Berikut Ini Rangkuman dari Sifat Shalat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam

Sifat shalat Nabi merupakan rukun-rukun shalat yang sesuai dengan tuntunan dari Nabi Muhammad SAW. Bacaan yang tertera di dalam sifat shalat Nabi, biasanya telah diriwayatkan dalam hadits-hadits yang shahih. Sehingga tidak ada keraguan didalamnya, sebab bersumber dari Rasulullah SAW.

Sifat shalat Nabi adalah kumpulan dari gerakan dan bacaan shalat yang biasa digunakan oleh Nabi Muhammad SAW, ketika menunaikannya. Baik shalat wajib maupun shalat sunnah.

Melalui artikel ini, kami akan menyajikan rangkuman mengenai sifat shalat Nabi Muhammad SAW, yang mana bacaan yang terkandung bersumber dari hadist-hadits shahih.

Sifat Shalat Nabi

Disitir dari laman Rumaysho.com, berikut ini rukun-rukun shalat yang serupadengan sifat shalat Nabi Muhammad SAW.

1. Menghadap Kiblat

Sifat shalat Nabi yang pertama ialah menghadap kiblat, keharusan ini berlaku kepada setiap Muslim di seluruh dunia yang tengah melaksanakan shalat.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda kepada orang yang jelek dalam shalatnya,

إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلاَةِ فَأَسْبِغِ الْوُضُوءَ ثُمَّ اسْتَقْبِلِ الْقِبْلَةَ فَكَبِّرْ

Artinya: “Jika engkau hendak mengerjakan shalat, maka sempurnakanlah wudhumu lalu menghadaplah ke kiblat, kemudian bertakbirlah.” (HR. Bukhari no. 6251 dan Muslim no. 912).

Baca Juga: Perlu Diketahui! Inilah 13 Rukun Shalat Yang Sesuai Dengan Ajaran Rasulullah SAW

2. Berdiri

Sifat shalat Nabi Muhammad SAW yang selanjutnya adalah berdiri. Namun, kewajiban untuk berdiri ketika shalat, hanya berlaku terhadap orang yang mampu melakukannya.

Sementara itu, untuk shalat sunnah disunnahkan untuk berdiri, tidak wajib. Namun keadaan berdiri lebih utama daripada duduk saat itu. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَلَّى قَائِمًا فَهُوَ أَفْضَلُ وَمَنْ صَلَّى قَاعِدًا فَلَهُ نِصْفُ أَجْرِ القَائِمِ وَمَنْ صَلَّى نَائِمًا فَلَهُ نِصْفُ أَجْرِ القَاعِدِ

Artinya: “Siapa yang mengerjakan shalat sambil berdiri, maka itu lebih afdhal. Siapa yang shalat sambil duduk akan mendapatkan pahala separuh dari shalat sambil berdiri. Siapa yang shalat sambil berbaring akan mendapat pahala separuh dari shalat sambil duduk.” (HR. Bukhari no. 1065).

3. Niat

Niat adalah hal terpenting yang harus diucapkan, ketika melakukan suatu amalan, tidak terkecuali dengan niat shalat yang diikrarkan berdasarkan waktu dan jenis shalatnya itu sendiri.

Niat, utamanya diikrarkan dalam hati. Sebagaimana telah disebutkan dalam hadits yang berkaitan dengan sifat shalat Nabi Muhammad SAW,

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ

Artinya: “Sesungguhnya setiap amal itu tergantung dari niatnya.” (HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907, dari ‘Umar bin Al Khottob).

4. Takbiratul ihram

Ucapkan kalimat ‘Allahu Akbar’ di awal shalat, dan dibarengi dengan niat sholat dalam hati.

5. Membaca Do’a Iftitah pada Rakaat Pertama

Do’a iftitah merupakan do’a yang hukumnya Sunnah untuk dibacakan seorang Muslim pada rakaat pertama, baik itu dalam sholat wajib maupun shalat Sunnah. Sebagaimana sifat shalat Nabi Muhammad SAW, berikut ini lafadz dari do’a iftitah yang sesuai dengan haditnya,

  • Pertama:

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

Artinya: “Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang”. (HR. Muslim 2/99).

  • Kedua:

اللَّهِ أَكْبَرُ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ، إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ، اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ وَبِحَمْدِكَ

Artinya: “Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang Maha Pencipta langit dan bumi sebagai muslim yang ikhlas dan aku bukan termasuk orang yang musyrik. Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku, hanya semata-mata untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Oleh karena itu aku patuh kepada perintahNya, dan aku termasuk orang yang aku berserah diri. Ya Allah, Engkaulah Maha Penguasa. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Engkau. Mahasuci Engkau dan Maha Terpuji”. (HR. An Nasa-i, 1/143).

  • Ketiga:

اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِى وَبَيْنَ خَطَايَاىَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ ، اللَّهُمَّ نَقِّنِى مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ ، اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَاىَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ

Artinya: “Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahanku sebagaimana Engkau telah menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, sucikanlah kesalahanku sebagaimana pakaian yang putih disucikan dari kotoran. Ya Allah, cucilah kesalahanku dengan air, salju, dan air dingin”. (HR.Bukhari 2/182, Muslim 2/98)

  • Kempat:

الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ
Artinya: “Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, pujian yang terbaik dan pujian yang penuh keberkahan di dalamnya” (HR. Muslim 2/99).

Hadits tersebut diriwayatkan oleh Anas bin Malik Radhiallahu’anhu, ketika ada seorang lelaki yang membaca doa istiftah tersebut, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

Artinya: “Aku melihat dua belas malaikat bersegera menuju kepadanya. Mereka saling berlomba untuk mengangkat doa itu (kepada Allah Ta’ala)”. (HR. Abu Daud NO. 871, At-Tirmizi no. 262, An-Nasai no. 998, Ibnu Majah no. 878).

6. Membaca Surat Al-Fatihah pada Setiap Rakaat Shalat

Membaca surat Al-Fatihah pada setiap rakaat shalat merupakan kewajiban bagi setiap Muslim untuk melakukannya. Bahkan, menurut beberapa ulama mengatakan bahwa tidaklah sah shalat seseorang yang tidak membaca surat Al-Fatihah. Hal ini menjadikannya sebagai bagian dari sifat shalat Nabi Muhammad SAW.

7. Ruku’ beserta Thuma’ninah-nya

Dari Huzaifah bin Al-Yaman -radhiallahu anhu-, “Bahwa dia pernah shalat bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Maka ketika ruku’ beliau membaca:

  • Pertama:

سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ

Artinya: “(Maha suci Rabbku yang Maha Agung),”
dan ketika sujud beliau membaca:

سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى

Artinya: “(Maha suci Rabbku yang Maha Tinggi).”

  • Kedua:

Dari Aisyah -radhiallahu anha- dia berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam biasa membaca do’a dalam ruku’ dan sujud-nya dengan bacaan:

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي

Artinya: “Maha suci Engkau wahai Rabb kami, segala pujian bagi-Mu. Ya Allah, ampunilah aku.” (HR. Al-Bukhari no. 794 dan Muslim no. 484)

Baca Juga: Rukhsah (keringanan) Dalam Shalat

8. I’tidal dan Thuma’ninah.

Dari Ibnu Abu Aufa, ia mengatakan,” Rasulullah SAW. apabila mengangkat punggungnya dari ruku’, beliau mengucapkan“

سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
اَللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَُ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءَُ اْلأَرْضِ وَمِلْءَُ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْئٍ بَعْدُ (رواه مسلم )

Artinya: “Wahai Rabb kami, bagi-Mu lah segala puji, sepenuh langit dan sepenuh bumi dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki setelah itu”. (HR. Muslim)

9. Sujud dua kali dalam satu raka’at, disertai dengan Thuma’ninah

10. Duduk di antara dua sujud, beserta thuma’ninah

Dari Ibnu Abbas-radhiyallahu anhu-, ia berkata: “Ketika Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mengangkat kepalanya dari sujud beliau mengucapkan:

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَاجْبُرْنِي وَارْفَعْنِي وَارْزُقْنِي وَاهْدِنِي

Artinya: “Ya Rabbku, ampunilah dosaku, berilah rahmat kepadaku, cukupkanlah aku, angkatlah derajatku, berilah aku rizki dan berilah aku petunjuk”. (HR. Baihaqi).

11. Duduk tahiyat akhir dan membaca bacaan tasyahud di tahiyat akhir.

Imam Syafi’i Rohimahullah lebih menyukai bacaan tasyahud dibawah ini, Hadits dari Ibnu Abbas menjadi bagian dari sifat shalat Nabi Muhammad SAW.

التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ. السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ

Artinya: “Segala penghormatan, keberkahan, kesejahteraan dan kebaikan bagi Allah. Semoga keselamatan, rahmat dan barakah Allah senantiasa dilimpahkan kepadamu wahai Nabi (Muhammad). Semoga juga dilimpahkan kepada kami dan kepada semua hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi sesungguhnya tiada Tuhan kecuali Allah, dan aku bersaksi sesungguhnya Nabi Muhammad adalah utusan-Nya.” (HR. Muslim,Abu Dawud dan As-Syafi’i).

12. Membaca bacaan shalawat setelah bacaan tasyahud akhir

Saat bacaan tasyahud akhir telah berakhir, kemudian bacalah shalawat sebagai bagian dari sifat shalat Nabi Muhammad SAW. Sebagai salah satu contoh, berikut ini bacaan shalawat yang tertuang dalam hadits:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Artinya: “Ya Allah, limpahkan kesejahteraan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad seperti Kau melimpahkan kesejahteraan kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad seperti Engkau memberkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim dalam seluruh alam, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Luhur, dan salam seperti yang telah diajarkan pada kalian.” (HR. Ibnu Hibban dan At-Tirmidzi)

13. Salam pertama, minimalnya ‘Assalamu ‘alaikum’, lengkapnya ‘Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah’

14. Tertib

Dimaksud dengan tertib dalam shalat ialah menempatan rukun-rukun shalat secara berurutan, yang mana rukun pertama harus diletakkan diawal, begitupun seterusnya hingga pada rukun terakhir.
Keharusan untuk berurutan dalam mengerjakan rukun karena dalam hadits musii’ sholatuhu terdapat kata “tsumma” ketika menjelaskan urutan rukun. Tsumma sendiri berarti kemudian yang menunjukkan makna berurutan. Perhatikan haditsnya,

إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلاَةِ فَكَبِّرْ ، ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنَ الْقُرْآنِ ، ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا ، ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ، ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ، ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِى صَلاَتِكَ كُلِّهَا

“Jika engkau hendak shalat, maka bertakbirlah. Kemudian bacalah ayat Al Qur’an yang mudah bagimu. Lalu ruku’lah dan sertai thuma’ninah ketika ruku’. Lalu bangkitlah dan beri’tidallah sambil berdiri. Kemudian sujudlah sertai thuma’ninah ketika sujud. Kemudian bangkitlah dan duduk antara dua sujud sambil thuma’ninah. Kemudian sujud kembali sambil disertai thuma’ninah ketika sujud. Lakukan seperti itu dalam setiap shalatmu.” (HR. Bukhari no. 793 dan Muslim no. 397).

Baca Juga: Kualitas Seorang Muslim Ditentukan dari Kebaikan Shalatnya, Berikut ini 6 Keutamaan Shalat Sebagaimana Al-Qur’an dan Hadits!

Itulah penjelasan mengenai sifat shalat Nabi Muhammad SAW, berita lainnya bisa Sahabat dapatkan hanya di website resmi Senyum Mandiri Foundation.

Tidak hanya menyajikan artikel perihal sifat shalat Nabi saja, Yayasan Senyum Mandiri membuka jalan kebaikan bagi Sahabat untuk menunaikan Zakat, Infaq, Sedekah, dan Wakaf.

Mari tingkatkan keimanan dengan bersedekah melalui Yayasan Senyum Mandiri!

Informasi lebih lengkapnya bisa klik disini

Rekening Donasi

Tinggalkan komentar