Kisah Abu Thalhah yang Mewakafkan Kebun Kurma demi Meraih Ridho Ilahi

Tidak banyak yang tahu mengenai Kisah Abu Thalhah yang ikhlas dan rela mewakafkan kebun kurma yang amat dicintainya demi meraih ridho Ilahi. Salah satu sahabat nabi yang cukup terkenal dikalangan umat Muslim yakni Abu Thalhah.

Beliau merupakan sahabat Rasul yang berasal dari kaum Anshar yang memiliki nama lain Zaid bin Sahl. Semasa hidupnya Abu Thalhah memiliki peranan yang sangat berjasa bagi sejarah Islam.

Bahkan selepas wafatnya Rasul, Abu Thalhah tidak pernah berhenti berbuat kebajikan demi kemaslahatan umat Islam. Lantas, seperti apakah kisah sahabat nabi Abu Thalhah yang mewakafkan kebun kurmanya tersebut?

Kisah Abu Thalhah yang Pertama Kali Masuk Islam

Kisah wakaf kebun kurma ini dimulai ketika Abu Thalhah berniat mempersunting seorang wanita cantik yang berasal dari Madinah, Ummu Sulaim. Akan tetapi, sebuah tembok besar berupa perbedaan keyakinan menghalangi usaha Abu Thalhah.

Namun, Ummu Sulaim mengisyaratkan bilamana Abu Thalhah ingin menikahinya, maka ia harus memeluk ajaran Islam terlebih dahulu. Tanpa berpikir panjang, Abu Thalhah pun segera mengucapkan dua kalimat syahadat dan menjadi seorang mualaf.

Baca Juga: Kisah Inspiratif Sahabat Nabi, Kesuksesan Abdurrahman bin Auf dalam Berniaga

Wahyu Allah yang Menjadi Penggerak Keinginan Abu Thalhah

Kisah Abu Thalhah yang mewakafkan kebun kurmanya ini bermula dari sebuah tempat di sekitar masjid Nabawi. Hadirlah sebuah kebun kurma lebat yang bernama Bairuha atau kerap disebut juga Biraha, kebun kurma Bairuha ini milik Abu Thalhah.

Suatu ketika, Allah menurunkan wahyuNya dalam QS Ali-Imran ayat 92, berikut bunyi ayatnya:

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ ۗوَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ

Artinya, “Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu sungguh, Allah Maha Mengetahui.”

Kisah Abu Thalhah masih berlanjut. Setelah mendengar firman Allah SWT, Abu Thalhah langsung bergegas menghadap Rasulullah SAW. Kedatangannya bermaksud untuk menyampaikan ayat tersebut dan berniat untuk bersedekah karena Allah, yakni dengan mewakafkan kebun kurma Bairuha miliknya.

Abu Thalhah menambahkan, ia secara ikhlas dan tulus menyerahkan kebunnya itu untuk diwakafkan demi kesejahteraan umat Islam. Kebun kurma yang berbuah lebat itu cukup bernilai tinggi untuk dimanfaatkan oleh penduduk sekitar.

Kisah Abu Thalhah dan Saran Rasulullah SAW kepada Abu Thalhah

Rasulullah SAW yang mendengar niat baik sahabatnya tersebut, lantas menerima kebaikannya dengan penuh suka cita. Rasul juga mempercayakan teknis pembagian hasil kebun itu kepada Abu Thalhah, kemudian Beliau berkata:

“Inilah harta yang diberkahi. Aku telah mendengar apa yang engkau ucapkan dan aku menerimanya. Aku kembalikan lagi kepadamu dan berikanlah ia kepada kerabat-kerabat terdekatmu”

Kisah Abu Thalhah pun berakhir. Sesuai saran Rasul, Abu Thalhah lantas membagikan harta kebunnya itu kepada kerabat-kerabat terdekat. Kemudian, sisanya ia bagikan kepada orang-orang yang membutuhkan.

Harta yang Diwakafkan Dapat Menjadi Amalan Jariyah

Salah satu keutamaan berwakaf ialah meskipun telah wafat sekalipun, namun pahalanya tidak akan terputus. Dengan catatan harta yang diwakafkan masih dikelola secara terus menerus dan memberikan manfaat bagi orang lain.

Memberi tidak akan mengurangi harta, melainkan akan melipatgandakan harta itu sendiri. Karena hal itu sudah menjadi salah satu janji Allah SWT dalam Al-Quran. Dan dari kisah Abu Thalhah di atas, semoga dapat memotivasi diri kita untuk selalu berbuat kebaikan.

Satu pemikiran pada “Kisah Abu Thalhah yang Mewakafkan Kebun Kurma demi Meraih Ridho Ilahi”

Tinggalkan komentar