika pernikahan Ali bin Abi Thalib dengan Sayyidah Fatimah akan dilaksanakan,

Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya, “Berikanlah sesuatu kepadanya.” Maksud beliau sebagai mahar pernikahan.

Ali menjawab, “Aku tidak punya apa-apa.”

Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam bertanya, “Lalu di mana baju perang huthamiyah milikmu.”

Hadits ini dishahihkan oleh al-Hakim. Baju perang huthamiyah yang dimaksud ialah penisbatan kepada Huthamah bin Muharib, salah satu marga dalam Bani Abdul Qais pembuat baju perang. Ada yang berkata, baju perang disebut dengan huthamiyah karena ia tuhatthimu (mematahkan atau menghancurkan) pedang karena kekuatannya.

Lalu bagaimanakah kehidupan pasca pernikahan Ali bin Abi Thalib dengan Sayyidah Fatimah berlangsung? Dalam sahihnya, Imam al-Bukhari menuangkan sepercik kisah dari kehidupan Sayyidina Ali dengan Sayyidah Fatimah.

Dari Ali bin Abu Thalib, bahwa Sayyidah Fatimah pernah mengadukan beratnya penggilingan kepada Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam yang meninggalkan bekas padanya, pada saat itu Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam sedang mendapatkan tawanan perang, Fatimah pergi kepada Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam tetapi dia tidak bertemu dengan beliau, dia bertemu Aisyah, Fatimah mengatakan hajatnya kepada Aisyah, ketika Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam pulang Aisyah mengabarkan kedatangan Fatimah kepada beliau. Ali berkata, “Nabi Muhammad shallallohu ‘alaihi wasallam datang kepada kami sementara kami sedang bersiap-siap untuk tidur, aku hendak berdiri, tetapi beliau bersabda, “Tetaplah kalian berdua di tempat.” Lalu beliau duduk di antara kami, sampai aku merasakan dinginnya kedua kaki beliau di dadaku, beliau bersabda, “Maukah kalian berdua aku ajari apa yang lebih baik dari apa yang kalian berdua minta kepadaku, jika kalian berdua hendak tidur, bertakbirlah tiga puluh empat kali, bertasbihlah tiga puluh tiga kali dan bertahmidlah tiga puluh tiga kali, ia lebih baik bagi kalian berdua daripada pembantu.”

Baca Juga: Ta’aruf, Prinsip Dan Anjuran Islam Dalam Mencari Pasangan

Dari kisah pernikahan Ali bin Thalib dengan Sayyidah Fatimah kita bisa belajar, bahwa cinta tak memandang harta maupun fisik. Sejatinya, cinta merupakan anugerah terindah dari Allah SWT untuk kemudian dipersatukan dalam ikatan suci, yakni sebuah pernikahan.

Demikianlah yang dapat kami sajikan, mudah-mudahan hal ini menjadi sumber kebermanfaatan. Ikuti terus artikel kami lainnya, hanya di Yayasan Senyum Mandiri.

Tak hanya menyajikan artikel informatif dan positif saja, Yayasan Senyum Mandiri membuka jalan kebaikan bagi Sahabat untuk menunaikan Zakat, Infaq, Sedekah, dan Wakaf.

Yuk tingkatkan keimanan dengan bersedekah melalui Yayasan Senyum Mandiri!

Informasi lebih lengkapnya bisa klik disini.

Rekening Donasi

Tinggalkan komentar