Benarkah Suami Menanggung Dosa Istri? Pelajari Selengkapnya Disini!

Benarkah suami menanggung dosa istri? Pada dasarnya, semua anak manusia yang dilahirkan ke muka bumi ini dalam keadaan suci dan murni tanpa adanya kesalahan maupun dosa. Akan tetapi, pada beberapa perkara yang dilakukan seorang manusia dapat membawa akibat bagi orang lain, terutama orang-orang yang ada didekatnya.

Tentulah hal tersebut menimbulkan berbagai keresahan dalam hidup. Disamping itu, Islam hadir sebagai pelebur dari berbagai peliknya masalah seorang hamba. Dalam Islam sendiri, segala sesuatunya telah diatur sedemikian rinci dan tersusun dengan baik.

Benarkah suami menanggung dosa istri? Sebenarnya sudah banyak dijelaskan oleh Para Ulama dengan pandangan yang beragam.

Bagi Sahabat yang masih bingung dan bertanya-tanya, artikel ini tepat sekali untuk menjawab perihal benarkah suami menanggung dosa istri. Untuk itu, simak penjelasaanya di bawah ini!

Benarkah Suami Menanggung Dosa Istri?

Lantas, benarkah suami menanggung dosa istri? Pertanyaan semacam ini berawal dari sebuah pernyataan yang mengatakan bahwasanya suami memiliki kewajiban untuk bertanggungjawab atas kebutuhan dan perilaku sang istri.

Baca Juga: 2 Surat Dalam Al-Qur’an yang Dapat Menggugurkan Dosa dan Mengabulkan Do’a

Namun, hal semacam ini tidak dapat dikatakan benar dalam pertanyaan benarkah suami menanggung dosa istri. Sebab, pada dasarnya setiap orang memiliki hak untuk memilih melakukan suatu perkara, sehingga keputusan tersebut harus dipertanggungjawabkan oleh diri sendiri, dan tidak dapat dilemparkan terhadap orang lain.

Kendati begitu, Islam hadir ditengah-tengah keresahan umatnya agar memiliki penilaian yang tepat terhadap suatu perkara yang benar atau keliru. Karena itulah, kekeliruan seharusnya dapat dicegah oleh pemahaman yang baik.

Adapun kembali pada pertanyaan benarkah suami menanggung dosa istri, berikut ini penjelasannya!

• Dosa Ditanggung Diri Sendiri

Setiap manusia memiliki tanggung jawabnya masing-masing. Tanggung jawab merupakan suatu perkara yang dihasilkan dari keputusan yang diperbuat seseorang. Tak terkecuali dengan dosa yang merupakan salah satu konsekunsi yang menjadi tanggungan terhadap orang yang melakukannya.

Oleh karena itu, seseorang tidak memiliki alasan yang kuat untuk melemparkan dosa dan konsekuensinya terhadap orang lain. Namun, dengan catatan perilaku tersebut murni dari kesalahan dirinya tanpa ada pengaruh atau dorongan dari orang lain.

Hal ini sesuai dengan Firman Allah Ta’ala dalam QS. Fatir ayat 18:

وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِّزْرَ اُخْرٰى ۗوَاِنْ تَدْعُ مُثْقَلَةٌ اِلٰى حِمْلِهَا لَا يُحْمَلْ مِنْهُ شَيْءٌ وَّلَوْ كَانَ ذَا قُرْبٰىۗ اِنَّمَا تُنْذِرُ الَّذِيْنَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ وَاَقَامُوا الصَّلٰوةَ ۗوَمَنْ تَزَكّٰى فَاِنَّمَا يَتَزَكّٰى لِنَفْسِهٖ ۗوَاِلَى اللّٰهِ الْمَصِيْر

Terjemahan:

Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang dibebani berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul bebannya itu tidak akan dipikulkan sedikit pun, meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat engkau beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada (azab) Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan mereka yang melaksanakan salat. Dan barangsiapa menyucikan dirinya, sesungguhnya dia menyucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allah-lah tempat kembali”.

• Maksiat Mengalirkan Dosa Kepada Orang Lain

Jadi, benarkah suami menanggung dosa istri? Tanggung jawab seorang anak sesungguhnya terletak pada ayahnya. Namun ketika seorang anak menikah, maka tanggung jawab ayahnya telah digantikan oleh suaminya.

Sebab, seorang suami memiliki tanggung jawab penuh terhadap istrinya. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban bagi seorang suami untuk mendidik, menjaga, dan memenuhi kebutuhan sang istri.

Namun, benarkah suami menanggung dosa istri? Jika dilihat dari tugas seorang suami yang harus mengemban tanggung jawab besar atas istrinya, tentulah segala bentuk perkara yang diperbuat sang istri dapat mengalirkan konsekuensi kepada suami.

Disamping itu ternyata ada beberapa kemungkinan yang menjadi penyebab bagi seseorang mendapat dosa yang diperbuat orang lain. Benarkah suami menanggung dosa istri? Simak penjelasannya sebagai berikut:

1. Mengajak Seseorang untuk Berbuat Maksiat

Dalam Islam, umat muslim diperintahkan untuk melakukan segala kebaikan dan menjauhi semua bentuk kemungkaran atau perkara yang dapat menjerumuskan kepada kemaksiatan. Tak terkecuali dengan orang yang mengajak orang lain untuk melakukan sebuah kemaksiatan.

Benarkah suami menanggung dosa istri? Hal ini bisa menjadi benar jika perbuatan maksiat yang dilakukan istri atas dasar ajakan atau paksaan dari suaminya.

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman dalam QS. An-Nahl ayat 25 sebagai berikut:

لِيَحْمِلُوْٓا اَوْزَارَهُمْ كَامِلَةً يَّوْمَ الْقِيٰمَةِ ۙوَمِنْ اَوْزَارِ الَّذِيْنَ يُضِلُّوْنَهُمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ اَلَا سَاۤءَ مَا يَزِرُوْنَ

Terjemahan:

(ucapan mereka) menyebabkan mereka pada hari Kiamat memikul dosa-dosanya sendiri secara sempurna, dan sebagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikit pun (bahwa mereka disesatkan). Ingatlah, alangkah buruknya (dosa) yang mereka pikul itu”.

2. Tidak Mengingatkan Keluarga pada Jalan Kebajikan

Sebagai sesama muslim hendaknya kita mampu untuk senantiasa menyeru kebaikan dan mengingatkannya akan jalan yang benar. Perintah ini sesuai dengan hadits dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ

Terjemahan:

Siapa yang melihat kemungkaran hendaklah meluruskannya dengan tangannya, maka jika tidak sanggup (hendaklah meluruskan) dengan lisannya, jika tidak sanggup (hendaklah dia meluruskan) dengan hatinya dan ini adalah iman yang paling lemah.” (HR. Muslim 49).

Benarkah Suami Menanggung Dosa Istri? Pelajari Selengkapnya Disini!

3. Menjadi Contoh untuk Berbuat Kemungkaran

Seorang muslim diperintahkan untuk selalu berusaha berbuat kebaikan dan menjadi contoh yang baik orang-orang disekitarnya. Dengan menjadi contoh yang baik bagi yang lain, seorang muslim tentunya akan mendapat kebaikan bagi dirinya, sehingga terhindar dari dosa akibat menjadi contoh untuk berbuat kemungkaran.

Jika dengan memberi contoh yang baik terhadap sesama dapat membuat kita memperoleh kebaikan, maka sama halnya dengan contoh yang buruk. Karena tanpa kita sadari, kita mampu menjadi pengaruh bagi orang lain.

Sebagaimana disebutkan dalam hadis dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan nilai dosa akibat menjadi contoh atas kemaksiatan,

مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً، كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْء

Siapa yang mempelopori satu kebiasaan yang buruk dalam islam, maka dia mendapatkan dosa keburukan itu, dan dosa setiap orang yang melakukan keburukan itu karena ulahnya, tanpa dikurangi sedikitpun dosa mereka.” (HR. Muslim 2398).

Dari penjelasan diatas akan pertanyaan benarkah suami menanggung dosa istri? Dapat kita simpulkan bahwa ada kemungkinan dosa istri ditanggung suami bila ia mengajak berbuat maksiat, tidak mengingatkan kepada kebaikan, atau sampai menjadi pelopor kemaksiatan.

Sebenarnya, kewajiban utama bagi seorang suami atau ayah terhadap keluarganya ialah dengan menjaganya dari siksa api neraka. Pernyataan ini tertuang dalam QS. At-Tahrim ayat 6:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Terjemahan:

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allâh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.

Berikut ini merupakan Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI mengenai inti sari dari Surat At-Tahrim Ayat 6:

Wahai orang-orang yang beriman! peliharalah dirimu dan keluargamu dengan mentaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dari api neraka, yakni dari murka Allah yang menyebabkan kamu diseret ke dalam neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; ada manusia yang dibakar dan ada manusia yang menjadi bahan bakar; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang dia perintahkan kepada mereka sehingga tidak ada malaikat yang bisa disogok untuk mengurangi atau meringankan hukuman; dan mereka patuh dan disiplin selalu mengerjakan apa yang diperintahkan Allah kepada mereka. 7. Wahai orang-orang kafir! janganlah kamu mengemukakan alasan pada hari ini, karena rasul sudah datang, informasi sudah disampaikan dan ayat Al-Qur’an sudah dibacakan. Sesungguhnya kamu pada hari ini hanya diberi balasan menurut apa yang telah kamu kerjakan, sebanding dengan perbuatan kamu, karena Allah tidak akan pernah menzalimi hamba-Nya sedikit pun”.

Demikianlah penjelasan mengenai benarkah suami menganggung dosa istri. Semoga pertanyaan Sahabat mendapat jawaban yang tepat, dan mendapat kebermanfaatan.

Tak hanya menyajikan artikel saja, Yayasan Senyum Mandiri membuka jalan kebaikan bagi Sahabat yang ingin menunaikan Zakat, Infaq, Sedekah, dan Wakaf.

Mari tingkatkan keimanan dengan bersedekah melalui Yayasan Senyum Mandiri!

Informasi lebih lengkapnya bisa klik disini.

Rekening Donasi

Tinggalkan komentar