Menertawakan penderitaan orang lain adalah tindakan yang tidak hanya menyakitkan tetapi juga bertentangan dengan ajaran moral dan etika. Dalam perspektif hukum dalam islam, perilaku ini memiliki konsekuensi yang serius, baik di dunia maupun di akhirat. Artikel ini akan membahas hukum menertawakan penderitaan orang lain serta dampak sosial dan moral yang ditimbulkan dari perilaku tersebut.
Menertawakan Penderitaan Orang Lain dalam Perspektif Islam
Dalam islam, sikap empati dan kepedulian terhadap sesama adalah nilai-nilai yang sangat agama ini junjung tinggi. Rasulullah SAW mengajarkan umatnya untuk saling membantu dan meringankan beban sesama, bukan sebaliknya. Menertawakan penderitaan orang lain adalah tindakan yang sangat tidak dianjurkan, bahkan dianggap sebagai dosa.
Menurut hukum dalam islam, tindakan ini bisa dikategorikan sebagai dosa yang termasuk dalam kategori menyakiti hati orang lain, yang dalam islam dikenal sebagai “ghibah” atau bahkan “namimah“. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Barang siapa yang menutupi aib seorang Muslim, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat.”
Menertawakan penderitaan orang lain bisa dianggap sebagai kebalikan dari menutupi aib, yakni mempermalukan orang yang sedang tertimpa musibah.
Dampak Sosial dari Menertawakan Penderitaan Orang Lain
Tidak hanya dari segi agama, dari sisi sosial pun, menertawakan penderitaan orang lain dapat membawa dampak negatif yang sangat besar. Dampak sosial dari perilaku ini bisa dirasakan dalam bentuk rusaknya hubungan antar individu, hilangnya rasa saling percaya, dan terciptanya lingkungan yang tidak sehat.
- Tindakan menertawakan penderitaan orang lain dapat menghancurkan hubungan yang sudah terjalin. Orang yang ditertawakan mungkin merasa sakit hati dan terluka, yang pada akhirnya bisa mengakibatkan putusnya hubungan pertemanan atau bahkan hubungan keluarga.
- Kepercayaan adalah fondasi dari setiap hubungan yang sehat. Ketika kita menertawakan penderitaan orang lain, kepercayaan tersebut bisa hilang. Orang yang menjadi korban akan merasa sulit untuk mempercayai kita kembali, dan ini bisa berdampak panjang pada hubungan sosial kita secara keseluruhan.
- Perilaku menertawakan penderitaan orang lain bisa menciptakan lingkungan yang tidak sehat, baik di lingkungan kerja, sekolah, maupun dalam komunitas yang lebih luas. Tindakan menertawakan penderitaan orang lain menularkan perilaku serupa pada orang lain, sehingga mengubah lingkungan yang suportif menjadi tempat yang penuh cemoohan dan ketidakpedulian.
Aspek Moral dalam Menertawakan Penderitaan Orang Lain
Moral dalam ajaran islam mengajarkan umatnya untuk selalu menjaga lisan dan perilaku, serta menjauhkan diri dari sikap yang dapat melukai perasaan orang lain. Menertawakan penderitaan orang lain jelas bertentangan dengan nilai-nilai moral yang agama ini ajarkan.
- Salah satu nilai moral yang paling penting dalam islam adalah empati. Dengan menertawakan penderitaan orang lain, kita secara tidak langsung menunjukkan bahwa kita kehilangan rasa empati terhadap sesama. Padahal, empati adalah salah satu sifat yang sangat islam hargai.
- Menertawakan penderitaan orang lain juga bisa meningkatkan sifat egoisme dalam diri kita. Kita merasa superior dan lebih baik dari orang lain, padahal dalam islam, kesombongan adalah salah satu dosa besar.
- Sebagai seorang Muslim, kita memiliki kewajiban moral untuk membantu dan mendukung sesama, terutama mereka yang sedang dalam kesulitan. Dengan menertawakan penderitaan orang lain, kita mengabaikan kewajiban moral ini dan bahkan memperparah kondisi orang tersebut.
Menghindari Perilaku Menertawakan Penderitaan Orang Lain
Mengetahui dampak negatif dari perilaku ini, penting bagi kita untuk menghindarinya. Ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk menjaga diri dari perilaku tersebut:
- Meningkatkan kesadaran diri, sadarilah bahwa setiap orang memiliki masalah dan penderitaan masing-masing. Dengan meningkatkan kesadaran diri, kita bisa lebih peka terhadap perasaan orang lain dan lebih berhati-hati dalam bertindak.
- Membangun empati, cobalah untuk selalu menempatkan diri pada posisi orang lain sebelum kita bertindak atau berkata. Dengan membangun empati, kita bisa menghindari perilaku yang bisa melukai perasaan orang lain.
- Berbicara dengan Hati-Hati, jaga lisan dan berhati-hatilah dalam berbicara. Jika tidak ada hal baik yang bisa kita katakan, maka lebih baik diam. Ingatlah bahwa kata-kata memiliki kekuatan yang sangat besar untuk membangun atau menghancurkan seseorang.
- Menguatkan hubungan dengan Allah, dengan selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui ibadah dan doa, kita bisa mendapatkan kekuatan untuk menjaga perilaku dan menjauhi perbuatan yang tidak sesuai dengan ajaran islam.
Baca Juga: Ngeri! Ternyata Inilah Jenis-Jenis Penyakit Hati yang Dapat Merusak Pahala Ibadah
Kesimpulan
Menertawakan penderitaan orang lain bukan hanya tindakan yang tidak bermoral, tetapi juga bertentangan dengan hukum dalam islam. Dampak sosial dari perilaku ini bisa sangat merusak, baik bagi individu yang menjadi korban maupun bagi lingkungan secara keseluruhan. Oleh karena itu, sebagai umat Muslim, kita harus selalu berusaha menjaga lisan dan perilaku kita, serta memperkuat moral dan empati terhadap sesama. Dengan demikian, kita tidak hanya menjalani kehidupan yang lebih baik, tetapi juga mendapatkan ridha Allah SWT.
Dengan memahami dampak buruk dari menertawakan penderitaan orang lain, kita bisa lebih bijaksana dalam bertindak dan berkata, serta berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan penuh kasih sayang.