Kisah Tentang Silaturahmi yang Bisa Menjadi Pembelajaran Untuk Kita Semua

Kisah tentang silaturahmi — Islam mengajarkan kita untuk saling mengasihi dan menyayangi sesama makhluk, terutama bagi sesama Muslim. Sebab, sebagai makhluk sosial, kita sudah pasti akan terus berhadapan dan berurusan dengan sesama.

Itulah yang menjadikan silaturahmi sebagai salah satu hal yang harus dijaga oleh umat Islam. Bukan tanpa alasan. Silaturahmi layaknya rantai sepeda yang harus dijaga agar tidak putus. Karena kalau sudah putus, akan terhenti pula aktivitas pengayuh sepeda, sehingga kita akan kesulitan mencapai tujuan tepat waktu.

Ngomog-ngomong soal silaturahmi, ada banyak kisah tentang silaturahmi yang dapat kita jadikan pembelajaran dalam hidup.

Salah satunya ialah kisah tentang silaturahmi yang diputus dapat menghantarkan kita kepada neraka. Berikut ini pemaparan selengkapnya.

Perintah Agama untuk Mempererat Tali Silaturahmi

Sebelum kita membahas perihal kisah tentang silaturahmi, ada baiknya untuk kamu tahu akan pentingnya menjaga silaturahmi dalam pandangan Islam.

Allah SWT telah menciptakan kita dalam keadaan berpasangan, berkeluarga, bersaudara, dan berhubung secara berkesinambungan dengan satu sama lain. Karena itulah, penting untuk kita jaga dan pelihara hubungan itu dengan rasa cinta dan kasih.

Perintah Allah SWT senantiasa mempererat tali silaturahmi ini telah termaktub di dalam Al-Qur’an Surat Al-Anfal ayat 1

يَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْاَنْفَالِۗ قُلِ الْاَنْفَالُ لِلّٰهِ وَالرَّسُوْلِۚ فَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاَصْلِحُوْا ذَاتَ بَيْنِكُمْ ۖوَاَطِيْعُوا اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗٓ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ

Artinya:

“Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah: ‘Harta rampasan perang kepunyaan Allah dan Rasul, oleh sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah perhubungan di antara sesamamu; dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman.”

Bahkan, pada praktiknya, Nabi Muhammad SAW juga sering memberikan contoh nyata akan keutamaan dan kemuliaan dari menjaga tali silaturahmi, yang mana dapat dijumpai dalam keterangan sebuah kisah tentang silaturahmi, hingga hadits Nabi.

Berikut ini adalah hadis yang berkaitan dengan keutamaan dari silaturahmi:

Rasulullah SAW bersabda, “(Hakikat) orang yang menyambung silaturahmi itu bukan orang yang membalas kebaikan (dengan kebaikan). Akan tetapi, ia yang apabila silaturahminya terputus, bergegas menyambungnya.” (HR. Bukhari).

BACA JUGA: https://senyummandiri.org/kisah-teladan-nabi-muhammad-saw-dalam-menghadapi-kebencian/

Kisah Tentang Silaturahmi

Syeikh Ibn Hajar Al-Asqalani ra mengisahkan hal nyata dalam sebuah kisah tentang silaturahmi, yang mana terjadi pada salah seorang Muslim:

Dikisahkan ada seorang kaya raya yang hendak berangkat menunaikan ibadah haji. Namun sebelum berangkat, ia menitipkan uang sebesar 10.000 Dinar kepada salah seorang teman yang sangat dipercayainya untuk menitipkan barang ataupun uang.

Setelah selesai menunaikan ibadah haji, orang kaya tersebut lantas mendatangi rumah teman yang dipercayainya itu untuk mengambil uang yang telah dititipkannya. Sesampainya di rumah orang tersebut, betapa tercengangnya orang kaya itu setelah tau bahwa orang yang hendak ditemuinya telah meninggal dunia.

Setelah mengetahui hal tersebut, orang kaya itu lantas bertanya kepada ahli warisnya. Namun sayang, tak ada dari satupun ahli warisnya mengetahui akan uang yang telah dititipkan kepada orang tuanya.

Hal ini membuat orang kaya itu kebingungan dan bertanya-tanya dalam hati “dimanakah keberadaan uang yang telah disimpan oleh orang yang telah diberi amanat tersebut?”.

Tak kunjung mendapat informasi yang tepat perihal uangnya, orang kaya tersebut lantas berusaha mencari tahu dengan mengunjungi seorang ‘alim yang ada di Mekkah. Ia menceritakan hal apa yang menimpa dirinya dan uangnya.

Dan orang alim itu memberi nasihat : “Di sepertiga malam akhir nanti, pergilah kamu ke Sumur Zam-Zam, panggillah nama temanmu yang kau titipi uang itu, dibibir sumur.Jika temanmu adalah orang yang baik, dan termasuk seorang ahli Surga, maka dia pasti akan menjawab panggilanmu, lalu tanyakanlah kepadanya, dimanakah ia menyimpan uangmu.”

Pada akhir malam, orang kaya itupun pergi mendatangi Sumur Zam-Zam. Di bibir Sumur ia memanggil nama temannya yang ia titipi uang, hingga 3 kali ia panggil, namun tidak ada jawaban sama sekali. Orang kaya itu pun kembali mendatangi orang Alim tersebut, lalu menceritakannya.

Mendengar hal tersebut, orang Alim itu terkejut dan berkata:”Innaa Lillahi Wa Inna ilaihi Rooji’uun…jika memang temanmu tidak menjawab, aku khawatir dia termasuk golongan Ahli Neraka. Jika memang demikian, maka pergilah kamu ke Yaman, disana ada sebuah Sumur yang bernama “Barhut”, dikatakan bahwa Sumur itu adalah bibir dari Neraka Jahannam. Datanglah di sepertiga malam akhir, dan panggillah nama temanmu itu.”

Orang kaya itu pun lantas bergegas pergi ke Yaman, lalu mendatangi Sumur Barhut di sepertiga malam akhir.
Ia pun memanggil nama temannya yg ia titipi uang: “Yaa Fulan!”. Baru sekali panggilan, tiba-tiba terdengar jawaban dari dalam Sumur.

Orang kaya itu pun merasa prihatin dengan keadaan temannya tersebut, lalu bertanya : _”Dimanakah engkau menyimpan uangku?”

Dari dalam Sumur terdengar jawaban : “Aku menyimpan uangmu di sini dan di sini, di dalam rumahku, pergilah dan katakan kepada anak-anakku. Kamu akan mendapati uangmu kembali.”

Orang kaya itupun bertanya : “Bagaimana bisa engkau tergolong sebagai orang yang ahli Neraka?Bukankah kau adalah orang yang baik dan memiliki sifat amanah?”

Orang itupun bercerita : “Sesungguhnya aku mempunyai seorang saudari perempuan yang faqir, lama kami tidak saling tegur sapa, sampai aku meninggal. Inilah yang menyebabkan aku tergolong sebagai ahli Neraka.

JIka kau mau menolongku, datangilah saudariku tersebut, dan mintakan maaf kepadanya, dan ceritakan padanya, bagaimana keadaanku sekarang ini yang merasakan siksaan, karena putus tali silaturrahim dengannya”.

Mendengar hal ini, orang kaya itupun dengan segera pergi ke rumah ahli waris temannya itu, lalu menceritakan dimana ayahnya meletakkan harta titipannya. Dan ternyata memang benar, uang tersebut masih utuh.

Setelah itu, ia bertanya kepada anak-anak temannya itu, dimanakah rumah bibi mereka?

Setelah tahu alamatnya, iapun segera pergi ke rumah saudari perempuan temennya tersebut.
Setelah bertemu, ia pun menceritakan apa yang di alami saudaranya di Alam Kubur.

Mendengar cerita dari orang kaya itu, perempuan itupun menangis dan memaafkan saudaranya, lalu ia memohon ampun dan mulai menyambung tali silaturrahim dengan anak-anak saudaranya.

Kesimpulan

Dari kisah tentang silaturahmi ini, dapat kita pahami bahwasanya memutus tali silaturahmi dapat menghantarkan kita akan neraka. Bahkan bagi seseorang yang shalih dan amanah sekalipun, memutus tali silaturahmi tetap tidak dibenarkan. Sebab, Allah SWT sangat membenci perbuatan ini.

Tahukah Sahabat? Sekarang ini, bersedekah bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun. Yayasan Senyum Mandiri telah menghadirkan sebuah program santunan yang disalurkan kepada adik – adik yatim, piatu, dan kaum dhuafa.

Ingin berdonasi? Lebih lanjutnya, kamu bisa cek informasi lengkap disini.

Rekening Donasi

Tinggalkan komentar