3 Tahapan Sejarah Kewajiban Berzakat

3 Tahapan sejarah kewajiban berzakat adalah artikel yang akan kita tulis pada hari ini. Kendati begitu zakat termasuk ke dalam amalan wajib, namun seperti shalat, pasti ada perintah dan sejarah bagaiman harus di tunaikannya, maka dari itu kita bahas dalam artikel ini.

Zakat merupakan kewajiban umat muslim sekaligus juga menjadi rukun islam yang ke-empat. Sejarah kewajiban berzakat sudahlah tertulis dalam Al-Qur’an dan juga Hadits dengan sangat jelas, jadi tidak ada alasan lagi untuk tidak menunaikan zakat.

Dalam Al-Qur’an shalat dan zakat selalu berdampingan dalam sebuah ayat, se-istimewa itu zakat karena selalu dibarengi atau disandingkan keutamaannya dengan shalat. Zakat juga memiliki banyak manfaat, salah satunya adalah membantu membangun kesejahteraan umat muslim.

Dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 110 Allah SWT berfirman,

وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ ۗ وَمَا تُقَدِّمُوْا لِاَنْفُسِكُمْ مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوْهُ عِنْدَ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ

Terjemahan:

“Dan laksanakanlah salat dan tunaikanlah zakat. Dan segala kebaikan yang kamu kerjakan untuk dirimu, kamu akan mendapatkannya (pahala) di sisi Allah. Sungguh, Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” QS. Al-Baqarah : 110.

Maka dari itu artikel ini akan membahas sejarah kewajiban berzakat, yuk disimak!.

Baca Juga: Pengertian Zakat Penghasilan dan Cara Menghitungnya

3 Tahapan Sejarah Mengenai Kewajiban Berzakat

Perintah mengenai kewajiban berzakat sebenarnya sudah ada semenjak Rasulullah SAW sebelum hijrah (masih di mekah)

1. Menurut Surat Al-Muzzammil Ayat 20 Beserta Tafsirnya

Dalam Al-Qur’an surat Al-Muzzammil Allah SWT berfirman sebagai berikut,

اِنَّ رَبَّكَ يَعْلَمُ اَنَّكَ تَقُوْمُ اَدْنٰى مِنْ ثُلُثَيِ الَّيْلِ وَنِصْفَهٗ وَثُلُثَهٗ وَطَاۤىِٕفَةٌ مِّنَ الَّذِيْنَ مَعَكَۗ وَاللّٰهُ يُقَدِّرُ الَّيْلَ وَالنَّهَارَۗ عَلِمَ اَنْ لَّنْ تُحْصُوْهُ فَتَابَ عَلَيْكُمْ فَاقْرَءُوْا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْاٰنِۗ عَلِمَ اَنْ سَيَكُوْنُ مِنْكُمْ مَّرْضٰىۙ وَاٰخَرُوْنَ يَضْرِبُوْنَ فِى الْاَرْضِ يَبْتَغُوْنَ مِنْ فَضْلِ اللّٰهِ ۙوَاٰخَرُوْنَ يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۖفَاقْرَءُوْا مَا تَيَسَّرَ مِنْهُۙ وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَاَقْرِضُوا اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًاۗ وَمَا تُقَدِّمُوْا لِاَنْفُسِكُمْ مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوْهُ عِنْدَ اللّٰهِ ۙهُوَ خَيْرًا وَّاَعْظَمَ اَجْرًاۗ وَاسْتَغْفِرُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ࣖ

Terjemehan:

“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwa engkau (Muhammad) berdiri (salat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersamamu. Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menentukan batas-batas waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an; Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit, dan yang lain berjalan di bumi mencari sebagian karunia Allah; dan yang lain berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang”. QS. Al-Muzzammil : 20.

Juga lengkap dengan potongan tafsir Tarbawy terakhir, sebagai berikut.

Sebagai seorang hamba hendaknya kita selalu patuh kepada Allah Swt. dengan melaksanakan salat lima waktu dan menunaikan zakat yang merupakan poros utama pada keimanan seseorang, serta melakukan segala kebaikan untuk memperoleh ridho Allah Swt.. Karena setiap kebaikan yang kita arahkan untuk Allah Swt. akan dibalas dengan 10 kali sampai 700 kali. Segala kebaikan yang kita lakukan di dunia dengan mengharap ridho-Nya juga akan ditemukan di sisi Allah Swt. dengan pahala yang lebih besar. Beliau juga menambahkan bahwa hendaknya kita untuk selalu mengevaluasi ibadah yang kita lakukan dengan beristighfar dan miminta ampunan serta rahmat dan karunia-Nya, karena kita tidak bisa memastikan apakah amal ibadah dan salat yang kita lakukan itu diterima oleh Allah SWT.

2. Hadits Rasulullah SAW (HR. Nasa’i).

Sejarah pada tahapan kedua perintah kewajiban berzakat ini terjadi pada tahun ke 2 setelah hijrah, juga menjadi perintah zakat fitrah (zakatul’ al-fitr) pertama yang diperintahakan Allah SWT dan Rasul-Nya.
Diriwayatkan dalam sebuah hadits Nasa’i, Rasulullah SAW bersabda sebagai berikut,

“Rasulullah saw memerintahkan kepada kami untuk mengeluarkan shadaqatul fithr (zakat fitrah) sebelum perintah zakat (zakat harta)” (HR. Nasa’i).

3. Menurut Surat Al-An’an Ayat 14 Beserta Tafsirnya

Dalam surat ini adalah tahapan dimana turunnya perintah zakat harta (ma’al)
Dalam Al-Qur’an surat Al-An’am Dijelaskan Sebagai Berikut,

قُلْ أَغَيْرَ ٱللَّهِ أَتَّخِذُ وَلِيًّا فَاطِرِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَهُوَ يُطْعِمُ وَلَا يُطْعَمُ ۗ قُلْ إِنِّىٓ أُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ أَوَّلَ مَنْ أَسْلَمَ ۖ وَلَا تَكُونَنَّ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ

Terjemahan:

Katakanlah: “Apakah akan aku jadikan pelindung selain dari Allah yang menjadikan langit dan bumi, padahal Dia memberi makan dan tidak memberi makan?” Katakanlah: “Sesungguhnya aku diperintah supaya aku menjadi orang yang pertama kali menyerah diri (kepada Allah), dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang musyrik” QS. Al-An’am : 14.

Sumber : Menurut Tafsir Kementrian Agam RI

Katakanlah, wahai rasulullah, kepada orang-orang yang menyekutukan Allah, apakah aku akan menjadikan sesuatu selain Allah sebagai pelindung dan penolong, padahal Allah yang menjadikan langit dan bumi untuk kepentingan manusia; dia yang memberi makan seluruh makhluk hidup dengan menjamin rezeki dan mengaturnya dengan merata, dan tidak diberi makan dengan segala bentuk sesajian karena Allah tidak membutuhkannya’ katakanlah kepada mereka, wahai rasulullah, sesungguhnya aku diperintahkan oleh Allah agar aku menjadi orang yang pertama berserah diri kepada-Nya dengan rukuk dan sujud, serta dengan menyerahkan seluruh jiwa raga, hidup, dan mati kepada-Nya. Dan jangan sekali-kali kamu, wahai rasulullah bersama orang-orang beriman yang mengikutimu, termasuk golongan orang-orang musyrik, yang menyekutukan Allah, baik dengan perbuatan maupun ucapan, baik terbuka maupun tersembunyikatakanlah, wahai rasulullah, kepada orang-orang musyrik, aku benar-benar takut akan azab hari yang besar, hari kiamat, jika aku mendurhakai tuhanku dengan menyalahi perintah-Nya, lebih-lebih menyekutukan-Nya. Karena itu, aku tidak akan pernah berkompromi dengan segala bentuk kemusyrikan.

Baca juga: Pengertian Zakat

Nah teman-teman begitulah penjelasan tentang 3 tahapan sejarah kewajiban berzakat. Semoga setiap ilmu yang kita dapat darimanapun sumbernya dan dari artikel ini, jika itu hak positif bisa teman-teman aplikasikan di kehidupan sehari-hari

Nantikan artikel kami lainnya, hanya di Yayasan Senyum Mandiri. Tak hanya menyajikan artikel menarik dan informatif saja, Kami juga membukakan jalan bagi Sahabat untuk menunaikan Zakat, Infaq, Sedekah, dan Wakaf.

Informasi lebih lengkapnya bisa klik disini!

Rekening Donasi

Tinggalkan komentar